4

183 12 0
                                    

Tora si ketua kelas berdiri di depan meja guru."Guys minta tolong perhatiannya! Nanti tugas Seni Budaya kasih ke gue ya."

Salah satu murid menyahut."Lah kok di kumpul ke lo? Emang gurunya gak masuk?"

"Masuk. Cuma lagi rapat, bentar lagi juga selesai."

Murid lainnya ada yang protes."Kenapa gak lama aja sih rapatnya."

Tora mendengus sebal."Jangan protes sama gue. Gue bukan guru."

Malas melihat perdebatan yang tidak seru. Acha dan Nila memutar badannya menghadap ke meja Tania.

"Gambar apa Tan?" Tanya Acha

Tania mengeluarkan gambarnya, "Nih gambar gedung-gedung pencakar langit. Lo?"

"Gambar rumah nenek gue di kampung. Keren gak?"

Tania mengangguk, "Wih keren ada pemandangannya juga. Gambar lo mana La?"

Nila berdecih."Segala basa-basi. Kemaren kemana aja lo."

"Ciaa ada yang baper nih." Ucap Diana yang tiba-tiba sudah berdiri disamping meja Tania

Mau tidak mau. Ikhlas tidak ikhlas. Rela tidak rela. Nila menunjukkan gambarnya yang ia kerjakan dengan butuh perjuangan, "Lumayan lah ya dari pada lumanyun."

"Gambar legend anak sd ini mah. Gunung sama sawah doang." Ujar Tania mengomentari

Nila menatap Tania tajam. "Udah gak bantu dilarang protes ya ukhti!"

Merasa ada yang janggal. Acha mencoba mengeluarkan isi pikirannya. "Lah ini kenapa nih ada upin-ipin ditengah sawah?"

Tania dan Diana melihat ke arah yang di tunjuk Acha. Mereka sama herannya.

"Itu ceritanya petani anjir, ngehina gambar gue banget lo!" Sungut Nila tidak terima

Sontak mereka bertiga tertawa kencang. Merasa tidak habis fikir sama gambar yang dibuat oleh temannya. Bener-bener gambar ala kadabra. Eh maksudnya ala kadarnya. Kayaknya masih bagusan gambar anak sd juga sih.

"Lah abis palanya botak, gue kira kan upin-ipin." Ucap Acha kelewat santai

Bukan Acha namanya kalo gak ngomentarin hal sekecil apapun. Bukan Acha aja sih sebenernya. Mereka ber-empat juga suka ikut-ikut ngomentarin sesuatu yang memang mengganjal di pikirannya. Tapi sebagian besar tujuannya hanya sekedar candaan.

"Suka-suka gue lah. Mau botak kek, Gondrong kek, atau cepak mohak kek yang penting gambar sendiri."

Tania menoel dagu Nila gemas."Iya-iya percaya."

"Coba liat gambar lo Di." Pinta Acha beralih menghadap Diana

Diana menunjuk tas dengan dagunya. "Tuh di tas gue, ambil aja."

Acha yang penasaran tingkat dewa melangkahkan kakinya ke meja Diana. Namun melihat Revan tengah asik mengetik sesuatu di layar ponselnya Acha terdiam. Merasa sudah lama berdiri tapi tidak ada tanda-tanda Revan menyadari keberadaannya. Acha memilih membuka suara.

"Van boleh minggir sebentar gak? Gue mau ngambil gambar di tas Diana."

Revan mendongakkan kepalanya dan mengangguk. Kemudian memberi jalan untuk Acha. Melihat Revan yang tidak banyak bicara, tiba-tiba Acha berinisiatif ingin menawarkan sesuatu.

"Mau sekalian ngumpulin bareng gak?" Tawar Acha

Revan menggeleng, "Dirumah,"

"Dirumah?"

Cowok itu menghela nafas nya pelan. "Ketinggalan."

"Ketinggalan dirumah maksud lo?" Tanya Acha memastikan

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang