Entah sudah berapa kali Diana membaca pesan yang ada di ponselnya. Senyumnya mengembang manis hanya karena sebuah balasan singkat. Kalian pasti bertanya-tanya. Mungkin Diana bertukar pesan dengan seseorang ia suka atau mendapat berita terbaru dari idol kesayangannya. Namun jauh dari itu, bahagia yang berbeda menurut gadis itu.
Terhitung sudah tiga hari pesan yang ia kirimkan ke Papa namun balasan yang ia dapatkan baru hari ini saat pulang sekolah tadi.
Diana:
Pah, sudah sampe?Gimana keadaan Tante Oca?
Diana bantu doa dari sini ya
Diana:
Jangan lupa makan sama istirahat Pah, Selamat Malam.
Papa:
Ya
Diana:
Keadaan Tante Oca gimana Pah?
Papa:
sdh siuman
Diana:
Syukurlah
Diana:
Take care! Diana kangen liat Papa :D
Sesingkat itu pesan yang ia baca, namun sangat berefek pada dirinya sendiri. Seperti sekarang ini, meskipun pesan yang terakhir kalinya ia kirimkan belum mendapat balasan setidaknya ia sudah merasa cukup. Di sisi lain hatinya, ia juga berharap untuk kesembuhan Tantenya itu. Ia sangat ingin mengikuti jejak seperti Tante Oca.
Tetap semangat dan ceria meskpiun ia tahu sebenernya ada rasa sedih yang tidak bisa di ungkapkan. Mungkin siapapun yang kehilangan sosok kedua orang tua merupakan hal terberat yang pernah dialami. Terlebih di masa-masa yang memang butuh dorongan semangat dari orang-orang terdekat.
Diana mulai menguap merasa kantuk mulai datang, ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Seperti biasa hal yang ia lakukan sebelum tidur adalah menyebutkan mantra untuk dirinya sendiri.
"Terimakasih untuk hari ini Diana. Selamat malam Pah, Mah dan Kanya."
Kemudian ia mulai memejamkan matanya sambil mengukir senyumnya, tidak lupa untuk membaca doa sebelumnya. Berharap mimpi indah yang menjadi pengiring menuju hari esok.
Pukul dua malam Diana bergerak tidak nyaman di tempat tidurnya, ia membuka mata berniat untuk buang air kecil. Buru-buru ia menuntaskan panggilan alamnya. Entah apa yang membuatnya ingin menengok sebentar keadaan Mama. Mungkin jam segini Mama sudah tidur, jadi tidak masalah ia melihat sebentar.
Sejujurnya ada sedikit keragukan menyusup dalam relung hatinya. Namun ia coba untuk memberanikan diri. Sepelan mungkin ia memutar kenop pintu. Matanya menyorot mama yang tidur dengan keringat yang bercucuran, padahal ac yang ada di kamar ini cukup dingin. Kakinya melangkah mendekati samping tempat tidur, mata mama yang terpejam erat serta nafas yang memburu membuat Diana berfikir mungkin ia sedang bermimpi buruk.
Gadis itu ingin mencoba membangunkan Mama dari mimpi buruknya, racauan tidak jelas membuat tangannya tergantung seketika.
"Li, jangan---"
Diana tidak mengenal siapa "Li"i yang dimaksud Mama. "Ma."
"Ja-jangan pergi. Disini aja." Racaunya lagi dengan lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason
Ficção AdolescenteBecause something happened not without the reason.