Annyeong! Semoga part ini ga bertele tele seperti sebelumnya. Oya, saya selaku penulis cerita ini mohon maaf jika ada fakta, pernyataan, atau hal yang tidak sesuai dengan yang ada di chapter sebelumnya. Hal ini dikarenakan penulis mulai mengalami gangguan ingatan-baca: pikun- dan terlalu malas untuk melihat atau membaca bagian sebelumnya.
Sekian dan terimakasih.
Selamat membaca!
.
.
.Aku bahkan tidak tau untuk apa berada disini. Melihat Kyungsoo beranjak tidur? Entahlah.
Tatapanku kembali beralih ke Kyungsoo yang sedang membaca sederetan kalimat yang tak kumengerti di buku paket kimianya.
"Arrgh, jinjja. Aku penasaran sekali."
Eh? Waeyo? Kenapa dia tiba tiba seperti itu? Apa sih hal yang membuatnya penasaran sampai sampai rambut berponinya porak poranda begitu?
Kini mata Kyungsoo tidak lagi fokus kepada buku di hadapannya. Namun pandangannya sudah beralih pada buku bersampul coklat yang berada ditumpukan buku bersama buku yang lain.
"Mengapa Jongdae memberiku buku ini? Diary teman? Memangnya hubunganku dengan temanmu apa, Jongdae-ssi?" Tangan Kyungsoo bergerak membuka buku yang sedari tadi telah mengganggu fokusnya.
Omo, andwae Kyungsoo. Acuhkan saja buku itu! Lagipula buku itu tidak ada sangkut pautnya denganmu! Ayolah!
Namun apa pengaruhnya teriakanku tadi? Aku tak kasat mata. Seberapa kencang suaraku keluar juga kau tak akan permah bisa mendengarnya lagi.
"Kau adalah alasanku untuk menetap di bumi. Namun kau juga yamg membuatku ingin pergi dari bumi. Mwoya? Segitu hopeless nya kah orang ini?"
Haha. Hopeless. Tak ada harapan? Benar sekali.
"Sudah 6 bulan, dan kau belum tau namanya? Keterlaluan.-Jongdae. Jongdae? Jadi ini diary Jongdae atau siapa?" Kyungsoo kembali meracau. Ayolah, 6 bulan hanyalah sebagian kecil waktu yang kuhabiskan untuk memperhatikanmu, Kyungsoo-ssi.
"Sebut aku gila. Orang waras mana yang memungut sampah tepatnya kertas orang lain? Tidak ada. Karna aku tidak masuk hitungan orang waras semenjak menaruh hati padamu, namja semut. Pasti orang ini sudah seperti sasaeng fans. Bahkan sampah kertas! Tak habis pikir."
Hei! Kecilkan suaramu! Setidaknya jangan sampai aku mendengar perkataanmu yang sangat menyebalkan itu! Harusnya kau berterima kasih padaku karna aku telah memujamu sedemikian rupa!
Chamkkamman. Memuja? Apa ia aku sebegitunya jatuh pada Kyungsoo?
"Namja semut? Siluman?"
Bagus sekali, Kyungsoo-ssi. Kau sendiri yang menyebut dirimu siluman. Sudah baik aku menyebutmu Namja Semut, coba aku menyebutmu Namja dengan mata yang akan keluar. Apa kau puas?
"Kyungsoo," panggil seseorang dari arah pintu kamar Kyungsoo.
"Ne?" Kyungsoo memutar posisi duduknya agar dapat melihat lawan bicaranya.
"Kau belum tidur ternyata. Bukankah besok sekolahmu mengadakan tes?"
"Aku baru saja selesai mengulang pelajaran. Sebentar lagi akan tidur. Eomma tidur duluan saja." Astaga. Senyum itu. Mengapa aku baru melihat garis lengkung di bibir tebal Kyungsoo? Seseorang, tahan aku agar tak berteriak sekarang juga.
Arrrgh!
Senyuman lembutnya. Itu yang kusuka dari laki laki. Apalagi senyuman lembut itu hanya diperlihatkan pada orangtua mereka, bukan pada sembarang perempuan.
Yoojung-ah, kau tak salah menyukai dan menguntit Kyungsoo.
"Geurae, eomma tidur dulu. Jaljja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Earth
FanfictionKau adalah alasanku untuk berada di bumi. Namun kau juga lah yang membuatku ingin beranjak dari bumi Warning: Slow Update!