Kuawali hari dengan perasaan yang sangat berat. Ya, ini adalah hari dimana aku harus melaporkan keputusanku sedangkan aku sendiri masih bimbang. Hanya ada dua pilihan tapi tidak ada yang menguntungkan bagiku.
Hari ini sedikit berbeda dari yang lain. Pagi ini kami para arwah yang sudah menghabiskan tujuh hari pertama dikumpulkan di sebuah ruangan putih berbentuk kubus tanpa ada apapun di dalamnya. Aku bertanya tanya apa yang akan kulakukan di ruangan ini. Sama sepertiku, semua arwah yang ada di dalam ruangan ini kebingungan. Kami semua cemas akan keputusan yang sudah kami pilih.
Ah, apa aku belum memberi tau kalian pilihanku? Mungkin kalian semua sudah menduganya dari awal, sama sepertiku yang sebenarnya sudah langsung memutuskan untuk memilih ini. Namun tak kusangka, alasanku berbeda setelah tujuh hari terakhir.
"Kim Yoojung!"
TIDAAK! Namaku sudah dipanggil! Bagaimana ini??
"Kim Yoojung!"
Oke, tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, hembuskan. Dengan langkah ragu aku memasuki sebuah ruangan putih polos yang tidak ada apapun di dalamnya kecuali sebuah kursi di tengah ruangan.
Apa yang harus kulakukan? Batinku
"Duduk." sebuah suara yang entah darimana menyuruhku untuk duduk. Maka aku pun duduk sesuai dengan perintah.
Kupikir setelah duduk aku akan baik baik saja. Namun rupanya kakiku menjadi sangat lemas, aku hampir terjatuh karnanya. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah suara desingan mirip suara mesin yang berbunyi di dekatku. Aku mencari cari dari mana asal bunyi tersebut dan ternyata sebuah sinar muncul perlahan. Sinar itu membentuk semacam layar di hadapanku dan kemudian menampilkan semua hal yang telah terjadi padaku sedari aku dilahirkan sampai saat ini.
Dimulai dari jeritan pertamaku, tawa pertama, kata pertama yang kuucapkan, hingga hal hal pertama lainnya. Aku tersenyum melihat bagaimana Kim Yoojung kecil sedang belajar makan menggunakan sumpit. Menu makan saat itu adalah jjajangmyeon, wajah dan bajuku kotor, dipenuhi oleh saus kedelai hitam. Bahkan gigiku juga.
Selanjutnya ketika aku pertama kali memenangkan lomba fotografi tingkat sekolah dasar, Appa menggendongku di pundak, sedangkan Eomma tidak berhenti menciumiku. Dan jangan lupakan Jongdae yang tertawa senang, melompat lompat meneriaki namaku. Juga ketika Jongdae mengatai kecintaanku mengoleksi macam macam bunga dan bahkan mempunyai sebuah buku yang penuh dengan segala macam hal tentang bunga.
Hingga akhirnya sampai pada saat sekolah menengah atas. Diperlihatkan seluruh aktifitasku di sekolah. Aku yang tertidur ketika pelajaran fisika, tertawa saat terus gagal memasukkan bola basket ke ring saat pengambilan, dan aku yang terus tersenyum ketika melihat Kyungsoo memainkan piano di auditorium ketika pekan seni.
Selanjutnya layar itu beralih, menunjukkan semua orang yang memikirkanku ketika aku sudah menjadi arwah. Appa yang berusaha baik baik saja namun ternyata tetap menangis ketika melihat fotoku di ruang keluarga, bahkan ketika beliau berdoa, menghidupkan lilin. Eomma yang terus berdiam diri di kamarku hingga tertidur. Jongdae yang sedang bernyanyi di sebuah festival dengan air matanya. Dan Do Kyungsoo.
Tunggu, Kyungsoo? Namja dengan mata bulat itu? Tidak mungkin. Tidak mungkin dia sedang memikirkanku. Kemungkinannya bahkan hanya 1:100000000000 kali. Terlihat Kyungsoo sedang berdiri di sebuah ruangan sembari memegang bunga Hydrangea.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mataku membesar ketika menyadari latar tempat Kyungsoo. Bukankah itu lemari abuku? Apa yang sedang dia lakukan disana?
Kyungsoo menyematkan bunga itu di samping bunga Tulip Biru pemberian Jongdae. Lalu ia terdiam sejenak.
A lonely road, crossed another cold state line Miles away from those I love, purpose hard to find While I recall all the words you spoke to me Cant help but wish that I was there Back where I'd love to be
Dear God, the only thing I ask of you Is to hold her when I'm not around When I'm much too far away We all need that person who can be true to you But I left her when I found her And now I wish I'd stay Cause I'm lonely and I'm tired I'm missing you again, oh no Once again
Aku tercengang, apa maksudmu Kyungsoo-ssi?
"Maaf," hanya sebuah kata memang. Namun nada yang dikatakan Kyungsoo membuat maknanya lebih dari itu.
Maaf? Untuk apa?
"Aku minta maaf karna tidak tau perasaanmu."
Tidak, sebenarnya itu tidak perlu Do Kyungsoo. Karna itu bukan salahmu. Hanya aku yang terlalu takut menunjukkannya atau bahkan menyampaikannya padamu.
"Aku juga minta maaf tidak sempat mengatakan ini padamu,"
Aku hampir saja kehabisan nafas karna menahannya. Oke, aku tau kalau aku adalah arwah sekarang dan arwah berarti tidak mempunyai jantung yang dapat berdetak lagi. Namun aku bisa mendengar detak jantungku yang sangat keras sekarang.
"Saranghae, geurigo mianhe"
Berhenti. Kuharap semuanya berhenti sekarang. Aku tidak ingin pergi kemanapun saat ini setelah apa yang ku dengar dari mulut Kyungsoo sendiri. Tapi aku bisa apa?
"Saranghae, Yoojung-ah."
Nado, Kyungsoo-ya
Kurasakan air mataku mengalir, dan tubuhku mulai terasa ringan. Oh tidak, tidak sekarang. Kumohon, aku butuh keajaiban.
"Waktu anda telah habis. Keputusan yang anda ambil ketika memasuki ruangan ini sudah tidak bisa diganggu gugat. Selamat tinggal dan selamat beristirahat."
Aku bisa merasakan tubuhku melayang sekarang. Aku melihat sekitar untuk kesekian kalinya, lalu beralih ke arah layar tadi. Eomma, Appa, Jongdae, Kyungsoo, annyeong.
.....
Sebuah cahaya terlihat melayang di atas kepala Do Kyungsoo. Cahaya itu entah bagaimana membentuk rupa Kim Yoojung. Gadis itu terlihat sangat cantik di mata Kyungsoo. Dengan gaun putih sederhana, rambut tergerai dan bunga Hydrangea di tangannya. Juga senyum ceria milik Yoojung yang membuat Kyungsoo terpaku. Namun sebelum lelaki bermarga Do itu sadar akan apa yang sedang terjadi, Kim Yoojung kembali menjadi cahaya yang sangat terang lalu mulai mengitari Kyungsoo sebelum kemudian masuk ke dalam lemari.
Do Kyungsoo dengan kesekian kalinya melihat lemari itu.
Kim Yoojung, lahir 12 November, 2000. Wafat 17 July, 2017.
.
.
.
.
Bunga Hydrangea: Rasa syukur dan terima kasih atas hadirnya seseorang dalam hidup.
.
.
.
Sekali lagi terima kasih yang sudah menunggu cerita ini untuk selesai. Tapi sepertinya masih ada satu atau dua bagian yang akan dipublish. Jadi tetap stay tuned ya,, :)
Dan jangan lupa vote, comment selalu. Terima kasih :*