Sebelas

301 19 1
                                        

Aku melirik jam tanganku, sudah sejam aku menunggu orang tua ku dibandara, tapi pesawatnya belum juga mendarat. Aku paling tidak suka harus menunggu seperti ini.

Aku mengetuk ngetukan sepatuku di lantai tanda aku mulai bosan. Beberapa orang berlalu lalang didepanku dengan membawa koper-koper besar. Mereka seperti akan berlibur atau pulang dari berlibur. Ah, aku sangat iri. Andai saja aku bisa berlibur. Tapi uangku sangat jauh dari cukup untuk berlibur ke luar negeri.

"Elena?" Panggil seseorang.

Dan aku tahu pasti siapa yang memanggilku dengan sebutan itu.

Aku melihatnya dengan pakaian casualnya. Jeans dengan kaus berwarna gelap, dipadukan dengan mantel abu-abu. Sungguh luar biasa tampan.

Ya tuhan, tolong aku. Aku tidak ingin jatuh cinta pada lelaki ini. Dia sungguh jauh. Takkan bisa diraih. Lihat saja gayanya. Cara berpakaiannya. Sedangkan aku. Hanya memakai jeans kusam dan juga mantel obralan. Kenapa dia harus menyapa aku. Oooh tuhaaan.

"Steve." Jawabku pelan.

Dia hanya membawa tas kecil dibahunya dan dia bersama lelaki dengan pakaian formal. Sepertinya itu asistennya. Ia membisikan sesuatu padanya dan lelaki itu mengangguk lalu pergi.

"Sedang apa disini?" Ia menatapku dari atas ke bawah.

Ya tuhan aku ingin mati sekarang.

"Menjemput orang tuaku."

"Oh, mereka sudah kembali dari liburan."

Aku hanya mengangguk. Dia masih ingat. Poin tambahan untuknya.

"Mau aku traktir kopi?"

"Lena sayang." Terdengar suara perempuan memanggilku dengan keras.

Kami menoleh kearah suara itu dan itu ibuku.

Terima kasih bu, kau menyelamatkanku.

"Ibu." Aku memeluknya dan bergantian memeluk ayahku.

"Kalian terlihat luar biasa." Kataku pada mereka.

"Yah, kami sangat menikmati liburan kami. Kami menyesal kau tidak ikut sayang." Ayahku berkata.

"Lain kali aku akan pergi sendiri ayah." Aku tertawa.

"Ehem." Steve berdehem.

Aku tidak ingat kalau lelaki itu masih ada disini.

"Oh siapa ini?" Tanya ibuku.

Ia melirikku dan aku tahu apa artinya itu. Aku dalam masalah besar.

"Kau tidak ingin mengenalkan aku elena?" Tanya steve padaku sambil tersenyum.

"Mmm....ayah, ibu. Ini steve martin ayah dari muridku. Aku tidak sengaja berjumpa dengannya disini."

"Oh." Kata ibuku kecewa.

"Bisa disebut kami juga berteman." Katanya sambil menyalami ayah dan ibuku.

Berteman apanya. Kenal juga belum terlalu lama. Lagi pula kesan bertemu pertama kali dengannya sangatlah buruk, sulit bagiku untuk menyebut dia itu temanku.

"Baiklah, sepertinya aku harus segera pergi. sampai jumpa mr. & mrs. Elerton."

Aku memandanga punggungnya pergi. Ada perasaan yang aneh didalam hatiku.

******

"Jadi, dia itu temanmu?" Tanya ibuku begitu kami didalam mobil.

Sepertinya ia sudah memulai introgasinya.

"Tidak bisa dibilang begitu, kami baru beberapa kali bertemu." Jawabku cuek.

"Kau bertemu dengannya? Untuk apa? Membicarakan putrinya? Atau?"

Astagaaa aku salah bicara.

"Bukan seperti itu bu."

"Lena, ibu memang ingin kau memiliki pasangan tapi tidak dengan lelaki yang sudah berkeluarga."

"Ya tuhan bu, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan orang itu. Lagi pula dia memang sudah berkeluarga tapi dia tidak memiliki istri. Dia itu single bu. Ibu pikir aku wanita seperti apa."

"Benarkah?" Kata ibuku dengan wajah berbinarnya.

Aku dan mulut besarku. Kenapa aku jadi berbicara seperti ini sih. Ini pasti akan menjadi urusan yang sangat panjang.

"Apakah......"

"Sudahlah, biarkan lena menyetir dengan tenang. Kita bicara tentang ini lain kali saja." Ayah menyela pembicaraan ibu.

Aku melirik ayahku dan memberinya kode terima kasih ayah

*********************************

Thx alot for you guys that read, vote and comment my story. Thats really mean to me ♥♥♥

Me and My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang