Aku selesai membereskan meja makan. Debby juga selesai menyiapkan makan malam itu. Beberapa teman tom sudah duduk dimeja makan. 4 laki-laki dan 3 perempuan. Ternyata ad ryan juga. Aku duduk disebelah wanita pirang, berhadapan dengan ryan.
Makan malam berlangsung meriah. Teman-teman tom sangat suka berbicara. Mereka mengobrolkan hal-hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Seperti ciuman pertama, harga kebutuhan pokok dan banyak lagi. Aku hanya menimpali jika perlu. Entah kenapa perasaanku terasa aneh. Seperti hampa.
Cake coklat ku disajikan sebagai makanan penutup. Mereka memujinya.
Pukul 10.00 akhirnya acara makan selesai.
"Aku lebih baik pulang sekarang." Aku berpamitan pada debby dan tom.
"Kau bawa mobil?" Tanya tom.
"Tidak, aku naik taksi."
"Biar aku antar. Aku juga sepertinya harus pulang sekarang." Ryan berkata.
Aku melihat debby mengedipkan matanya padaku. Ya tuhan.
"Baiklah." Jawabku.
Akupun naik kedalam audinya.
"Cake buatanmu enak sekali." Ryan mencoba membuka percakapan.
"Terima kasih."
"Sepertinya kau pandai membuat kue."
"Ibuku mengajarkannya padaku. Ia ratunya kue."
Ia tertawa santai.
Sepanjang perjalanan ryan selalu mengajak aku mengobrol. Sangat tidak biasa.
"Oh. Kita sudah sampai." Seruku.
Ia menghentikan mobilny. "Bisakah aku meminta nomor ponselmu?"
Aku mengerutkan kening "tentu" aku menyerahkan kartu namaku padanya.
Hari ini sedikit melelahkan. Aku menyibukan diri seharian. Biasanya aku mengurung diri dikamar. Mungkin memang sebaiknya aku mulai menghabiskan waktu diluar.
***
Pagi yang sangat dingin. Aku membawa selimutku kedepan tv ketika bel rumah berbunyi.
Seorang pengantar barang membawakan kotak besar berwarna merah. Aku menandatangani kartunya.
"Terima kasih." Kataku.
Dengan penasaran aku membuka kotak itu. Isinya sebotol wine mahal dan juga sebuah novel kuno terbitan pertama. Wow ini pasti sangat mahal.
Ketika aku membuka bukunya terlihat kartu didalamnya
Terima kasih cake-nya. Alice sangat menyukainya. Aku harap kau juga menyukai hadiah ini.
Steve martin.
Sudah kuduga. Siapa lagi yang akan memberikan hadiah mahal seperti ini selain lelaki itu. Aku harus segera menelepon lelaki itu.
Nada sambung terdengar beberapa kali. Tapi dia tidak mengangkat telponnya. Apa maksudnya memberikan aku hadiah semahal ini. Aku merasa ini sangat tidak pantas. Aku memasukan lagi wine dan buku itu. Dan menyimpannya didalam kamarku. Aku tidak berniat untuk memilikinya. Memang kedua hadiahnya sangat menggodaku. Tapi itu terlalu mahal untuk disebut hadiah.
Ponselku berdenting, menandakan ada pesan masuk.
Hi, ini Ryan. Apa kau ada waktu untuk makan siang bersama?
Oh, dia mengirimiku sms.
Tentu :)
Oh, apa aku terlalu berlebihan memberikan tanda senyum.
Baiklah, kita akan bertemu di restauran jam 12. Aku akan kirim alamatnya.
Dia tidak menjemputku. Tapi aku tidak keberatan. Tapi udara terlalu dingin untuk naik bis. Mungkin aku harus naik taksi.
***
Ryan duduk dihadapanku. Ia terlihat sangat menarik dengan setelan jas berwarna biru tua.
"Kau suka makanannya?" Tanyanya.
"Iya." Aku tersenyum.
Saat ini kami sedang menikmati kopi sebagai penutup. Makanan disini memang sangat lezat. Ryan juga teman ngobrol yang menyenangkan. Dia tadi menceritakan beberapa hal yang menarik.
"Kapan orang tuamu pulang liburan?"
"Mereka masih betah di hawai mungkin masih agak lama." Jawabku.
"Oh, aku ingin sekali pergi kesana. Mereka pasti sedang bersenang-senang."
"Yah, ibuku sangat menyukainya."
"Apa kau juga suka jalan-jalan?"
"Aku tidak terlalu suka." Jawabku.
"Kenapa?" Tanyanya
"Entahlah." Aku mengangkat bahuku.
Ponselku berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
Apa kau tadi menelponku?
Steve martin. Ia sudah tau aku menelponnya dan masih bertanya. Lelaki itu sangat aneh.
Aku mengabaikan pesannya. Dan melanjutkan obrolanku dengan ryan.
Ponselku berdenting lagu.
Sepertinya aku mengganggu kencanmu.
Oh, apa dia tahu aku sedang pergi dengan ryan?
Aku memandang sekeliling berharap menemukan sosoknya didalam restaurant ini. Dan benar saja, lelaki itu sedang duduk dengan beberapa orang di meja paling ujung. Sepertinya mereka sedang meeting atau apapun itu. Karena beberapa orang disana terlihat serius berbicara.
Dia melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum. Aku segera memalingkan wajah darinya.
"Ada apa?" Tanya ryan.
Aku menggeleng "tidak ada apa-apa?"
Ada apa kau menelponku?
Dia lagi. Kadang aku merasa aneh dengan sifatny yang berubah-ubah. Kadang baik, kadang sangat dingin. Lelaki itu seperti memiliki kepribadian ganda.
Aku ingin mengembalikan hadiahmu. Aku sangat berterima kasih, tapi aku tidak bisa menerimanya. Well, hanya penasaran saja. Kenapa kau mengirimiku hadiah?
Aku mengirim pesan untuknya.
"Apa ada sesuatu?" Ryan mengamatiku.
"Ah, tidak."
"aku harus pergi kekantor lagi. Ayo, aku antar kau pulang."
"Baiklah." Aku berdiri dan berjalan bersama ryan.
Aku tidak berani menatap steve martin. Tapi entah kenapa aku yakin dia sedang memperhatikanku. Aku mengecek ponselku.
Kau tidak perlu mengembalikannya. Well, apa kau berkencan dengan ryan roxton?
Aku langsung mengembalikan ponselku kedalam tas. Aku merasa pertanyaan itu tidak perlu aku jawab. Dan aku akan tetap mengembalikan hadiahnya.
♥♥♥♥♥♥♥
Hai readers, thank for voting. Seneng bgt akhirnya ada yg ngevote ♡♡♡♡♡♡♡
Vote dan comment lagi yaaaah :*
![](https://img.wattpad.com/cover/29586733-288-k973274.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My World
RomansaAku disini. Berdiri diantara hirup pikuk org yg berlalu lalang. Dan aku belajar banyak hal, Pertama aku sendirian. Kedua mereka tersenyum bahagia. Ketiga aku merasa kesepian. Dan tidak ada org yg memperhatikan. Aku menyadari beberapa orang telah m...