"Luka"

18 3 0
                                    

Seul Bi menghembuskan nafas panjang setelah selesai mengajari Mi Ae berhitung. Bukan karena Mi Ae sama sekali tidak bisa berhitung, melainkan karena Mi Ae sama sekali tidak bisa diam.

"Seul Bi eonni ! Seul Bi eonni ! kenapa apel harus berjumlah 1 ? Mi Ae jadi tidak bisa membaginya dengan Jae Ha !" seru Mi Ae beberapa menit lalu. Belum sempat Seul Bi menjawabnya, Mi Ae langsung kabur ke luar dan menonton para oppa-nya berlatih seni pedang.

Jae Ha, anak laki-laki yang seusia Mi Ae itu sama sekali tidak memperhatikan celotehan Mi Ae karena terlalu sibuk menghitung dengan jarinya. Syukurlah Jae Ha tidak terpancing. Seul Bi kembali menghembuskan nafas panjang.

"Seul Bi noona, bagaimana cara menghitung domba ini ?"

Seul Bi memutar kepalanya, menatap Jae Ha yang masih sibuk menghitung dengan jari kecilnya. Seul Bi tersenyum dan mulai mencontohkan cara menghitung yang benar. Jae Ha tersenyum lebar saat jawaban yang dicari-carinya ketemu.

"Komawo, Seul Bi noona !"

Seul Bi tersenyum dan mengangguk. Dilihatnya matahari yang berada tepat di atas kepala. Tengah hari. Matahari tidak begitu terik dan salju masih menumpuk di sekitarnya meski sudah dikeruk. Udaranya masih dingin membeku. Meski demikian hal tersebut tidak mengganggu anak-anak laki-laki yang berlatih seni pedang dengan Sang Ryung.

Sejak pagi tadi Sang Ryung menghilang, menghindari bejibun pertanyaan anak-anak dan melarikan diri dari jambakan tangan jahil anak-anak. Baru siang ini Sang Ryung menampakkan diri, khusus untuk mengajari anak-anak itu seni pedang.

"Seul Bi, sudah selesai belajarnya ?" tanya Jeong Ah eonni. Kepalanya menyembul di antara pintu geser yang terbuka. Di pinggangnya tersemat pedang panjang yang masih di dalam sarungnya.

"Ah, umh. Tinggal Jae Ha..."

"Sudah selesai !" seru Jae Ha tiba-tiba

Jeong Ah eonni tersenyum. "Bisa bantu jaga anak-anak kecil yang lain ? Setelah ini aku akan memulai latihan pedang untuk anak-anak perempuan. Jae Ha, mulai besok kau sudah harus ikut jadwal latihan pedang dengan Jeong Il hyung"

"Eeeh, aku lebih suka belajar"

"Di sini wajib bela diri" balas Jeong Ah eonni sambil mengerucutkan bibir meniru Jae Ah yang malah makin mengerucutkan bibir "Seul Bi, tolong ya" 

Seul Bi mengangguk barulah Jeong Ah eonni pergi keluar. Terdengar teriakannya memanggil anak-anak perempuan yang masih mengikuti sesi kelas untuk mengikuti sesi latihan seni pedang dengannya. Seul Bi beranjak bangkit dari bantal duduknya dan mengajak Jae Ha juga Mi Ae ke ruangan yang berbeda. Di sini berbahaya, terlalu dekat tempat latihan pedang.

Saat sesi latih pedang, biasanya dilakukan di taman tengah yang lebih luas. Dojo hanya digunakan untuk saat-saat penting dan latihan khusus saja.

Seul Bi melirik Sang Ryung yang masih sibuk mempraktekkan cara mengayung pedangnya di depan anak-anak. Pedang yang dibawa Sang Ryung kali ini adalah pedang asli. Pedang itu panjang, mengeluarkan cahaya keperakan saat ditimpa cahaya matahari, berkilau, dan cantik. Gagangnya berwarna keperakan dengan ornamen naga yang membuatnya terlihat gagah. Di ujung gagangnya terdapat tali panjang berwarna coklat keemasan yang dikepang panjang, sangat sesuai dengan sarung pedangnya yang berwarna coklat keemasan yang kini tersemat di pinggang Sang Ryung.

"Seul Bi noona, kenapa Seul Bi noona tidak ikut berlatih dengan mereka ?" tanya Jae Ha polos

"Saya tidak pandai bermain pedang" jawab Seul Bi sambil tersenyum

"Seul Bi eonni ! Seul Bi eonni ! Mi Ae ingin ikut latihan !" seru Mi Ae sambil menunjuk-nunjuk Jeong Ah eonni yang kini mulai membuka sesi latihan seni pedangnya.

Nabi "Butterfly"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang