"Kamsahamnida"

17 1 0
                                    

"Jeong Il ! Berhenti !" Seul Bi berteriak mati-matian tapi suaranya tidak kunjung mencapai Jeong Il

"Jeong Il oppa !" kali ini Mi Ae ikut memanggil Jeong Il tapi Jeong Il tetap bersikap acuh, bahkan kepada Mi Ae.

"Moon Jeong Il !!" Seul Bi berteriak lebih keras.

Jeong Il baru mau menghentikan langkahnya setelah beberapa langkah terakhir yang diambilnya saat mendengar suara teriakan Seul Bi. Alur nafasnya memburu. Pikirannya sedang benar-benar buntu saat itu.

Seul Bi dan Mi Ae yang berlari di belakangnya sama-sama berusaha mengatur nafasnya. Mi Ae langsung jatuh terduduk di samping Seul Bi. Ingin rasanya ia menangis tapi tenaganya sudah terlalu banyak dikuras untuk berlari hingga tidak ada sisa tenaga untuk menangis.

"Jeong Il... tunggu... sebentar..." Seul Bi memaksa berbicara untuk menahan Jeong Il yang sedang menampakkan raut wajah keruh. Seul Bi khawatir kalau dirinya tidak bersuara, Jeong Il akan berlari lagi entah kemana.

"Sang Ryung... bagaimana... ?" Seul Bi membawa nama Sang Ryung berharap pikiran Jeong Il akan kembali jernih.

Begitu nama Sang Ryung disebut, Jeong Il langsung terkesiap di tempat. Jeong Il mengangkat lengan kirinya yang memiliki luka sayat panjang dari siku hingga pergelangan tangannya. Luka itu tidak terlalu dalam dan darahnya pun sudah berhenti mengalir. Tapi sepertinya akan meninggalkan bekas.

"Sang Ryung hyung" gumamnya lirih.

"Jeong Il... jangan lari..." Seul Bi tidak mendengar gumaman Jeong Il dan masih berusaha bersuara di tengah alur nafasnya yang kacau.

"Noona ! Noona baik-baik saja ?" tanya Jeong Il panik.

Melihat Jeong Il sudah kembali menjadi Jeong Il yang biasa, Seul Bi langsung mendudukkan dirinya di atas tanah bersalju dan menghembuskan nafas lega. Jeong Il makin panik melihat Seul Bi dan Mi Ae jatuh terduduk dan kehabisan nafas.

Mi Ae yang sudah berhasil mengatur alur nafasnya mulai menangis keras. Jeong Il buru-buru memeluk Mi Ae dan menenangkannya dengan mengusap-usap punggungnya. Jeong Il seolah baru ingat kalau dirinya baru saja berlari mati-matian sambil menyeret Seul Bi dan Mi Ae tanpa peduli apapun.

"Mian... Mianhae1... Mi Ae, Noona" Jeong Il bersuara lirih sambil memeluk Mi Ae makin erat.

Seul Bi tersenyum lega melihat Jeong Il baik-baik saja sekarang.

Beberapa menit kemudian Mi Ae berhenti menangis dan kini sedang sesenggukan di dalam pelukan Jeong Il. Seul Bi sudah bisa berdiri lagi dan menatap sekelilingnya. Dimana-mana pohon oak. Yang terlihat hanya jalan lurus yang Seul Bi rasa akan mengarah langsung ke arah kota.

"Apa mereka masih mengejar ?" tanya Seul Bi.

Jeong Il mendongak dan menatap ke arah tempat mereka berlari tadi. Tidak ada tanda-tanda manusia. "Untuk saat ini tidak ada" jawab Jeong Il. Kalau pun ada, Jeong Il bersumpah akan melindungi Seul Bi noona dan Mi Ae.

Seul Bi tersenyum melihat Jeong Il yang langsung menggenggam erat ganggang pedang yang masih berada di dalam sarungnya itu. Seul Bi mengusap lembut tangan Jeong Il yang menggenggam pedang itu membuat cengkeraman Jeong Il pada ganggang pedang itu berkurang.

"Sang Ryung hyung. Kuharap dia baik-baik saja" bisik Jeong Il lirih

"Apa yang terjadi pada Sang Ryung ?" Seul Bi bertanya sambil berusaha tidak terdengar cemas. Seul Bi takut kalau-kalau Jeong Il kembali bersikap panik seperti tadi.

"Saat kami diserang tadi, Sang Ryung hyung melawan sendirian dan membantu kami semua lari. Aku tidak ingin sesuatu terjadi pada hyung" kali ini Jeong Il mulai terisak.

Nabi "Butterfly"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang