Air Mata

8 1 0
                                    

Seul Bi berjalan-jalan di tengah keramaian kota seorang diri. Jeonmo yang dipakainya berhasil menghalau terik matahari siang.

Pagi ini Hyeon Ren agasshi memintanya mencarikan kain yang bagus untuk dibuat menjadi hanbok.

Ada bermacam-macam kain yang ditemukannya di pasar dan banyak di antaranya yang merupakan kain indah dengan kualitas bagus.

"Nikmati saja waktumu di kota"

Itu yang dikatakan Hyeon Ren agasshi jadi Seul Bi tidak perlu terburu-buru untuk kembali.

"Nona tidak ingin mencoba hanbok kami yang terbaru ? Penjahit kami sudah menyiapkan beberapa hanbok baru dengan desain-desain yang terbaru"

"Ah, saya di sini hanya ingin membeli kain pesanan agasshi. Saya akan sampaikan pada agasshi kalau tuan juga menawarkan hanbok" ucap Seul Bi sambil menimbang-nimbang berat kain bermotif di tangannya.

"Aah, tentu, tentu, untuk Hyeon Ren agasshi kami memiliki banyak hanbok berkualitas tinggi"

Seul Bi tersenyum mendengar ucapan bernada riang ahjusshi. Seul Bi menetapkan pilihannya pada kain yang dipegangnya dan lekas membayarnya.

Dilihatnya langit masih berada di puncak kepalanya. Seul Bi masih punya cukup banyak waktu untuk berjalan-jalan di kota.

Langkahnya teratur menyusuri jalan setapak dan keluar dari wilayah pasar kota.

Sepanjang perjalanan, Seul Bi asyik mengamati tingkah laku pada pedagang yang sibuk menjajakan dagangannya dan para penbelib yang berusaha tawar-menawar

Tanpa disadari, Seul Bi tiba di wilayah yang sepi penduduk. Hanya ada satu dua rumah penduduk dalam jarak 40 sampai 50 m. Makin ke dalam makin sepi.

Seul Bi terus berjalan untuk memuaskan rasa penasarannya, bahkan melangkah masuk ke dalam hutan.

Entah berapa menit atau bahkan jam Seul Bi berjalan. Dorongan hatinya yang menuntut dirinya untuk kabur di bawah alam sadarnya membuatnya berjalan semakin ke dalam hutan.

Dan disanalah Seul Bi menemukan sebuah kuil. Kuil tua yang sudah lama diabaikan. Bangunan itu tampak lapuk, ada bekas terbakar dan lubang besar di belakang. Meski begitu, tempat ini masih punya sebagian atap untuk berteduh.

Seul Bi terengah-engah setibanya di kuil tersebut. Dadanya terasa sesak. Tenggorokannya tiba-tiba terasa panas.

"Uhuk... uhuk... "

Seul Bi terhuyung sampai ia mencapai pinggir kuil. Seul Bi pun memutuskan untuk duduk di dalam kuil.

"Uhuk... uhuk ! Uhuk !"

Seul Bi terus terbatuk. Kondisi tubuhnya yang kelelahan membuat racun di dalam dirinya mulai aktif. Seul Bi tidak membawa satu pun obat penawar. Tapi aneh, Seul Bi merasa ia akan baik-baik saja.

"Uhuk ! Uhuk ! Uhk !!"

Seul Bi jatuh terbaring dengan mulutnya yang mulai mengeluarkan darah. Badanya mulai terasa panas dan sulit untuk digerakkan. Seul Bi hanya bisa pasrah membiarkan tubuhnya terbaring dengan demam tinggi.

Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa melakukan ini, ini sama seperti sebelum-sebelumnya, aku akan baik-baik saja...

***

Sang Ryung memperbaiki posisi gat yang dipakainya dan berjalan di antara para penduduk. Sang Ryung mencoba membaur sebisanya tanpa melakukan kontak mata. Hoon Jin berjalan di depannya tanpa banyak bicara. Hoon Jin tampak seperti melindungi Sang Ryung dari perhatian dan itu membuat Sang Ryung muak.

Tiba-tiba saja Sang Ryung mendapati sosok Seul Bi di tengah kerumunan. Sang Ryung nyaris saja memanggilnya kalau saja ia tidak ingat dengan Hoon Jin yang ada di sampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nabi "Butterfly"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang