"Sang Ryung hyung mau pergi kemana lagi ?" tanya seorang anak laki-laki yang Sang Ryung ingat sebagai salah seorang murid didiknya tapi tidak dengan namanya. Sang Ryung menyerahkan Neul Hee yang masih terisak itu ke pelukan anak itu dan hendak beranjak masuk lagi
"Aku akan menolong yang lain. Aku titip Neul Hee padamu"
"Sang Ryung hyung" panggil Neul Hee dengan suaranya yang masih bergetar
Sang Ryung menoleh
"Jangan tidur" lanjut Neul Hee
Sang Ryung terdiam. Kata larangan 'tidur' itu tidak terdengar sesimpel 'tidur siang' yang biasa Sang Ryung lakukan diam-diam setelah mengajar seni pedang. Ia kemudian teringat saat Neul Hee menanyakan kondisi Soo Ra noonim dan Sang Ryung menjawabnya kalau Soo Ra noonim saat itu sedang tidur.
Sang Ryung tersenyum tipis dan mengusap pelan kepala Neul Hee sebelum berlari masuk lagi
"Sang Ryung hyung ! Jangan tidur !" teriakan Neul Hee terdengar keras dan jelas di telinga Sang Ryung. Apa pun yang terjadi dirinya tidak boleh tertidur.
Sang Ryung berlari menyusuri daecheong yang menghubungkan sarangbang dan anbang. Di lorong daecheong, tepat di bawah tiang ketiga dari arah anbang, itu adalah tempat Seul Bi biasa duduk. Seolah sudah dipesan sebelumnya, tempat itu sudah menjadi tempat khusus bagi Seul Bi. Gadis itu selalu duduk melamun disana setelah mengajar dan menonton anak-anak yang sedang berlatih seni padang. Ada kalanya gadis itu melamun dengan pikirannya yang entah pergi kemana. Gadis itu bagai udara tipis yang bisa dengan mudah hilang didorong angin.
Sang Ryung menggelengkan kepalanya berusaha menjernihkan pikirannya. Pikirannya tiba-tiba melayang begitu melihat tempat yang biasanya diisi Seul Bi itu kini kosong melompong.
Tiba-tiba saja dari arah anbang seorang pria dengan penutup kain hitam di wajahnya berjalan keluar dengan terseok-seok. Tubuhnya penuh luka tapi Sang Ryung tidak peduli. Dengan cepat diayunkannya pedangnya dan menghadiahkan sebuah tebasan melintang di dada pria tersebut.
Sang Ryung terus berlari tanpa peduli apa pun. Tujuannya sudah terbayang dengan jelas di kepalanya. Hoon Jin.
Sang Ryung kembali mendengar suara pedang memotong udara. Sang Ryung bergegas mengganti haluan dan berlari menuju asal suara. Sang Ryung kembali menemukan mayat anggota keluarganya tergeletak tak berdaya. Darah segar masih keluar dari tubuh gadis kecil itu menandakan dirinya baru saja dibunuh.
Sang Ryung merasakan gemuruh di dalam dadanya. Amarah kembali menguasainya. Apa pun yang terjadi ia harus menemukan Hoon Jin.
"Kau mencariku ?"
Tangan Sang Ryung yang memegang pedang dengan reflek mengayun ke belakang ke arah asal suara yang tiba-tiba menyapanya.
Hoon Jin melompat mundur menghindari serangan tanpa aba-aba itu.
"Kau memang mencariku. Kau kemari ingin dibunuh atau apa ?"
"Jangan pikir kau bisa membunuhku semudah itu"
"Ah, tapi seingatku kau kalah telak dariku pagi ini"
Tanpa perlu memberi jeda, Sang Ryung langsung melesat maju, megarahkan tusukan pedangnya ke arah Hoon Jin yang dengan reflek menahannya dengan pedang pendek yang dibawanya. Hoon Jin berhasil mengganti arah tusukan Sang Ryung tapi Sang Ryung tampak tidak peduli. Sang Ryung sudah bersiap dengan lengan kirinya dan mengarahkan tinjunya ke arah Hoon Jin yang dengan cepat merunduk. Sekali lagi tanpa jeda, Sang Ryung mengangkat kakinya dan melayangkan tendangannya. Hoon Jin berhasil menghindar tipis dari tendangan Sang Ryung dengan melompat ke sisi kirinya dan menumpu tubuhnya dengan lengannya, berputar cepat menjauh dari Sang Ryung
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabi "Butterfly"
ActionNamaku Hyo Seul Bi. Aku tidak memiliki ingatan sebelum Hye Soon noonim menolongku Namanya Jung Sang Ryung, penjagaku yang tidak pernah bisa kumengerti. Panti asuhan milik Hye Soon noonim tiba-tiba diserang. Tanpa mengerti alasannya, Hye Soon noonim...