Bab 5

52.3K 3K 59
                                    


"Selamat datang," sambut Bianca saat ada yang masuk ke cafenya. Wajahnya jadi lebih ceria saat tahu yang datang salah satu temannya. Tapi melihat raut muka temannya itu sepertinya ada yang tidak beres.

"Kau kenapa Stace?" tanyanya. Bianca dan Stacy berteman melalui Melissa, dia yang mengenalkan mereka. Stacy lebih jarang ke café karena pekerjaannya. Tapi mereka selalu berkumpul di cafenya.

"Tak ada yang serius, hanya saja beberapa hari terkhir ini aku tak bisa menghubungi Melissa." Jawab Stacy lesu, biasanya dia dan Melissa akan saling bertukar kabar.

"Benarkah?" Tanya Bianca dengan heran. Lalu mengingat-ngingat kapan terakhir kali Melissa datang ke café. "Kalau dipikir lagi dia juga sudah beberapa hari ini dia tak datang kemari. Sejak dia mengumumkan kabar gembira itu dia belum kemari lagi."

"Kabar gembira apa Be? Apa kau tahu sesuatu Be?"

"Apa dia belum memberitahumu?" Tanyanya heran, Stacy dan Melissa berteman sejak lama. "Dia bilang akan memberitahumu setelah Ali. Dia pun mengatakannya padaku karena kebetulan. Jika rencananya berhasil, seharusnya dia sudah memberitahumu."

"Rencana apa? Tentang apa ini Be?"

"Dia hamil Stace."

"HAMIL?!" Stacy langsung berdiri saking terkejutnya. "Dengan pria kaya itu?"

"Jika yang kau maksud itu Ali maka jawabannya iya. Kau pikir wanita macam apa Melissa? Mereka tinggal bersama Stace. Rasanya hanya masalah waktu."

"Lalu apa yang dilakukan pria itu?"

"Entahlah, terakhir kali Melissa kemari, dia juga baru saja memastikan kehamilannya, itu juga saat dia mengatakan akan memberitahu Ali tentang bayi mereka. Aku sudah mengatakan padanya agar segera memberitahuku bagaimana tanggapan Ali. Tapi sampai sekarang dia belum juga menghubungiku."

"Apakah dia baik-baik saja?" Stacy bertanya entah pada siapa, matanya menerawang. "Aku sudah sering mengingatkannya tentang pria seperti itu."

"Apa maksudmu Stace?" tanya Bianca, kekhawatirannya bertambah.

"Pria kaya seperti dia, bukankah pria seperti itu hanya mengukur semua dengan uang." Jawab Stacy, "Kita harus segera mencarinya Bee," katanya tiba-tiba. Dia selalu menganggap Melissa saudaranya. Bahkan saat ibunya meninggal Melissa ikut menangis bersamanya seperti dirinya sendiri yang kehilangan ibu.

"Tentu saja, tapi bagaimana? Melissa sangat merahasiakan tentang Ali. Yang diberitahukannya pada kita hanya hubungannya dan bagaimana baiknya Ali padanya. Dia tak pernah benar - benar memberitahukan dimana dia tinggal. Kita bahkan tak tahu nama belakangnya."

"Benar juga, ponselnya juga mati. Kita bisa mencari apartemennya Be."

"Bisa saja, di sekitar sini ada beberapa gedung apartemen. Mungkin kita bisa berkeliling dan bertanya."

"Kita pergi sekarang?" Tanya Stacy penuh harap. Hari ini dia mendapat giliran jaga di ER untuk jam malam.

"Tentu saja, café juga belum terlalu ramai. Tunggu sebentar, aku akan memberitahu Edwin dan melepas ini," katanya memegang celemek yang melingkar dipinggangnya.

***

Melissa tak kembali lagi setelah hari itu. Mungkin dia pergi pada selingkuhannya. Jika memikirkan hal itu, darahnya akan mendidih lagi. Ali bekerja lebih keras dari sebelumnya. Dia dan Nathan menjadi lebih waspada dengan setiap orang yang bekerja bersama mereka dalam pengajuan untuk proyek yang baru. Mereka tak bisa kehilangan yang satu ini.

Ali tak bisa bekerja 24/7 di kantor, jadi dia membawa pekerjaannya ke rumah. Tas Melissa masih ada diruang kerjanya. Mengingatkannya kembali pada wanita itu. Dia belum sempat memeriksa tas Melissa. DiPakgkannya semua isi tas itu dia atas meja. Dompet, kunci, lipstick, bedak, dan ponsel yang sudah mati. Dan beberapa kartu nama. Tapi tak ada yang penting.

Billionaire's Pregnant MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang