Hi, jangan lupa untuk memberi bintang di prolog ini yah!! Satu bintang sangat membantu!
***
"ALAN!!" teriakan seorang pemuda dari lantai dua yang terdengar jelas hingga ketempat sang mama sedang memasak sarapan untuk mereka berlima.
"Uek...ambil kalo bisa! Hahaha...Alex yang payah!" pemuda lain muncul dari sebuah kamar dan berlari menuruni tangga menuju ketempat ayahnya yang sedang fokus membaca laporan kantornya.
"Mommy, Alan mi!! Usil banget!" pemuda yang diketahui bernama Alex mengadu ke mamanya yang hanya geleng-geleng melihat tingkah laku si duo kembar itu. Sang mama tidak menyangka jika kedua bayi mungilnya telah tumbuh menjadi para pemuda yang cerdas seperti suaminya. Yah, meski Alan memiliki sifat yang mirip seperti dirinya.
"Udah deh dik, kalian berdua suka banget buat pagi mami jadi ribet. Awas loh ya, kalo sampe Alice ba-" ucapan mamanya itu terpotong oleh suara bidadari kecil yang baru saja terbangun saat mendengar suara kakak-kakaknya berteriak.
"Mami?" tiba-tiba seorang balita turun dari tangga seraya mengucek matanya pelan.
"Jeng...jeng...Bidadari neraka telah terbangun! Lari!" Alex yang berada di ujung tangga segera berlari turun. Menjauhi sang adik yang terlihat tidak suka dengan sebutan dari kakak-kakaknya 'Bidadari neraka.'
"KAKAK!! IH, UDAH BERAPA KALI ALICE BILANG! JANGAN MANGGIL ALICE PAKE NAMA BEGITUAN! ALICE GAK BANYAK DOSA TAU!" teriak si Alice dan mengejar Alex.
Sang papa hanya menarik nafas panjang mendengar teriakan demi teriakan di pagi harinya. Apalagi di hari Minggu seperti ini. Teriakan-teriakan itu tidak dapat dihindari sama sekali. Baginya sangatlah sudah biasa mendengar anak-anaknya berteriak layaknya sedang berada di dalam rimba.
"Hahaha...sumpah deh dik! Kalian ini pagi-pagi udah ribut aja ya? Ckck...tuh liat papa kalian, pasti udah pusing tuh denger teriakan kalian semua! Hahaha..." tawa mamanya yang sedang meminum teh hangatnya di samping sang suami.
"Gak apa-apa kan pa? Lagian kalau tanpa kita, rumah ini pasti gak rame!" kata Alan yang melihat kehebohan Alex dan Alice yang masih saling kejar-kejaran bagaikan Tom and Jerry.
Line...
Suara dari iphone yang digenggam oleh Alan berbunyi. Iphone hitam itu adalah milik Alex yang dicurinya tadi sehingga menimbulkan kekacauan pagi ini. Dengan keusilan tingkat dewa yang dimiliki oleh Alan, dia pun membuka pesan dari Line yang menampilkan nama Putri, yang artinya pesan itu dikirim oleh Putri.
"Cielah, siapa nih Putri Paramitha? Wah, mama!! Kak Alan cintanya diterima sama si Putri Putri ini!!" Alex tertawa melihat chat Alan dengan Putri. Alan yang sedang masih sibuk dengan Alice langsung berlari kearah Alex saat mendengar nama Putri disebut dan dengan cepat mengambil alih iphone miliknya dari Alan.
"Lo ngapain buka line gue hah? Mana tau sandinya lagi! Arghh," Alex mengamuk kepada Alan yang hanya senyam-senyum melihat kakaknya.
"Bodo amat dah, yang penting kakak gue sekarang udah gak jomblo lagi! PJ nya dong! PJ! Gak nyangka, akhirnya yang jones udah taken, huhu!" kata Alan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Alex melihat adiknya itu dengan geram lalu fokus melihat jawaban dari Putri setelah kemarin dia menyatakan perasaannya kepada sahabatnya itu. Alice sendiri hanya bingung melihat kakak-kakaknya. Dia belum mengerti kata-kata apa yang diucapkan oleh Alan.
"Kamu udah punya pacar ya Lex?" tiba-tiba papanya menanyakan hal itu kepada Alex. Sedangkan yang ditanya langsung menoleh dengan tatapan terkejut.
"Ha? Anu, itu aku ba-"
"Kak Alex baru jadian hari ini pah. Tuh, chatnya baru di bales sama pacar barunya," Alan mengambil alih pertanyaan dari papanya. Lagi dan lagi, Alex menatap adiknya itu dengan tatapan membunuh.
'Lo mau mati di tangan gue ya?' tatapan mata Alex bersuara ke arah Alan. Yang ditatap hanya mengeluarkan cengiran kudanya.
"Emang kamu udah ngerti apa artinya cinta?" kini giliran mamanya yang menatap Alex serius. Yang ditatap hanya salah tingkah.
"Hehe..Menurutku sih udah ma!" jawab Alex pelan seraya mengusap tengkuknya yang tak gatal.
"Ma, cinta itu apa? Jadian itu apa? PJ itu apa?" si kecil Alice tiba-tiba duduk di pangkuan mamanya. Yang lain lantas menoleh ke Alice. Mereka semua lupa, jika masih ada anak di bawah umur yang tak seharusnya mendengar kata-kata itu di usianya.
"Iya, cinta itu apa ma? Meski Alan kelas 11, Alan belum tau apa definisi cinta," Alan duduk di samping mamanya.
"Astaga elo.Ini nih.. nasib lo kelamaan jomblo sih. Sok-sok an ngatain gue jones, diri sendiri masih jomblo ngenes, haha..." Alex menoyor kepala Alan sehingga membuat Alan oleng.
"Ck, apaan sih? Gue serius!" kesal Alan.
"Cinta itu-" ucapan mamanya dipotong oleh Alex dengan definisi cinta yang sebenarnya.
"Cinta adalah perasaan hangat yang mampu membuat kita menyadari betapa berharganya kita dan adanya seseorang yang begitu berharga untuk kita lindungi. Cinta tidaklah sebatas kata-kata saja, karena cinta jauh lebih berharga daripada harta yang melimpah, termahal di dunia pun," sahut Alex menjelaskan secara panjang lebar arti cinta baginya. Papa dan mamanya hanya terbengong dengan penjelasan sang anak.
Prok...prok...
Alan bertepuk tangan mendengar jawaban Alex.
"Pinter juga kamu Lex. Belajar dari mana?" puji sang papa.
"Dia kan sama kayak kamu kak, gimana sih! Dulu juga kamu ngejelasin arti cinta itu panjangnya bejibun kayak Alex, uh!" kata sang mama mendengus kepadanya suaminya.
"Aduduh... iya ma, pa. Jangan berantem disini deh," kata Alan.
"Ma, mama cinta papa gak?" si kecil Alice menatap mamanya yang nampak terkejut dengan pertanyaannya.
"Nah yo, ditanya anak tuh. Cinta gak sama aku?" papanya ikut bertanya. Alex dan Alan sepertinya juga ingin menanyakan hal yang sama.
"MAMA CINTA GAK SAMA PAPA??" nah, Alex dan Alan sudah bertanya. Tidak ada lagi alasan bagi mamanya untuk menghindar dari pertanyaan ini.
"Hem," jawab mamanya.
"Maksudnya apa tu? Gak cinta lagi sama papa? Iya?" papanya menatap tajam istrinya. Istrinya menggaruk kepalanya yang gatal.
'Bego atau gimana sih lo kak? Disini ada anak-anak elah,' batin mamanya kesal.
"Iya. Masih cinta, cerewet," gumam mamanya.
"APAA??" ketiga anak dan suaminya berteriak keras.
"ADOHH... IYA. MAMA MASIH CINTA SAMA PAPA!!" kesal sang mama.
"Yuhuu... cuit...cuit.." goda Alex dan Alan, Alice bertepuk tangan, dan papanya menatap mamanya dengan penuh cinta.
"Pa, entar ceritain kisah cinta kalian berdua ya!! Bagi pengalaman gituh," saran Alan kepada kedua orang tuanya.
"Ha? No..no..." tolak mamanya.
"Yah... please!!" bujuk Alex.
"Okay anak-anakku. Kalau mamamu gak mau, biar papa aja yang cerita," sahut sang papa menyetujui saran anak-anaknya. Sang istri tampak ingin protes, tapi dia tahan saat melihat wajah-wajah anakknya yang sangat tertarik dengan kisah cinta mereka berdua.
"Yeyeye!! Papa baik!" seru Alice senang. Alex dan Alan pun mendekat dan duduk lesehan di bawah, menunggu sang papa bercerita.
"Jadi... itu semua berawal dari masa SMA. Masa dimana kami berdua di pertemukan. Ka-"
"Tunggu!!" cegah sang istri.
"Apa lagi mama?" tanya Alan bingung melihat mamanya.
"Mending si kecil Alice mama mandiin aja. Gak baik dia mendengar cerita kayak beginian," mamanya pun langsung menyelonong ke lantai dua dengan Alice di pelukannya.
"Lanjut papa," ujar Alex.
"Tapi, kami bukanlah sepasang kekasih sesungguhnya. Mamamu waktu itu...."
***
See you in Epilog!!
Anandhaswari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar And My Ant
Teen Fiction*** "The hardest part of loving someone is knowing when to let go, and knowing when to say good bye. " -Kelvin- "Sometimes I choose to look happy because I do not want to explain why I am sad to them who even can not understand what I feel." -Zara...