Votenya! Ayo!
-Rasa cinta yang telah kamu beri, tak mempan lagi menghadapi luka yang aku terima!-
***
Bruk....
Zara membuka pintu kamarnya dengan keras.
"Dulu gue yang cuma pingin jadiin Zara pacar mainan gue tapi apa? Cukup gue rasa sandiwara ini!"
Sandiwara.....
Sandiwara...
Sandiwara.....
"AH SEMUA CUMA SANDIWARA!" gue berteriak semau gue dan sekencang yang gue bisa.
Srekk...
Gue menarik seprai dan melemparnya kemana-mana bantal dan guling yang ada. Gue lalu pergi ke meja hias, cukup sudah semua barang-barang pemberiannya. Gue mengambil bando, parfum dan barang-barang yang si keparat itu berikan. Gue sungguh geram dengannya.
Kebaikannya, cintanya, kasih sayangnya semua palsu. Kenapa dia begitu jahat mempermainkan perasaan seseorang? Ah.
Prang...
Gue melempar parfum dan kaca itu dengan keras.
"ARGHH.... ELO JAHAT KAK!!" gue terus mengamuk. Gue tak peduli dengan keadaan di luar, amarah dan sakit hati membuat gue terluka dan smagat frustasi.
"Hiks....jahat!" gue pun terduduk lemas di sisi kasurku dengan mengacak rambut yang gue tak pedulikan lagi.
Dia....
Gue mencintainya dengan tulus..
Gue menyanyanginya....
Guesayang dia...
Gue...
"Kak...Kel...vi..n," gue terus menangis saat kata-kata Kevin kembali masuk ke pikiranku.
Elo jahat kak...jahat...
Elo menganggap cinta gue hanya untuk dimainkan. Hiks...
"Zara! Nak, kamu kenapa?"
"Nak!" gue mendengar mama menggedor pintu kamarku. Gue hanya diam dan terus menangis. Untuk kedua kalinya gue merasakan sakit seperti ini.
Tian..Kelvin....
Ahh....
Gue lalu cepat-cepat ke lemari dan mengambil jaket yang cukup tebal dan topi. Dengan gesit gue membuka jendela kamarku dan langsung melompat. Bukannya gue tak takut mati, tapi sakit hati lebih mendominan sehingga gue lebih berani untuk lompat dari jendela lantai 2 kamar menuju ke halaman. Gue harus melepaskan semua beban saat ini juga.
Gue lalu memasang hearphoneku dan memutar lagu sedih yang bisa membuat gue menangis. Gue tahu, menangis bukanlah cara yang tepat menyelesaikan suatu masalah, tapi gue tak tahu harus bagaimana. Gue belum bisa membagikan kesedihan kepada orang lain, itu sulit.
Gue tak lagi fokus ke lirik lagu yang tus dengar, tujuanku sekarang adalah rumah pohon yang ada di sekitar kebun teh kakek. Gue tahu tempat itu sangat jauh, tapi gue hanya ingin berlari. Layaknya seorang Anadian Elizara Callisto berlari dari kenyataan bahwa orang yang ia cintai hanya bersandiwara untuk membalas dendam yang ia tak tahu apa.
Setelah 1 jam gue berlari, sampai juga gue di kebun teh kakek. Dalam sedih gue kembali teringat bagaimana dulu kakek membangun rumah pohon ini untukku dan Tian saat gue ulang tahun.
Shit...
Belum juga gue mengerti tentang masalahku dengan Ian, masalah yang lebih rumit mempermainkan gus.
Gue lalu menuju ke kebun teh kakek dan melihat beberapa pemetik teh sedang bekerja.
"Siang non Zara," sapa mereka ramah. Hanya senyum yang bisa gue berikan ke mereka, lidah gue terlalu sulit untuk digerakan.
Gue lalu naik ke tebing, tempat favorit pas lagi ada banyak pikiran.
"LO BRENGSEK KEVIN! LO PENIPU! LO PENGHIATAN! MUKA DUA! FUCK!" gue dengan tangan terlentang berteriak sebisa gue.
"Hiks, lo jahat! Lo bego! Gue bego! Hiks!" dan setelah itu hanya sebuah sandiwara yang gue mainkan. Jujur, gue belum bisa memikirkan tentang bagaimana isi perasaan ini. Antara sakit sedih, benci, cinta terasa menjadi satu. Ya, mungkin aku harus mengikuti alur dan mengetahui semuanya lebih mendalam. Setelah itu, mungkin gue bisa membenci siapaun yang mau gue benci.
***
Ide kesumbat guys, seriusan deh. Panjangnya di next part ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar And My Ant
Teen Fiction*** "The hardest part of loving someone is knowing when to let go, and knowing when to say good bye. " -Kelvin- "Sometimes I choose to look happy because I do not want to explain why I am sad to them who even can not understand what I feel." -Zara...