Stevani duduk di bangku taman yang
tidak jauh dari sekolahnya. Hatinya hancur dan sedih.Waktu terus berjalan. Bahkan waktu sudah hampir menunjukkan lima sore, dan malam akan segera datang.
Diaturnya nafasnya yang memburu. Ditahannya air mata yang ingin sekali turun dari sudut matanya. Kedua tangannya terkepal diatas kedua lutut.
"HIKS...GUE BENCI DIRI GUE SENDIRI!!!" Teriaknya frustasi. Nada sedih dan kesal bercampur menjadi satu yang terdengar jelas sangat menyakitkan.
Stevania tidak peduli. Hatinya saat ini sangat hancur. Tidak sampai disitu saja, ia langsung memukul - mukul dadanya atau lebih tepatnya letak hatinya.
Stevania tahu ini sangat sakit. Tapi rasa sakit dihatinya tidak sebanding dengan tubuhnya.
"STOP" suara orang berteriak terdengar oleh Stevania. Namun Stevania hanya menganggap itu halusinasinya.
"STOP IT!! GUE BILANG BERHENTI YA, BERHENTI!!" Teriakkan itu memberhentikan aktivitas Stevania dan membuatnya menoleh.
Ternyata itu bukan halusinasinya. Seorang lelaki berdiri tidak jauh darinya. Dengan tubuh yang masih terbalut seragam SMA yang berbeda dengan dikenakannya.
Stevania hanya mampu menundukkan kepalanya, dia tidak berani untuk menatap wajah lelaki tersebut.
"Lo boleh nangis, kalo itu buat lo lega. Tapi bukan berarti harus nyakitin diri lo juga" suara lelaki tersebut memecahkan lamunan Stevania.
"Apa urusannya sama lo?" Kata Stevania denga sorot mata yang sedih. Tapi lelaki tersebut hanya diam dan mendekatinya.
"Lo boleh nangis, jika itu buat lo lebih baik dan lega" ucapnya sekali lagi.
Sepertinya ucapan itu tepat mengenai hatinya. Stevania kembali menangis, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Stevania sempat terkejut saat lelaki tersebut tiba - tiba memeluknya. Tapi akhirnya Stevania merasa nyaman dan suara tangisannya mulai mereda.
"Kenapa hidup itu nggak adil? Tuhan sayang kan sama gue?"ucapnya disela - sela isakan.
"Hidup itu nggak sesederhana yang lo liat. Mungkin lo pikir hidup lo lebih rumit dibanding hidup seseorang, but you never know what kind of battle they are fighting" ucap lelaki tersebut sambil mengeratkan pelukannya.
"Tapi kenapa harus gue? Kenapa bukan yang lain?" Ucap perempuan tersebut.
"Karena Tuhan sayang banget sama lo, Dia pengen, lo bisa jadi perempuan yang kuat buat dimasa depan nanti" ucap lelaki tersebut sambil menatap Stevania tepat di manik matanya.
Aneh sekali. Stevania merasakan rasa damai dan nyaman saat melihat matanya yang teduh. Tapi sekarang Stevania baru sadar, bahwa dia sekarang berada dipelukkan lelaki yang tidak dikenalnya.
"Ma-makasih, dan gu-gue minta maaf karena ba-bales pelukan lo." Ucap Stevania sambil menunduk dan meratapi kebodohannya tadi.
"No problem girl. Gue juga minta maaf karena langsung meluk lo" ucap lelaki tersebut.
"Ehm, gu-gue pulang ya. Makasih udah nyemangatin gue" ucapnya dan langsung berbalik dan berlari pergi.
Melihat tubuh perempuan tersebut menjauh dan sudah aman, sebuah senyuman tercetak di bibir lelaki tersebut. Setidaknya, sekarang dia tau nama perempuan tersebut dari nametag yang dipakainya.
"Stephanie Zahra P"
...............
KAMU SEDANG MEMBACA
Stephanie [End]
Teen Fiction#169 in Teen Fiction - 25 Agustus 2016 #140 in Teen Fiction - 28 Agustus 2016 #133 in Teen Fiction - 2 september 2016 [Jangan ada yang copas ini cerita. Gue bikin sendiri dengan hasil pemikiran gue sendiri. Kalo ada yang sama atau gimana pun bentukn...