Ten

9.1K 618 112
                                    



Nyaman adalah ketika memiliki seseorang yang tidak akan pernah pergi meninggalkan, apapun tingkah yang kita lakukan.

Nyaman adalah ketika tidak ada tuntutan untuk mandi sekarang juga.

Nyaman adalah kemana pun kita pergi, kesitulah kita akan selalu dicari.

-Unknown-


Baca ceritaku yang Azalea ya^^

Happy Reading Guys.

Author POV

Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya sejak beberapa jam yang lalu. Namun, Stevani masih betah di tempat tidurnya. Bahkan, suara ketukan yang berasal dari luar pintu kamar tidak ia gubris sedikitpun.

Tok! Tok! Tok!

"STEVANI, GUE CAPE KETOK PINTU KAMAR LO! CEPET BUKA PINTU KAMAR LO!!"

Cklek!

Pintu tiba - tiba saja terbuka. Dan munculah Stevani yang masih mengenakan pakaian tadi malam.

Stevani menguap dan merentangkan tangannya. "Apaan sih? Ini masih pagi, Bi."

"APAAN?! Lo inget kan, hari ini mau jalan - jalan sama Bian?" Jerit Biandadari sambil menggoyangkan bahu perempuan tersebut. Dicubit nya kedua pipi Stevani dengan sangat gemas. "Lo inget, kan?"

Stevani mengangguk sambil berusaha menyingkirkan tangan Biandadari yang masih terus menyiksa pipinya. "Iya, gue inget. Singkirkan tangan ganas lo, Bi."

Biandadari segera menjauhkan tangannya dari pipi Stevani. Bibirnya tersenyum jahil. "Cie, yang tadi malem abis malam mingguan sama Bian. Lo nggak nanya, siapa yang bawa lo ke kamar?"

Stevani mengerutkan keningnya. "Emangnya siapa yang bawa gue ke kamar?"

"Untung lo cantik, Stev. Yang bawa ke kamar Bian, njir." Ucap Biandadari dengan nada gemas.

Harus diakui, siapapun yang melihat dan mengenal Stevani akan merasakan perasaan ingin melindungi perempuan tersebut. Bahkan, Biandadari sudah terjebak oleh perasaan tersebut.

Stevani mengangguk. "Oh, Bian. Terus apa hubungannya sama gue?"

Biandadari mengacak rambutnya dengan tampang frustasi. "Lo bego atau bego? Ya jelas ada, Stev. Lo pasti pacaran, kan?"

Stevani menatap Perempuan yang berada di depannya itu dengan sorot mata tidak percaya. Bagaimana bisa Biandadari mengatakan dirinya pacar seorang muka datar?

"Kalo kasih pilihan yang bagus, nyet. Lo bilang gue pacaran? Gue nggak pacaran, Bi. Bisa gila gue pacaran sama Bian." Ucap Stevani dengan nada sebal. Mana ada yang ingin berpacaran dengan orang kekurangan asupan gizi pada wajahnya. Membayangkan saja sudah membuat dirinya bergidik ngeri. "Yaudah, gue mau mandi dulu. Bye, jelek." Lanjutnya sambil meninggalkan Biandadari yang masih setia melamun.

"STEVANI, GUE BELUM SELESAI NGOMONG SAMA LO!!"

......

Setelah menunggu lama Stevani di ruang keluarga yang terletak tepat di samping kamarnya, Bian menarik langsung tangan Stevani saat dirinya baru saja keluar kamar.

Stevani yang baru saja keluar dari kamarnya terlonjak kaget, saat tangannya ditarik. Stevani heran dengan Bian yang selalu membuat dirinya kaget dengan segala macam tindakannya.

"Lo mau ngajak gue kemana, Bian?!" Tanya Stevani saat Bian menaiki motornya.

"Nanti lo juga tau sendiri." Jawab Bian dengan nada misterius. "Cepet naik!" Lanjutnya kepada Stevani yang masih menampilkan wajah polosnya.

Stephanie [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang