Masa liburan kenaikan kelas telah usai dan sekarang waktunya untuk masuk kembali. Sebenarnya aku tidak mempunyai semangat sama sekali untuk masuk sekolah. Hal itu dikarenakan aku movie marathon kemarin malam. Yah, itu memang kesalahanku karena saat orangtuaku mengingatkan, aku tetap melanjutkannya.
Tetapi, bisa dipastikan kalau mama dan papa akan memarahiku kalau aku membolos dengan alasan kurang jam tidur. Bisa juga kalau mereka menghukumku dengan cara tidak memberiku uang jajan selama satu minggu ke depan. Kedengarannya itu sangat tidak mungkin ....
Dengan mata yang masih setengah tertutup, aku bangkit dari tempat tidur dan melangkah malas menuju toilet. Tidak lama kemudian aku sudah selesai mandi dan memakai seragam sekolah. Kulangkahkan kakiku menuju cermin dan menatap bayangan diriku di depan sana. Segera aku menyisir rambut, kemudian mengucirnya. Tak lupa juga kupoleskan bedak dengan tipis serta sedikit lip balm. Perfect!
☆♡☆♡☆
Koridor sudah hampir sepi. Sepuluh menit lagi bel akan berbunyi. Sedangkan kelasku terletak di lantai dua. Namun, aku tetap berjalan santai. Sudah kubilang, hari ini aku benar-benar tidak punya niat.
"Tumben jam segini baru dateng." Vexia tiba-tiba sudah ada di sampingku, tentu saja itu membuatku terkejut.
"Lo juga baru dateng gitu," tukasku dengan nada kesal sambil memutar bola mata jengah.
Vexia memelukku. "Jangan marah, dong. Gue kangen banget sama lo."
Aku membalas pelukannya dengan erat dan berkata, "Gue juga kangen banget."
Walaupun terkadang dia membuatku kesal, tapi aku tetap menyayanginya. Setelah beberapa saat kami berpelukan aku pun melepaskannya. Liburan kemarin kami disibukkan dengan acara keluarga masing-masing sehingga tidak ada kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama.
"Yuk, ke kelas sekarang."
Kuanggukkan kepalaku sebagai jawaban. Tetapi, Vexia malah berlari meninggalkanku sambil tertawa. Dia memang suka sekali menggodaku. Aku mendengus geli melihatnya bertingkah seperti itu.
Aku sangat bersyukur dapat masuk kelas XI MIA 2 bersama Vexia. Dia adalah teman pertamaku saat MPLS dan kebetulan kami sekelas juga dari kelas X. Hal itulah yang membuat kami semakin dekat hingga menjadi sahabat.
Saat aku sedang menaiki tangga, tiba-tiba ada seseorang dari atas sana yang turun dengan tergesa-gesa tanpa melihat sekitar dan terfokus pada layar ponsel yang dipegangnya. Belum sempat aku menghindar darinya, terlebih dahulu dia menabrakku. Aku hanya bisa memejamkan mata karena yakin kalau akan terjatuh. Tetapi, dugaanku salah. Ternyata ada yang menggenggam tanganku dengan erat serta memegang bahuku sehingga aku tidak apa-apa dan masih baik-baik saja.
Kubuka mata secara perlahan dan langsung terkesiap selama beberapa detik. Laki-laki yang berada di hadapanku ini sangat tampan. Aku menatap matanya lekat-lekat dengan sorot penuh kekaguman. Jarak kami lumayan dekat hingga deru napasnya terasa di sekitar wajahku.
Dia melepaskan dirinya dariku dan meninggalkanku tanpa mengatakan apa pun. Kupikir tadi dia merasa bersalah dan akan meminta maaf. Sepertinya aku yang terlalu berharap. Ada apa dengan diriku? Kurasakan jantungku berdegup lebih kencang hanya karena tidak sengaja merasakan pandangan pertama dengan laki-laki itu. Padahal, sebelumnya aku tidak pernah mengalami hal yang berlebihan seperti ini. Karena tidak mau memikirkan hal itu lebih lanjut, aku bergegas lari menuju kelas.
☆♡☆♡☆
Bel istirahat telah berbunyi. Saat-saat yang sedang ditunggu oleh para murid akhirnya datang, begitu pula denganku.
"Ayo, Ve. Laper banget, nih," ajakku seraya bangkit dari kursi.
"Iya, Ken. Yuk," sahut Vexia cepat sambil menarik tanganku menuju kantin.
Aku mengedarkan pandangan ke seluruh area kantin. Tempat duduk yang berada di pojok belakang menjadi daya tarik tersendiri bagiku. Dari dulu aku dan Vexia sangat suka duduk di sini.
Sambil menunggu Vexia yang sedang mengantre, aku melihat-lihat suasana sekitar kantin yang cukup ramai ini. Tak kusangka, laki-laki yang menabrakku tadi pagi juga sedang duduk di tempat yang tidak jauh dariku. Aku segera mengalihkan pandangan ke arah lain karena takut ketahuan sedang memerhatikannya.
"Lo kenapa jadi nggak tenang gitu?" tanya Vexia sambil meletakkan makanan di atas meja.
"Gue tadi ditabrak sama cowok itu," jawabku seraya menunjuknya sekilas.
Vexia terlihat penasaran. "Demi apa! Terus gimana?"
"Tadinya gue kira bakalan jatuh, tapi dia megangin gue. Terus gue jadi gugup kayak ada sesuatu yang aneh. Gue juga baru pertama kali ngerasain hal itu," jelasku.
Vexia tersenyum tipis. "Itu tandanya lo tertarik sama dia sejak tadi dan mungkin aja sekarang lo udah mulai suka sama dia."
Aku menggeleng yakin. "Enggak! Mana mungkin gue suka sama cowok dingin kayak dia. Gue kira dia bakalan minta maaf, tapi nyatanya dia malah pergi tanpa merasa bersalah."
"Wajar kalo sikapnya gitu. Dia, 'kan, anak baru di sini. Perlu lo tau, dia itu kakak kelas," ucap Vexia.
Aku mengerutkan dahi, sama sekali tidak mengetahui fakta itu. "Kok ... gue nggak tau sama sekali, ya? Lo tau dari mana?"
"Lo, tuh, nggak update. Tadi pagi gue tau dari Kak Devan."
Setelah itu aku dan Vexia sama-sama terdiam. Hatiku yang terdalam merasa penasaran ingin mengetahui siapa nama laki-laki itu. Namun, aku tidak ingin menanyakannya sekarang. Kami segera menghabiskan siomay beserta milk tea. Lalu, kami pun keluar dari kantin dan pergi menuju taman belakang. Sejak dulu sebisa mungkin kami menyempatkan ke sana saat istirahat berlangsung. Terkadang untuk membicarakan suatu hal yang mengandung unsur lucu, kemudian kami tertawa lepas tanpa beban. Kami juga saling berbagi curahan hati supaya tidak ada lagi rahasia yang tersembunyi.
☆♡☆♡☆
Anggep aja ini sebagai introduce. Jadinya emang dibikin pendek. But, don't worry! Gue janji bagian selanjutnya lebih panjang. Stay tuned ....
Thanks for reading!
Don't forget to vote and comment☺
KAMU SEDANG MEMBACA
The Force of First Sight
Teen FictionPertemuan yang berawal dari ketidaksengajaan telah mengubah pandangan Kenza Valencia terhadap Rafa Marvelle. Kehadiran Rafa yang merupakan murid baru di sekolahnya sukses membuatnya merasakan indahnya jatuh cinta. Pengkhianatan, kesalahpahaman, dan...