《Three》

1.5K 101 3
                                    

Aku berlari kecil menuju dapur. Rasanya tenggorokanku sangat kering. Aku mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga habis tak bersisa. Lalu, aku duduk di sofa ruang keluarga dan mendapati mama sedang membaca majalah. Papa memang belum datang karena sekarang masih sore.

"Ayo, ikut Mama," ajak mama sambil menutup majalah.

"Mau ke mana?" tanyaku.

"Ke mall. Mama pengen shopping," jawabnya sambil terkekeh.

"Oke, deh. Tapi, nanti temenin aku nonton, ya?" ujarku dengan nada memohon.

Mama menganggukkan kepalanya. "Iya, siap-siap sekarang aja."

"Oke, Ma."

☆♡☆♡☆

Aku dan mama telah sampai di mall sekitar tiga jam yang lalu. Kami sudah membeli berbagai baju, tas, dan sepatu. Beginilah jika aku dan mama sedang ada waktu untuk shopping. Aktivitas sekolah yang membuat jadwalku sangat padat mengakibatkan aku dan mama tidak bisa selalu quality time seperti dulu lagi.

"Ke mobil dulu," kata mama.

Aku berucap, "Iya, Ma."

Kami menuju tempat parkir sebentar untuk menaruh barang yang cukup banyak ini. Aku sengaja membeli tiket yang jadwalnya paling terakhir. Itu juga karena mama yang ingin shopping duluan.

Lalu, aku dan mama menuju cinema. Aku memilih film 'In The Heart of The Sea'. Tidak tahu kenapa aku penasaran dengan film itu. Mungkin karena aku seorang penggemar genre action.

Aku merasa ada yang duduk di samping kiriku setelah film sudah mulai beberapa saat yang lalu. Tapi, aku tidak peduli dan terus fokus. Aku tetap serius menonton sambil sesekali menikmati popcorn caramel.

"Ken, Mama mau ke toilet. Tapi, Mama langsung tunggu kamu di food court aja. Mama laper soalnya," bisik mama pelan.

Aku mengangguk mengerti. "Iya, Ma. Nanti aku langsung ke sana aja."

Mama berjalan keluar. Aku melihat ponselku untuk mengecek jam. Sekitar dua belas menit lagi film akan selesai. Karena asyik menonton, sampai tidak terasa kalau film akan segera berakhir. Dan tidak tahu kenapa, perasaanku menjadi tidak enak.

Aku menjadi penasaran sehingga menoleh ke arah samping. Aku terlalu tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Sehingga aku menatap orang di samping kiriku dengan membelalakkan mata. Setelah memastikan beberapa saat, ternyata benar bahwa di samping kiriku ada Kak Rafa.

Apakah aku salah melihat atau ini hanyalah halusinasi?
Bagaimana bisa secara kebetulan kami menonton film yang sama?
Kenapa juga dia memilih tempat duduk di sampingku?

Aku memperhatikannya dari samping. Sampai tak terasa kalau filmnya sudah selesai. Lalu, dia menoleh ke arahku dan menatapku sebentar dengan satu alis yang terangkat. Sontak, hal itu membuatku gelagapan. Aku tersenyum kepadanya, berusaha untuk terlihat ramah. Tapi, yang kudapatkan hanyalah wajah dinginnya.

Padahal, kami ini sudah saling mengenal, tapi dia bertingkah seolah aku ini bukan siapa-siapa. Setelah itu dia pergi tanpa mengatakan apa pun padaku. Dengan hati yang mencelos dan raut muka kecewa, aku pun menuju food court dengan perasaan yang sulit diartikan.

☆♡☆♡☆

"Ma, tadi lihat cowok yang duduk di sebelah kiriku nggak?" tanyaku pada mama yang sedang asyik melahap makanannya. Aku sangat takut kalau harus bercerita soal Kak Rafa. Tapi, sekarang aku benar-benar membutuhkan saran dari mama.

Mama terlihat berpikir sebentar sambil mengerutkan dahinya. "Lihat sekilas."

"Dia itu anak baru di sekolah aku, Ma."

Mama menatapku dengan sorot kebingungan dan bertanya, "Terus kenapa?"

"Aku ngerasa ada yang aneh. Contohnya jadi gugup-gugup gimana gitu kalo di deket dia. Aku nggak tau kenapa bisa kayak gini," jelasku apa adanya.

"Sayang, itu tandanya kamu suka sama dia. Coba aja perjuangin cowok itu kalo emang kamu mau dapetin dia," jelas mama sambil tersenyum lembut.

Aku terdiam beberapa saat. "Nanti aku pikirin lagi aja," ucapku kemudian.

Mama tersenyum mengerti. "Oke, mendingan kamu makan dulu."

Mama sudah selesai makan dan menungguku yang sedang menghabiskan burger dan float. Lalu, kami pulang ke rumah. Selama perjalanan aku terus memikirkan tentang perasaanku pada Kak Rafa. Aku sangat bingung tentunya.

"Ken, udah nyampe," ucap mama yang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Eng... biar aku yang bawa barangnya, Ma." Aku keluar dari mobil dan mengambil beberapa paper bag di bagasi.

Saat masuk ke rumah aku mendapati papa yang sedang menonton televisi. Aku duduk di sampingnya dan menaruh paper bag di meja. Sekarang, jam menunjukkan sekitar pukul sepuluh malam.

"Pa, nggak tidur?" tanyaku.

Papa menggeleng. "Nggak, nunggu kamu sama Mama pulang."

"Pulang kemaleman soalnya Kenza minta nonton," ucap mama seraya menyenderkan kepalanya di bahu papa.

Papa berkata, "Ken, kamu tidur sekarang aja."

"Good night, Ma, Pa." Aku mengecup kening mama dan papa bergantian yang dibalas senyuman oleh keduanya.

Aku berbaring di tempat tidur dan menatap langit-langit kamar penuh dengan rasa gelisah. Aku terus memikirkan tentang Kak Rafa. Rasanya tidak mungkin kalau aku suka secepat ini. Baru pertama kalinya aku mengalami perasaan aneh ini. Ya, sebut saja first love.

Apalagi kalau kata mama, aku harus berjuang untuk mendapatkannya. Menurutku itu bukan hal yang mudah karena aku tidak secantik gadis lain yang ada di luar sana. Mungkin juga aku bukanlah seseorang yang dia inginkan. Papa juga pasti akan memarahiku kalau sampai tahu aku mulai berani berurusan dengan masalah percintaan.

Hanya karena insiden di tangga waktu itu, aku sudah merasakannya jauh sebelum waktunya tiba. Dan semuanya bermula dari Kak Rafa. Hatiku berkecamuk merasakan sesuatu yang tidak pernah kubayangkan sebelumya.

Kak Rafa adalah laki-laki yang sulit untuk ditebak. Dia juga cenderung tertutup kalau baru mengenal seseorang. Contohnya saat aku berbicara, dia tidak mau menatapku sedikit pun dan hanya menanggapi dengan singkat atau malah tidak dijawab sama sekali. Maka dari itu, aku frustasi sendiri.

Aku menuju balkon untuk sekadar berpikir. Angin malam membuatku sedikit kedinginan. Kupejamkan mataku untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Tapi, yang kudapatkan hanyalah kebimbangan antara mencoba berjuang atau memendam perasaan secara diam-diam.

Seharusnya aku tidak boleh menyerah seperti ini. Tapi, aku merasa tidak siap untuk menghadapi hal yang terjadi nantinya. Hanya karena pandangan pertama itu, semuanya berubah. Dulu aku tidak percaya dengan 'love at first sight'. Tetapi nyatanya, sekarang aku sendiri yang mengalami hal itu. Sulit dipercaya memang. Bahkan, aku sendiri juga tidak bisa menjelaskan perasaanku saat ini. Ini semua terlalu rumit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

☆♡☆♡☆

Di mulmed ada Kim Sae-ron buat cast-nya Kenza.

Don't forget to vote and comment, thanks.

The Force of First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang