《Twenty One》

813 57 1
                                    

Kak Rafa telah selesai melewati Ujian Nasional. Itu artinya tidak lama lagi kami akan berpisah karena tidak satu sekolah lagi. Entah hubungan kami dapat bertahan atau tidak. Terpisahkan oleh jarak nantinya membuat frekuensi pertemuan kami menjadi lebih jarang. Aku juga harus fokus karena sebentar lagi kelas dua belas SMA yang pastinya akan menyita waktu.

Kutepis semua pemikiran tentang hal itu dan dengan cepat aku berganti pakaian. Hari ini aku akan ke rumah Kak Rafa untuk memberikan kue kesukaannya. Aku membuatnya sendiri tanpa bantuan mama karena beliau sedang pergi dengan papa.

Aku menuruni tangga dan menuju dapur untuk mengeluarkan strawberry cheese cake dari oven. Kuenya telah jadi dan kupotong menjadi beberapa bagian. Lalu, kukemas rapi dan kue pun sudah siap.

"Aku pergi dulu, ya," pamitku pada Audy yang tengah asyik menonton film dengan setoples popcorn di sampingnya.

Audy menoleh ke arahku dan menatapku penuh tanya. "Kakak mau ke mana? Masa aku dibiarin sendirian, sih?" tanyanya dengan mencebikkan bibir.

Ada-ada saja alasan adikku itu. Padahal, sebenarnya dia bisa menjaga dirinya sendiri. Audy suka sekali menggangguku dengan berbagai macam cara.

"Bodo amat. Yang penting, kan, aku nggak pulang malem," ucapku santai.

Audy mendengus sebal dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Aku berlari menuju garasi dan langsung mengemudikan mobil menuju rumah Kak Rafa.

Setelah beberapa menit berlalu melewati perjalanan, sekarang aku sudah sampai di rumahnya. Kuketuk pintunya dan muncullah Tante Alyssa. Aku tersenyum mendapati beliau yang membukakan pintu.

"Pagi, Tante," sapaku.

Tante Alyssa membalas senyumanku. "Pagi juga. Yuk, masuk," ajaknya.

"Iya, Tan." Lalu, aku mengikutinya menuju ruang tamu.

Setelah dipersilakan duduk, beliau berkata, "Rafa-nya masih tidur. Bangunin aja nggak papa, kok."

Aku menggeleng. "Nggak perlu, Tan. Saya nunggu aja sampai dia bangun."

"Nanti malah lama. Udah naik aja."

Aku pun terpaksa mengangguk karena tak mungkin kalau aku membantah perintahnya. Setelah sampai di depan kamarnya aku ragu antara masuk atau tidak.

Pintu tiba-tiba saja terbuka dan nampaklah Kak Rafa. Aku sangat terkejut karena dia tahu bahwa aku ada di sini.

"Gimana bisa tau?" tanyaku penasaran.

Kak Rafa menaikkan satu alisnya. "Jelas, dong. Tadi mobil kamu keliatan dari jendela kamar aku."

Aku mengangguk paham. Tanganku ditarik olehnya masuk ke kamarnya. "Kamu bawa apa?" tanyanya sambil melirik kotak kue buatanku.

"Strawberry cheese cake. Hope you like it," jawabku sambil menyodorkan kue itu padanya.

Dia tersenyum manis dan langsung mencobanya. "Enak banget. Siapa yang bikin?"

"Coba tebak," ujarku.

Kak Rafa mengerutkan dahinya bingung. "Jangan bilang kamu bikin sendiri?"

"Hehe... iya," jawabku sambil terkekeh kecil.

"Ikutan makan, dong. Masa aku yang ngehabisin sendiri?"

Aku mengambil sepotong kue itu dan mulai menikmatinya. Setidaknya aku berhasil membuatnya meskipun rasanya tak sama dengan yang ada di toko roti.

"Gimana Ujian Nasionalnya lancar nggak?"

Kak Rafa mengangguk pasti. "Lancar, kok. Doain aja semoga hasilnya bagus."

The Force of First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang