Chapter 3. The Moon

219 30 0
                                    

Adriana's POV

"Apa-apaan?" Tanyaku tidak percaya akan apa yang aku dengar.

"Sssttt, Ibu menyuruhnya untuk menutup jendela dan mengunci pintu untuk membicarakan hal ini denganmu." Jelas Ibu sambil terkekeh.

"Mengapa Ibu memberitauku soal ini?" Tanyaku semakin berbisik ke arah Ibu.

"Agar kamu ingin tau cerita selengkapnya." Jawabnya tersenyum sambil mendongakkan wajah, mengetahui perkiraannya benar.

"Ceritakan seluruhnya, bu." Pintaku sambil meneguk jus strawberry yang Ibu buatkan hanya untuk menyegarkan tenggorokkanku yang seketika kering.

"Ibu pikir kalian bertengkar karena Ibu mendengar suara teriakanmu. Harry turun dengan wajah yang pucat. Ibu ajak dirinya ke dapur untuk menenangkan diri. Ia mengatakan bahwa ia melihatmu hanya dengan handuk dan dia hampir keluar kendali." Ucap Ibu sambil memajukan kepalanya, memberitauku seperti memberitau sebuah rahasia.

"Diluar kendali?"

"Itu wajar menurut Ibu seorang laki-laki melihat seorang gadis hanya dengan handuk dan ia bilang diluar kendali."

"Oh."

"Lalu, ia minta maaf pada Ibu karena telah melihatmu hanya dengan handuk." Ucap Ibu tersenyum dan meneruskan pekerjaannya.

"Sungguh? Ia melakukan itu?" Tanyaku tidak percaya.

"Ia juga bertanya pada Ibu apa yang harus ia katakan jika kamu bertanya padanya apa yang ia lakukan dibawah sini. Ia jawab apa?" Tanya Ibu terkekeh.

"Mengambil apel didapur?" Jawabku seperti pertanyaan.

"Nah, itu yang Ibu ucapkan." Ucap Ibu dengan tawa yang lega.

"Ia itu benar-benar baik sayang, ini bukan pertama kalinya ia menceritakan kejadian yang seharusnya tidak perlu ia ceritakan. Ia memberitau Ibu bahwa siapa pacar terakhirmu?"

"Lyon?"

"Nah dia, dia hanya ingin masuk ke dalam celanamu. Terbukti dengan kejadian yang Ibu tidak akan bahas, benar? Harry juga tidak pernah lama berhubungan dengan gadis karena pada akhirnya, ia akan kembali padamu." Jelas Ibu seperti lebih mengetahui Harry dibanding diriku.

Aku teringat bahwa ia selalu mengingatkanku bahwa tidak seluruh hal yang berawal baik akan berakhir dengan baik. Sejauh ini, aku dan Harry selalu mendapatkan laki-laki dan gadis yang menurut kami baik untuk kami. Namun pada akhirnya, sulit untuk tidak merelakan mereka pergi.

"Ibu hanya berharap yang terbaik untuk kalian, cinta tidak dapat dipaksakan, benar?" Tanya Ibu sambil tersenyum ke arahku.

Harry muncul ke dalam dapur secara tiba-tiba dengan ekspresi wajah yang datar. Apa ia mendengar apa yang Ibu ucapkan? Ibu membuat keadaan lebih baik dengan memberikannya jus strawberry yang ia langsung teguk dengan cepat.

"Apa yang membuatmu menghilang selama itu?" Tanyaku memperhatikannya yang meminum jus sambil berjalan ke arahku.

"Lyon." Jawabnya setelah beberapa lama aku menunggunya menghabiskan jusnya.

"Apa?"

"Aku baru saja mengintip dari jendela belakang. Kamar tetanggamu memang suka dibuka ya jendelanya?" Tanyanya.

"Yang mana? Tante Rosie? Sebelah kanan rumahku?" Tanyaku berbalik.

"Iya sebelah kanan rumahmu. Tadi aku melihat Lyon dikamar tetanggamu itu." Ucapnya menatapku dengan suara yang datar.

"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Ibu ikut penasaran.

"Begitulah bu, Lyon ada di atas tetangga Ibu. Dikamar tetangga Ibu, dengan jendela yang terbuka dengan besar." Jawabnya dengan dahi bertautan.

Lovable // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang