Chapter 4. Who Knew?

225 31 1
                                    

Adriana's POV

"Aku pikir, kamu dekat dengan Lyon." Ucapku tidak percaya akan apa yang ia ucapkan namun berusaha menyimpannya hanya untuk diriku.

"Aku dekat dengannya bukan berarti aku tidak dapat mengatakan bahwa dirinya bodoh." Jelasnya menatap ke arahku.

"Oh."

"Bagaimana kamu mengetahui bahwa ia hanya laki-laki—? Aku mencari kata yang tepat dan dapat diterima olehmu tapi tidak kutemukan?" Tanyanya sambil membenarkan rambutnya yang berwarna coklat legam.

"Tunggu, semua orang tau bagaimana ia sebenarnya dan aku tidak tau?" Tanyaku dibuat tidak percaya lagi.

"Akupun terkejut karena ia benar-benar berbeda saat bersamamu. Aku pikir ia sudah berhenti memanfaatkan para gadis." Bukan diriku saja. "Sudah kubilang ia memang bodoh."

Aku menghembuskan nafas dengan berat. Rasanya soda kaleng yang sedari tadi aku pegang hanya merepotkanku. Bagaimana bisa aku menghilangkan rasa hausku tanpa meminum soda kaleng ini? Meminum air mancur?

"Dia tidak baik untukku." Ucapku seketika.

"Bagaimana kamu mengetahui hal itu? Apa karena kejadian itu?" Tanya Louis membuatku benar-benar membutuhkan air untuk aku minum saat ini.

"Lou, aku butuh air. Aku tidak suka soda." Ucapku dengan suara parau.

"Ini, minum punyaku. Ini sirup cherry. Coba saja." Ucapnya sambil memberikan gelas yang sedari tadi ia pegang ditangan kanannya. Lagi-lagi mengejutkanku bahwa ia tidak meminum alkohol.

Aku mencoba mencium bau alkohol yang aku pikir ada namun nyatanya tidak. Mungkin karena Harry selalu memperingatkanku bahwa aku harus berhati-hati akan orang yang dekat denganku selain dirinya, membuatku menjadi berlebihan akan kedatangan orang baru. Dan lagi karena kejadian itu.

Dengan cepat, aku langsung meneguk minuman yang ada didepan bibirku. Rasanya memang seperti sirup cherry namun sedikit hangat saat sampai ke tenggorokan.

"Maaf telah membahas soal itu." Ucap Louis mengambil gelas yang aku pegang dan mengambil soda kaleng yang aku simpan disampingku. Ia menuangkannya ke dalam gelasnya dan mulai meminumnya.

"Dia tidak malu kabar itu menyebar?" Tanyaku tidak habis pikir lagi.

"Setidaknya ia menjaga jarak denganmu. Itu yang Harry lakukan karena Lyon tidak sadar akan kesalahannya. Harry mengancamnya akan melaporkannya ke kepala sekolah." Ucap Louis dengan santainya.

"Sungguh? Ia tidak pernah menceritakannya padaku." Ucapku sambil memutarkan tubuhku benar-benar ke hadapannya.

"Ia akan membunuhku sekarang."

Dengan gerakan cepat, aku memutarkan tubuhku sembilan puluh derajat untuk melihat Harry dengan dua buah jagung bakar di masing-masing tangannya.

"Hey."

"Hey, Olive."

"Olive, siapa?"

"Olive you."

"Lucu sekali." Ucapku sambil menerima jagung bakar yang ia berikan dengan tangan kanannya. Ia mengacak ngacak rambutku sambil tersenyum menunjukkan lesung pipinya.

"Darimana kamu menemukan jagung itu, Harry?" Tanya Louis dengan dahi yang bertautan.

"Kulkasmu. Minta ya." Ucap Harry sambil menarikku untuk duduk direrumputan, bersandar pada air mancur.

Aku tidak dapat menahan tawa akan hal yang Harry lakukan. Ia selalu menemukan cara untuk melakukan hal yang tidak aku duga.

"Aku ke dalam dulu, rumahku akan ambruk sebentar lagi. Terimakasih atas waktunya, Adriana." Ucap Louis mengedipkan sebelah matanya.

Lovable // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang