Adriana's POV
"Aku merasa buruk sekarang." Ucapku membuat Louis mengerutkan keningnya.
"Aku tau apa yang kamu rasakan soal kejadian itu, aku mengerti." Ucap Louis dengan lembut.
"Ini soal Harry. Aku telah berperilaku egois." Ucapku membuat ibu jari Louis mengelus dengan lembut tanganku yang berada pada tangannya.
"Mungkin kita bisa pulang sekarang? Hujan sudah reda, aku tidak ingin membuat Harry khawatir karena kamu belum pulang." Ucap Louis yang aku balas dengan memberinya senyuman.
Diperjalanan, suara Louis terngiang-ngiang dipikiranku. Soal Harry yang benar-benar perduli terhadapku. Aku tidak akan mencoba untuk mengungkapkan perasaanku pada Harry meskipun pada faktanya aku harus mencobanya untuk mengetahuinya. Yang aku ketahui, kami berdua sudah nyaman dengan satu dan yang lain. Jangan pernah kalian berpikir bahwa rasa nyaman yang orang lain katakan pada kita membuatmu berpikir bahwa ia memiliki perasaan yang sama denganmu. Setidaknya itu harapanku namun aku tidak tau.
Louis menyuruhku untuk menyimpan jaketnya saat kami berhenti didepan rumahku. Aku memutuskan untuk tetap memakainya. Harusnya Ibu sudah pulang namun keadaan rumah seperti memberitauku bahwa Ibu belum pulang. Biasanya waktu pulang kerja Ibu sama denganku sebagai pekerja kantoran. Aku melihat mobil Ibu yang sudah terparkir. Begitupula dengan motor yang aku kenali namun tidak terlalu aku pikirkan milik siapa. Pintu rumahku tidak terkunci, menandakan Ibu yang seharusnya sudah pulang.
"Bu?" Tanyaku setengah berteriak.
"Iya, sayang. Ibu didapur." Jawab Ibu yang setengah berteriak pula.
Aku berjalan menuju dapur, melihat Ibu yang sedang membuat makan malam. Ia hampir selesai dengan segala hal yang sedang ia lakukan, masih berpakaian rapih—pakaian kantor—yang menandakan ia belum lama pulang. Aku tidak menyadari kehadiran seseorang sampai aku berbalik untuk membersihkan diriku—menuju kamarku dan menabrak seseorang.
"Harry?" Ucapku secara spontan setelah mencium wangi parfumnya tanpa melihat wajahnya. Ia memang lebih tinggi dariku.
"Hey, Ady." Sapanya mengacak-ngacak rambutku.
"Mengapa kamu disini?" Tanyaku sambil mengikutinya yang sedang merapihkan dan menyiapkan meja makan untuk makan malam. Jelas ia membantu Ibu.
"Anne, Ibu Harry, memberitau Ibu bahwa Ayah dan Ibu Harry memiliki keperluan mendadak diluar kota yang mengharuskan mereka untuk pergi malam ini dan menginap selama dua atau tiga malam—"
"Namun aku tidak ingin ikut. Aku hanya sendiri dirumah dan memutuskan untuk pergi kesini." Ucap Harry melanjutkan penjelasan Ibu.
"Menginap?" Tanyaku lagi.
"Menginap tidak, bu?" Tanya Harry pada Ibu. Ibu menjawabnya dengan tawa sebelum meluangkan waktunya untuk menengok ke arahku.
"Kamu mau Harry menginap atau tidak?" Tanya Ibu padaku membuat aku membesarkan mataku karena nada bicara Ibu yang benar-benar menggodaku.
"Mau! Tapi kenapa bertanya padaku?" Tanyaku yang jelas membuat keningku berkerut. Aku membuat sebisa mungkin agar pipiku tidak merah, berbicara seperti itu dengan Ibu benar-benar beresiko.
"Yasudah kalau begitu, aku menginap." Ucap Harry mengedipkan sebelah matanya padaku.
Aku menggelengkan kepalaku dan memutarkan kedua bola mataku. Sebelum membantu Ibu menyelesaikan segala hal untuk makan malam, aku meninggalkan dapur untuk menuju kamarku dan membersihkan diri. Tepat disaat aku akan menuju kamar mandi, Harry muncul didepan pintu kamarku.
"Sudah dapat hadiah untuk Liam?" Tanyaku yang mencari-cari hal untuk dibereskan agar bisa mengobrol terlebih dahulu dengan Harry. Aku memutuskan untuk merapihkan buku pelajaranku dan membereskan buku pelajaran untuk hari esok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovable // h.s
FanfictionWhen you're stuck in the best friend zone, forget all about your feelings for friendship. Sometimes it's worth and sometimes, don't lie, you know it hurts.