Adriana's POV
"Aku pasti pulang, kamu tau itu." Ucapku membuat Harry kembali menatap mataku.
"Aku menelfon Ibumu untuk memberitaunya mengenai aku yang akan kemari karena Ibu dan Ayahku memiliki urusan. Setelah itu Ibuku menelfon Ibumu untuk meminta izin secara resmi, menurutku? Lalu, aku menelfon Ibumu lagi untuk menanyakanmu, Ibumu bilang kamu belum pulang padahal Ibumu saja telat pulang dari biasanya." Jelas Harry membuatku mendekat kearahnya, memeluknya dan membiarkan kepalaku terbenam dibawah lehernya. Aku dapat seharian berada disana.
"Hujan besar, Harry. Aku harus berhenti terlebih dahulu dan berakhir membicarakan hal itu." Ucapku yang merasakan bahwa Harry tidak memelukku.
"Ady." Panggil Harry membuatku mengembalikan tubuhku seperti semula dan menatapnya dengan tatapan yang mencoba untuk tidak kecewa.
"Ya, Harry."
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Harry dengan wajahnya yang serius yang aku jawab dengan anggukan.
"Mengapa kamu masih memakai jaket milik Louis? Ini sudah didalam rumah." Tanyanya lagi sambil mengangkat kedua alisnya.
"Aku tidak boleh memakai jaket dirumah?" Tanyaku berbalik padanya.
"Tentu, tapi tidak untuk jaket miliknya." Ucap Harry dengan serius yang membuatku tertawa.
"Mengapa tidak? Kamu cemburu?" Tanyaku menutupi wajahnya dengan tanganku, membuatnya menyingkirkan tanganku dengan genggamannya yang terkesan tidak bercanda pada pergelangan tanganku.
"Tidak, hanya saja, pokoknya tidak boleh, oke? Jangan bertanya kenapa. Dan bisakah aku meminta suatu hal?" Tanya Harry lagi membuatku menjulurkan lidahku yang ia balas lagi dengan menjulurkan lidahnya.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanyaku menutupi wajahnya dengan tanganku lagi yang membuatnya mengencangkan genggamannya dipergelangan tanganku agar aku tidak menutupi wajahnya lagi. Harry memang tidak menyukai hal itu.
"Tolong lepaskan jaket itu? Jangan banyak bertanya, oke?" Ucap Harry lagi membuatku tertawa sekeras-kerasnya dihadapannya. Ia hanya memutarkan kedua bola matanya.
Tidak ada yang lucu memang namun menertawainya lebih baik dibanding membiarkan pipiku merah merona karena menganggapnya cemburu terhadap Louis. Tanpa pikir panjang, aku membuka jaket milik Louis dan menyimpannya disamping tempat tidur tanpa berhenti menertawakan tingkah konyol Harry yang membuatku semakin—mungkin jatuh cinta padanya. Harry hanya memperhatikan apa yang aku lakukan dengan tatapan serius dan sikap dingin ciri khas Harry. Mengetahui Harry seperti cemburu terhadap Louis benar-benar menguras hatiku. Bagaimana tidak, itu benar-benar apa yang aku harapkan darinya.
"Sudah, lalu apa?" Tanyaku.
"Kemari." Ucap Harry yang membuka tangannya lebar-lebar.
Aku menjatuhkan diriku ke dalam pelukannya yang dengan senang hati aku akan menjadi relawan untuk itu. Namun, saat ia hampir membalas memelukku, aku melepaskan pelukannya dan mengacak-ngacak rambutnya. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.
"Hey, biasanya kamu tidak bisa menolak?" Tanya Harry yang aku jawab dengan tawa.
"Kecewa karena aku bisa sekarang?" Tanyaku berbalik, memunculkan kepalaku dari pintu bagian luar kamarku.
"Apa yang akan kamu lakukan, Ady?" Tanya Harry lagi dengan suara yang setengah berteriak saat aku hampir membuka pintu kamar mandi. Aku menunggu Harry untuk keluar dari kamarku dan benar dugaanku ia menyusulku.
"Mandi, apalagi?" Jawabku diiringi dengan gelengan kepala.
"Aku ikut ya." Ucap Harry dengan suaranya yang cukup rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovable // h.s
FanfictionWhen you're stuck in the best friend zone, forget all about your feelings for friendship. Sometimes it's worth and sometimes, don't lie, you know it hurts.