Chapter 1

324 13 2
                                    

Sudah 2 minggu Elaine berada di sekolah barunya. Ia sangat pandai bergaul sehingga ia bisa cepat mendapatkan teman. Bahkan ia pun sudah menjadi akrab dengan teman sebangkunya, Joyce. Siang itu Elaine sedang terburu-buru membereskan buku-bukunya karena setelah seusai sekolah ia akan mengikuti pelajaran tambahan bersama teman-temannya yang lain.

Namun saat baru saja ia keluar kelas, ia melihat seorang anak laki-laki yang sedang dimarahi oleh kepala sekolah karena ia tak sengaja memecahkan pot bunga saat ia sedang bermain basket. Saat Elaine sedang memerhatikan anak laki-laki itu tiba-tiba anak laki-laki itu menoleh ke arahnya. Elaine menjadi gugup dan ia langsung mengalihkan perhatiannya. Namun tiba-tiba ia merasa pundaknya ditepuk oleh seseorang dari belakang.

"Joyce!"

"Hei, kau sedang apa?"

"Aku sedang tidak melakukan apapun."

"Kalau begitu ayo kita berkumpul di kelas 12-D. Pelajaran tambahan akan segera dimulai."

"Baiklah. Ayo,"

Elaine dan Joyce berjalan menuju ke kelas 12-D. Disana telah berkumpul anak-anak murid lainnya yang juga mengikuti pelajaran tambahan. Joyce mengajak Elaine untuk duduk di kursi paling pojok, tapi disitu masih ada sebuah tas yang sepertinya milik salah satu murid kelas 12-D. Tiba-tiba lelaki yang memecahkan pot bunga masuk ke kelas dengan membawa bola basket di tangannya. Elaine mengira ia juga mengikuti pelajaran tambahan, namun ternyata lelaki itu hanya ingin mengambil tasnya yang tertinggal di dalam kelasnya.

"Menyingkirlah! Aku ingin mengambil tasku!" lelaki itu membentak Elaine yang ingin duduk di kursinya.

Anak itu mengambil tasnya kemudian berjalan santai keluar dari kelasnya sambil mendribel bola basketnya.

"Dasar tidak sopan! Apa dia harus membentak dulu sebelum mengambil tasnya?" omel Joyce.

"Biarkan saja, Joyce." Balas Elaine.

"Mentang-mentang dia kakak kelas, dia berbuat semaunya kepada adik kelas."

"Kakak kelas?"

"Ya, apakah kau tidak tahu tentangnya? Dia adalah Matthew Sanders, anak nakal dari kelas 12-D yang sering sekali membuat kekacauan."

"Oo... pantasan saja. Tadi aku melihatnya sedang dimarahi oleh Mr. Frank karena ia memecahkan pot bunga sekolah."

"Nah, kau lihat sendiri kan? Tapi walaupun begitu, dia sangat jago bermain basket. Dia selalu ikut di setiap turnamen basket dan mencetak banyak poin."

"Selamat siang, anak-anak. Maaf, saya terlambat." Datanglah Ms. Hailie, guru pembimbing mereka.

Elaine mengeluarkan buku dari laci mejanya. Tanpa sengaja ia menjatuhkan sesuatu dari dalam laci. Benda itu bulat dan berwarna hitam. Ya, itu adalah gelang kain yang ada bordiran nama Matthew Sanders di atasnya. Tidak salah lagi gelang itu adalah milik Matthew.

Setelah pelajaran tambahan selesai, Elaine pun bersiap untuk pulang ke rumah. Joyce sudah dijemput terlebih dahulu oleh ayahnya. Jadi Elaine berjalan kaki sendirian menuju rumah.

Namun saat ia melewati lapangan basket, ia melihat Matthew yang sedang bermain sendirian di sana. Elaine menghampiri Matthew untuk memberikan gelang milik Matthew yang tertinggal di laci mejanya.

Matthew yang sedang asyik bermain bola basket pun menyadari kedatangan Elaine di sebelahnya. Ia pun menghentikan permainan bola basketnya.

"Ada apa?" tanya Matthew.

"Ini, milikmu yang tertinggal di laci mejamu." Elaine menyerahkan gelang itu kepada Matthew. Matthew langsung menerima gelang itu.

"Terima kasih." Kata Matthew.

Second HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang