Chapter 6

80 4 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Tepat jam 8 pagi Elaine telah siap untuk pergi ke turnamen Matthew. Ia hanya tinggal menunggu Joyce menjemputnya. Joyce sendiri masih sibuk mengeringkan rambut ikalnya dengan pengering rambut. Sementara itu Matthew sudah berada di stadion bersama teman satu timnya karena satu jam lagi pertandingan akan segera dimulai.

Satu jam kemudian Elaine dan Joyce sudah berada di stadion. Terjebak diantara kerumunan orang banyak. Untungnya mereka berdua berhasil melewati kerumunan itu dan mendapatkan tempat duduk paling depan.

"Elaine!"

Elaine melihat ke sekelilingnya dan mencari tahu siapa yang memanggilnya.

"Elaine, sebelah sini!" seseorang melambaikan tangan ke arah Elaine.

"Hei, Adrianna!" Elaine balas melambaikan tangan.

Adrianna menunjuk dua kursi kosong disebelahnya, menyuruh Elaine dan Joyce untuk duduk disitu.

"Ayo, kita pindah saja, Elaine. Disini sangat sesak dan panas. Aku tidak tahan." Ujar Joyce.

"Baiklah."

Mereka berdua pun pindah duduk di sebelah Adrianna, Marshall, dan teman mereka yang lainnya. Pertandingan pun dimulai. Di sebelah kiri Elaine ada beberapa gadis sebayanya yang sedang menyoraki Matthew dengan heboh.

"Matthew, kami adalah penggemarmu!"

"Matthew, berjuanglah!"

"Matthew, lakukan yang terbaik!"

"Matthew, kami mencintaimu!"

"Matthew-"

"Shhh! Kalian bisa diam tidak? jangan sampai kalian menganggu konsentrasi para pemain!" seorang pria setengah baya menegur gadis-gadis heboh itu. Mereka semua pun meminta maaf dan kembali menonton pertandingan dengan tenang.

"Wah, rupanya penggemar Matthew lumayan banyak ya," kata Elaine.

"Kau cemburu melihat Matthew disoraki oleh begitu banyak gadis?" goda Joyce.

"Ti-tidak kok."

Priiiitt! Peluit dibunyikan. Matthew langsung berhasil merebut bola dari lawan. Meskipun Matthew sangat hebat bermain basket, ia tetap melakukan kerja sama tim. Lawan mulai mendekati Matthew, berusaha merebut bola itu darinya. Matthew langsung mengoper bola itu ke teman satu timnya yang sangat dekat dengan ring basket. Pemain bernomor punggung lima itu pun langsung menerima bola dari Matthew dan memasukkannya kedalam ring. Hup! Bola pun masuk. Namun skor mereka masih satu kosong sementara itu waktu mereka masih sangat banyak.

Waktu terus berjalan. Tim Matthew telah mencetak enam belas skor sementara itu tim Mayfair telah mencetak sembilan belas skor. Matthew berusaha merebut bola dari lawan dan memasukkannya kedalam ring. Dan Matthew pun berhasil mencetak tiga poin. Waktu terus berlalu dan akhirnya kuarter pertama pun berakhir dengan skor seri mereka. Masing-masing tim diberi waktu sepuluh menit untuk beristirahat.

"Hai. Terima kasih sudah datang." Matthew menghampiri Elaine dan teman-temannya yang lain.

"Tentu saja kami datang. Kami adalah pendukung setiamu, Matt." ujar Marshall.

"Lakukan yang terbaik, Matt." kata Elaine.

"Ya, itu pasti." Matthew tersenyum.


Elaine mengeluarkan saputangan dari dalam tasnya dan mengelap wajah Matthew yang bermandikan keringat.

"Terima kasih, Elaine."

Beberapa saat kemudian Matthew telah kembali dilapangan bersama dengan timnya. Kuarter kedua pun dimulai.

Second HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang