Chapter 4

77 5 0
                                    

"Hei, kenapa kau berjalan lambat sekali? aku sampai lelah menunggumu." Ujar Matthew.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menungguku." Elane terus saja berjalan melewati Matthew.

"Hei, tunggu!"

Matthew bertanya kepada Elaine kenapa ia terlihat sangat murung. Namun Elaine tetap saja tidak mau menceritakan masalahnya kepada siapapun.

"Aku tidak apa-apa, Matt."

"Pasti ada sesuatu yang salah denganmu. Ayo, ceritakan saja padaku."

"Tidak ada yang harus diceritakan."

"Oh iya, bagaimana kalau kita mampur dulu ke kedai es krim? Di dekat sini ada kedai es krim yang menjual berbagai macam es krim, lho!"

"Es krim? Itu adalah makanan kesukaanku, bagaimana mungkin aku bisa menolaknya?" ujar suara hati Elaine.

"Baiklah, aku mau."

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju kedai es krim yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah mereka. Sesampainya di sana mereka berdua langsung memesan es krim masing-masing.

"Aku es krim vanilla."

"Aku es krim vanilla dengan keju." Ujar Matthew.

Elaine mengeluarkan uang dari saku celananya tapi Matthew sudah duluan membayar es krim untuk mereka berdua. Setelah itu mereka berdua mencari kursi untuk tempat duduk mereka. Mereka pun mengambil posisi kursi yang terletak di samping kiri dekat jendela.

"Ini uang untuk membayar es krim tadi." Elaine menyodorkan uangnya kepada Matthew.

"Tidak usah. Lebih baik uangnya kau tabung saja."

"Terima kasih."

"Sama-sama. Elaine, walaupun kita baru kenal beberapa hari tapi aku sudah merasa dekat sekali denganmu."

"Ya, aku juga merasa begitu."

"Bolehkah aku menjadi teman baikmu?"

"Tentu."

"Terima kasih."

Tak lama kemudian es krim pesanan mereka datang. Elaine merasa aneh dengan Matthew yang memesan es krim dengan keju.

"Memangnya enak makan es krim dengan keju?" tanya Elaine.

"Ya, aku sangat suka ini. Dengan keju, rasanya menjadi lebih enak. Kau ingin mencobanya?"

"Tidak."

"Ayolah, sedikit saja."

"Maaf, tapi aku tidak suka keju."

"Oo... begitu."

Matthew mulai menyantap es krimnya sementara itu Elaine hanya memandangi es krimnya. Pikirannya masih melayang-layang. Ia merasa iri dengan Adrianna yang bisa menjadi pacar Marshall. Elaine berpikir kalau saja ia tidak pindah ke Jepang, mungkin saja ia sudah menjadi pacar Marshall.

"Hei, kenapa melamun? Lihat, es krimmu sudah mulai mencair. Kalau tidak mau, mending buatku saja ya, nyam!" Matthew pura-pura menyendok es krim Elaine dan memakannya. Elaine tersenyum kecil melihat tingkah Matthew.

"Yah, setidaknya aku sudah melihatmu tersenyum walaupun sedikit." Kata Matthew.

"Maaf Matthew, aku tidak bisa bercerita sekarang. Tapi nanti aku pasti akan menceritakannya."

"Baiklah, aku akan menunggunya."

"Ya, bagaimana kalau sekarang kita pulang?"

"Tidak. Kita tidak akan pulang sebelum kau menghabiskan es krimmu sebelum itu mencair. Apakah perlu ku suapi?"

Second HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang