Chapter 11

70 6 4
                                    

Matthew dan teman-temannya pun meninggalkan bandara dan pergi ke sebuah restoran. Sementara itu Elaine sudah tak sabar untuk membuka kotak hadiah dari Matthew. Elaine sangat senang sekali saat membuka hadiah dari Matthew yang ternyata isinya adalah sebuah komik yang sudah lama diinginkannya. Namun saat Elaine mulai membuka halaman demi halaman buku komik itu, tak sengaja ia menjatuhkan selembar kertas yang ternyata adalah sepucuk surat dari Matthew. Elaine pun mulai membacanya.

Dear Elaine.

Aku hanya ingin berterima kasih karena kau sudah membalas perasaanku terhadapmu. Aku begitu bahagia karena telah menghabiskan banyak waktu bersamamu. Aku pikir, kita berdua akan bersama-sama selamanya. Tapi kenyataanya kita tidak bisa bersama. Aku pasti akan sangat merindukanmu. Tapi apakah kau juga akan merindukanku? Ah, aku rasa itu tidak penting.

Aku selalu berharap kau akan menjadi detak jantung keduaku, namun aku sadar itu hanya sebatas harapan saja. Harapan yang tidak mungkin tercapai. Tapi sampai kapanpun aku tidak akan lelah menunggumu. Aku akan menunggumu kembali. Jaga dirimu baik-baik disana dan jangan lupakan aku. Aku akan baik-baik saja disini walaupun kau pergi meninggalkanku dalam ketakutan. Takut jika kita tidak bisa bertemu lagi. Takut jika kau jatuh ke dalam pelukan orang lain. Tapi aku harap hal itu tidak akan terjadi karena bagiku kau adalah milikku. Cepat atau lambat kita akan bertemu kembali dan kita akan bersama-sama lagi.

Salam manis,

Matthew Sanders

Air mata Elaine mulai berjatuhan setelah membaca surat dari Matthew. Ingin rasanya ia memeluk Matthew lagi. Namun ia tidak bisa melakukannya, waktu tak bisa diputar kembali. Ia hanya bisa menunggu waktu berlalu sampai ia dipertemukan kembali dengan Matthew. Pandangan Elaine teralihkan oleh pemandangan langit Amerika yang sangat cerah sekali. Elaine ingin menikmati pemandangan itu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia bena-benar meninggalkan Amerika.

***

Kini sudah seminggu sejak Elaine pindah ke Jepang. Matthew sudah keluar dari sekolahnya. Ia tak memiliki semangat untuk sekolah lagi sejak Elaine pergi. Matthew lebih sering terlihat dirumah Zacky atau di restoran tempatnya bekerja. Bola basket pun sudah jarang disentuhnya. Yang dilakukannya hanyalah duduk diam sambil mendengarkan musik hard rock dari kaset yang diberikan Elaine untuknya.

Siang itu Matthew dan teman-teman satu band-nya sedang berkumpul di rumah Zacky. Namun mereka semua sedang asyik dengan dunia mereka masing-masing. Matthew sedang mendengarkan musik sambil tidur-tiduran di atas tempat tidur Zacky, Synyster sedang bermain game sendirian, Johnny dan Zacky sedang menonton tv, dan Jimmy sedang memakan kacang goreng sambil bermain-main dengan dua gelas minuman di depannya.

"Hei Matt, sampai kapan kau akan seperti itu?" Jimmy melirik Matthew yang sedang galau.

Matthew hanya diam tanpa menghiraukan perkataan Jimmy. Tiba-tiba Matt merasakan sebuah benda kecil berbentuk bulat terlempar mengenai dahinya. Semakin lama semakin banyak mengenai kepala Matthew. Matthew pun membuka matanya dan melihat Jimmy yang sedang melemparinya dengan peluru kacang goreng.

"Jimmy, apa yang kau lakukan? Zacky akan marah padamu karena kau mengotori tempat tidurnya dengan kacang goreng." Ujar Matthew.

"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja, Matt." Balas Jimmy cuek sambil kembali melahap kacang gorengnya.

"Jimmy benar, Matt. Kau tidak boleh terus-terusan seperti itu. Lagi pula Elaine hanya pergi untuk sementara kan? Dan juga, kau berencana untuk melamarnya jika sudah dewasa nanti. Bagaimana bisa kau mengejar impianmu kalau kau seperti itu? Kau harus berjuang untuk mendapatkannya, Matt." Celetuk Synyster.

Second HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang