Newton!

404 23 5
                                    

Pagi harinya Elizabeth bangun dengan pusing yang luar biasa di kepalanya. Masih sepagi ini tapi sudah terdengar kegaduhan di luar. Dengan berat hati Elizabeth bangkit untuk melihat apa yang sedang terjadi.

“Yo! Pagi sunshine,” sapa seorang pria tampan berbadan besar yang kebetulan lewat. Badannya sudah berkeringat walaupun di cuaca sedingin ini.

“Ada apa ini?”

“Seharusnya kau melepas mantelmu itu karena sebentar lagi udara akan menjadi sangat panas,” lanjutnya lalu menunjuk ke arah Luxius yang ternyata sejak tadi memperhatikan mereka berdua. Elizabeth salah tingkah setelah menyadari dirinya masih mengenakan mantel yang digunakan untuk menghangatkan tubuhnya dan rambutnya masih acak-acakan sementara yang lain sudah mulai beraktivitas. Elizabeth segera melepas mantelnya lalu membuangnya begitu saja.

Luxius mendesah panjang. Dia tahu Elizabeth akan sangat merepotkan tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Tidak disaat seperti ini.

“Apa yang akan aku lakukan?” tanya Elizabeth kepada pria yang tidak diketahui namanya setelah Luxius pergi.

“Entahlah, kau bisa mulai dengan urusan dapur,”.

Elizabeth menatap pria itu dengan tajam.

“Kenapa? Bukan masalah yang besar kan? Luxius mungkin akan suka,”

“Dimana Pier?” tanya Elizabeth dengan kasar.

“Woah, tenang dulu sunshine. Aku tidak tahu kemana teman priamu yang satu itu. Tapi aku melihat Jasper pergi kea rah sana. Mungkin dia ada disana bersama Jasper,” kata pria itu sambil menunjuk ke selatan.

Elizabeth cepat-cepat pergi meninggalkan pria itu. Orang-orang memperhatikannya ketika berjalan lalu cepat-cepat mengalihkan pandangannya ketika Elizabeth menoleh kepada mereka.

“Jasper!” seru Elizabeth ketika dia melihat Jasper sedang bercanda dengan sekelompok teman prianya. “Dimana Pier?”.

“Dia sebentar lagi akan kemari,” jawab Jasper. Dia masih merasa bersalah kepada Elizabeth karena hampir mencelakakannya kemarin. “Tunggulah disini sebentar,”

“Tidak, terima kasih,”

“Oh, ayolah Elizabeth. Kau tahu aku benar-benar salah kemarin dan aku ingin memperbaiki semuanya, kau tahu itu,”

Elizabeth menimbang pernyataan Jasper. Pria itu terlihat sungguh-sungguh. Jasper tidak seperti pria-pria lain disini yang suka menggodanya dan akhirnya dia setuju untuk menunggu Pier bersama Jasper, setidaknya Luxius tidak akan mempergokinya dengan mantel. Teman-teman jasper juga terlihat menyenangkan. Mereka secara bergantian menyampaikan permintaan maafnya kepada Elizabeth. Dia sendiri pun akhirnya juga mulai membuka diri. Elizabeth memulai dengan melontarkan guyonan-guyonan yang didapatkannya saat masih berada di Amerika. Beberapa dari mereka melemparkan senyuman yang terlihat dipaksakan tapi Elizabeth tidak peduli, itulah yang bisa dia lakukan, suka atau tidak terserah mereka.

“Pier!” seru Jasper memotong lelucon Elizabeth. Dia berlari menghampiri sahabatnya itu lalu menepuk bahunya. “Syukurlah kau datang, kami sudah mulai muak dengan leluconnya yang tidak lucu itu,” bisik Jasper sambil sekali lagi menepuk bahu Pier.

“Seharusnya kita mulai berlatih,” kata Pier kepada kawan-kawannya. “Kita bisa mati kalau sampai Alex atau Luxius memergoki kita,”

Satu-persatu dari mereka mulai berdiri menyambut kedatangan Pier. “Kami lelah Pier. Kami minta sehari saja untuk bersenang-senang,” kata Martin sambil menyodorkan segelas beer kepada Pier. Dia tahu Pier sangat menyukai beer dan tidak akan menolak jika ada orang yang menawarinya.

The Book [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang