Is it the end?

1.4K 27 7
                                    

“Ok. Tapi aku bingung harus memulai darimana,” kata Marcus sambil mengerutkan dahinya.

“Saat buku ini diciptakan. Mungkin,”

“Ok. Tapi cerita ini akan menjadi cerita yang panjang. Aku ragu kau tahan mendengarnya,”

Alex memutar bola matanya. “Marcus! Demi Tuhan!”

“Baiklah!” Marcus mendekat lalu duduk di dekat Alex. “Buku ini buku yang sangat tua. Jauh lebih tua dari ayah! Buku ini diciptakan oleh tetua Voldore, aku lupa namanya,” Marcus terdiam sejenak sambil memandang Alex.  “Alex, apa kau yakin ingin mendengarkannya? Lihat, kau sudah tampak bosan!”

“Lanjutkan saja!”

“Ok ok. Eidolon sebenarnya dibuat untuk penyihir. Kau sudah membukanya kan?”

“Ya, tapi tidak ada tulisan,”

“Karena, seharusnya Eidolon hanya untuk para penyihir kerajaan. Eidolon berisi tentang mantra-mantra kuat yang dapat menghancurkan suatu kerajaan. Dan itulah kenapa mereka membuatnya tidak…,”

“Tunggu dulu. Penyihir kerajaan? Apa maksudmu? Apa Voldore memiliki sekelompok penyihir?” tanya Alex memotong cerita kakaknya.

Marcus mengangguk. “Dulu lebih tepatnya,”

“Kenapa aku tidak tahu apa-apa?”

“Pihak kerajaan menutupinya. Mereka trauma akan kejadian yang hampir memusnahkan kerajaan. Dan itu disebabkan oleh salah satu penyihir mereka sendiri. Dia menyalin mantra Eidolon dan bermaksud menggunakannya untuk membuat sebuah kerajaan yang kuat dan berniat menguasai kerajaan-kerajaan lain termasuk Voldore. Voldore akhirnya bertindak dengan memusnahkan mereka satu persatu. Voldore terlanjur dendam dengan mereka,”

“Bagaimana dengan si pembuat? Apa dia juga ikut dimusnahkan?”

“Setahuku dia berhasil lolos,”

“Lalu kenapa Eidolon tidak dimusnahkan?”

“Tidak bisa dimusnahkan! Bagaimanapun caranya Eidolon tidak bisa dimusnahkan,”

Elizabeth dapat merasakan perutnya bergejolak. Dia lapar.Tidak seorangpun disini yang mempunyai peri kemanusiaan, pikirnya. Dia juga merasa tubuhnya semakin kurus. Suhu badannya naik. Mungkin karena infeksi. Kepalanya mulai terasa berdenyut-denyut.

“Kau lapar?” tanya seseorang dari balik kegelapan. Suaranya berat seperti ada yang mengganjal di tenggorokannya.

Elizabeth tidak menjawab.

“Aku tidak tahu bagaimana kau bisa masuk ke sel ini. Kau terlihat seperti manusia biasa,”

Elizabeth terkejut. Dia ingin sekali memeluk orang itu. Akhirnya ada juga yang berpihak kepadaku. “Mereka mengira aku ini adalah seorang penyihir karena aku membawa sebuah buku yang aku sendiri bahkan tidak tahu buku apa itu! Lucu sekali bukan?” Elizabeth ingin sekali bercerita lebih banyak lagi, tapi dia sudah tidak punya banyak tenaga.

“Buku?”

“Ya, berawalan E. Eilon, Elion, entahlah. Masa bodoh!”

“Bagaimana kau bisa mendapatkannya?”

“Seseorang memasukkannya ke dalam tasku saat aku berada di perpustakaan. Aku menyadarinya saat aku hendak tidur di kamarku. Dan tiba-tiba saja saat aku terbangun, aku sudah ada di dunia ini,”

“Apa maksudmu dengan dunia ini?”

“Aku berada di dunia bernama Bumi. Kau pernah dengar?”

Orang itu tertawa kecil. Dia merangkak mendekati cahaya lalu mencondongkan tubuhnya untuk menatap Elizabeth.

Astaga! Sekarang Elizabeth dapat melihat siapa orang yang berbicara dengannya. Seorang pria kurus bertelanjang dada. Entahlah, mungkin karena tubuhnya yang kurus, pria itu terlihat tua. Elizabeth juga dapat melihat tubuh pria itu mempunyai corak berwarna gelap. Elizabeth berani bersumpah itu adalah bekas luka dan darah yang mengering. Pemandangan yang mengerikan. Seorang werewolf? “Kau mengetahui sesuatu?”

Pria itu terdiam sejenak. Berusaha mengumpulkan tenaga untuk menjawabnya. “Aku pernah bertemu dengannya,”

“Siapa?”

“Dia menyebut dirinya Lynch. Dia yang membuat buku yang kau sebut,”

Elizabeth tersentak. Dia merasakan dingin meradang di tubuhnya. Jantungya berdetak semakin cepat. Dia pasti bisa membawaku pulang! “Dimana dia?”

Terdengar suara pintu gerbang terbuka ketika pria itu hendak menjawab pertanyaan Elizabeth. Perhatian mereka teralihkan pada sekelompok penjaga yang masuk dengan tergesa-gesa. Mereka hendak membawa Elizabeth!

“Katakan padaku! Dimana dia?!” tanya Elizabeth ketika seorang penjaga berusaha membuka sel Elizabeth.

“Aku pernah bertemu dia di Old Folks!” jawab pria itu, berharap Elizabeth yang sekarang berontak dapat mendengarnya dengan jelas.

***

“Kemana kalian akan membawaku?!” tanya Elizabeth dengan kasar. Genggaman para penjaga di lengannya terasa sangat menyakitkan.

“Diamlah!”

Para penjaga itu terus menyeretnya ke tengah kerumunan orang. Elizabeth tidak bisa melawan. Dia teralu lemah untuk melawan mereka.

Dia hanya bisa berharap kepada orang-orang yang saat ini memandanginya dengan berbagai macam ekspresi. Sebagian juga meneriakinya dengan sebutan-sebutan yang tidak pantas. Elizabeth tentu saja berang. Dia tidak pernah diperlakukan seperti itu di sekolahnya. Disini, dia seperti wanita rendahan. Dan jauh dari kata cantik.

Kerumunan orang itu langsung menepi ketika Elizabeth dan para penjaga mulai mendekat, bermaksud memberi jalan pada mereka.

Aku bersumpah aku tidak akan melupakan wajah-wajah kalian! Lihat saja setelah aku bebas, aku akan menguliti kalian satu persatu!

Elizabeth sekarang dapat melihat Marcus, Alex, dan Luxius beserta para petinggi berada di barisan paling depan. Hanya dengan melihat wajah mereka saja Elizabeth sudah ingin muntah. Para badut sedang berlagak keren!

Para penjaga itu menghentikan Elizabeth di tepi danau, menunggu aba-aba dari pimpinan mereka.

Alex sebagai pemimpinnya terlihat begitu serius. Dia menunggu saat yang tepat untuk member aba-aba. Beberapa detik kemudian, setelah para penjaga selesai memasang borgol di tangan dan kakinya akhirnya dia mulai memberi perintah dengan suara yang lantang dan tegas.

Para penjaga mulai menenggelamkan Elizabeth ke danau. Elizabeth yang terkejut tentu saja panic.

Elizabeth punya masa lalu yang kelam di air. Dia hampir saja tenggelam di kolam renang dewasa karena Zach dengan sengaja mendorongnya. Elizabeth kecil yang tidak pandai berenang berusaha menggapai pinggiran kolam renang, tapi dia malah semakin tenggelam. Zach yang saat itu berusia 12 tahun hanya tertawa melihat adiknya yang panic, hingga seorang pria paruh baya berteriak sambil menunjuk kearah Elizabeth “Seorang anak kecil tenggelam!”.

Zach berhenti tertawa. Dia memperhatikan gerak-gerik Elizabeth di kolam. Elizabeth tidak segera muncul ke permukaan. Sebaliknya, dia malah terus bergerak ke dasar kolam yang dalam.

Tanpa pikir panjang, Zach langsung melompat ke kolam untuk menyelamatkan Elizabeth, disusul beberapa pengunjung dewasa yang berada tidak jauh dari Elizabeth. Zach yang pertama menggapainya. Dia membawa Elizabeth ke permukaan dibantu seorang wanita yang kebetulan berada paling dekat dengan mereka.

Hari itu mungkin hari yang paling buruk yang pernah dialami Elizabeth. Dia hampir saja mati tenggelam. Dan saat ini kejadian itu terulang lagi, hanya saja situasinya berbeda. Tidak ada pria tua yang perhatian, wanita yang baik hati, ataupun Zach yang masih mempunyai hati.

Keadaannya berbeda. Sekuat apapun dia melawan, semuanya sia-sia. Elizabeth tidak dapat berenang ke permukaan. Air hanya menambah bebannya. Dia tidak punya tenaga untuk bergerak ke permukaan, ditambah borgolnya yang berat.

Dia tidak sempat menghirup banyak udara tadi. Dan sekarang dia mulai kehabisan udara. Dia mencoba untuk bersikap tenang dan menghemat udara yang keluar. Tapi apa daya, paru-parunya terasa terbakar, meminta oksigen untuk memadamkannya. Elizabeth tidak tahan lagi. Dia mulai membuka mulutnya tapi masih menahan nafas untuk terakhir kalinya.

Dia akan segera berakhir di dunia orang. Bagaimana jika aku mati disini? Akankah ada yang menguburku disini? Akankah seseorang memakaikanku gaun yang cantik, menaburkan bunga lilly, mengantarku ke liang lahat? Menyanyikan lagu-lagu milik Kelly Clarkson di pemakamanku? Akankah ada yang menangisiku? Akankah ada yang mendoakanku?

The Book [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang