Keesokan harinya, aku bersiap untuk berangkat kesekolah. Hari ini aku bangun agak pagi, karna Julian ingin menjemputku.
Dengan rambut tergerai dan sedikit memoleskan makeup aku sudah terlihat cantik.
Menuju meja makan.
"Morning everyone" kataku dengan gembira, entah apa yang membuatku begini."Seneng banget deh kayanya" tanya Mamy ku dengan senyumannya.
"Tiap hari juga seneng kok Mom" kataku dengan senyum yang masih terukir di bibir.
"Non, itu ada temennya jemput" kata bi Mira. 'Cepet banget datengnya'
"Iya bi makasih. Dad Mom Aku berangkat dulu ya, byee" Kataku sambil berlari menuju ke depa rumah.
"Eh Julian, cepet banget" kataku bingung. Biasanya dia datang telat kesekolah
"Iya dong, kan mau jemput princess cantik" katanya
"Demen banget ya bikin orang ngefly?" kataku sambil berjalan memasuki mobilnya.
Kami berdua hanya diam saat di perjalanan.
>>>
Sampai di sekolah kami mendapat banyak tatapan mata. Aku tak nyaman dengan tatapan ini.
"Julian gue duluan, makasih ya" kataku sambil meninggalkannya di tempat parkir.
Dab segera masuk ke kelas, lalu memulai pelajaran.
>>>
Istirahatpun tiba, aku tak selera makan jadi aku memilih untuk diam dikelas dan memainkan iPhone6 ku. Kupasang headset ditelingaku dan mulai mendengarkan musik.
Triing!
Tibatiba ada pesan masuk.
'Anya, lo dimana sih?' ternyata kak Mora.'Aku dikelas kak, kesini aja" aku membalas pesannya
'Gak, gue cuma mau bilang ntar gue gabisa pulang bareng. Gue ada perlu' katanya
'Ya terserah, yang penting mobil jangan dibawa. Ntar gue balik pake apaan" kataku
'Gue bawa mobil, lo cari tebengan aja ya" katanya.
'Ih nyebelin lo' kataku
"Ntar gue pulang sama siapa?" kataku pada diriku sendiri.>>>
Bel masuk berbunyi, dan setelah semuanya masuk tibatiba Quenara maju kedepan kelas dan mengumumkan sesuatu.
"Attention guys!! Guys malem lusa its my Brithday, so kalian semua harus dateng besok gue sebarin undangannya. And harus sama pasangan!" kata Quenara. Singkat, padat, dan jelas. Tapi menyakitkan. Tentu saja, bagaimana aku bisa datang kalau tidak memiliki pasangan?
>>>
Akhirnya pulang sekolah telah tiba.
"So, sama siapa gue balik? Ya masa jalan kaki" kataku sambil berpikir dan melihat sekeliling.Baiklah, sepertinya tak ada yang bisa jadi tebengan. Jadi aku memilih untuk naik taksi.
5 menit...
10 menit...
15 menit...
30 menit....
"Akh! Gada taksi sama sekali!" kataku kesalTibatiba sebuah motor ninja berwarna merah-hitam berhenti di depanku.
"Gak pulang lo?" tanya seseorang yang menggunakan helm. Dia langsung membuka helmnya dan ternyata itu Devon.
"Gue lagi nunggu taksi" kataku
"Lo bisa liat gak sih? Dari tadi gada taksi sama sekali, udah ayo gue anter" ajaknya
"Eh gausah, gue nunggu taksi aja" kataku sok gamau.
"Cepetan, keburu gue berubah pikiran" katanya dengan kesal.
"Eh yaudah deh" kataku, akupun menaiki motor Devon
Devon mengendarai motornya dengan cepat, tapi aku tidak mau berpegangan padanya.
"Pegangan, ntar lo jatoh" katanya, suaranya memang kurang jelas karna angin. Tapi aku mendengarnya.
Akupun meletakkan tanganku di pinggangnya, tibatiba tangannya memegang tanganku dan meletakkan tanganku agar memeluknya.
Gosh!>>>
"Makasih Dave" kataku sambil tersenyum.
"Ya, lainkali bawa mobil. Jadi gak ngerepotin orang" katanya, langsung ia menancapkan gas kerumah nya.
"Ini semua garagara Julian!" kataku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Zevannya-
Teen FictionZevannya Stephanie Perdina, gadis berparas cantik yang berusaha beradaptasi dengan lingkungannya.