Bagian 11

10.2K 557 28
                                    

"Aku sengaja dateng ke sini memang mau nyari kamu. Aku dateng sendirian kok. Tadi alasen aja biar David nggak curiga."

Martin menatap Deni dari kursi penumpang mobil Deni.

"Kamu memang niat kayak tadi?"

Deni mengangguk-angguk seperti anak kecil yang penurut sambil menstarter mobilnya.

"Iya."

"Ngaco banget kamu! David kaget banget. Kalau semuanya kebongkar bisa gawat. Lain kali kamu obrolin dulu dong sama aku!" omel Martin, nggak terima karena merasa Deni berbuat seenaknya tanpa persetujuan dia.

Wajah Deni mengeras.

"Emangnya kamu suka juga sama Dewi?!"

"Lho kok kamu ngomongnya gitu?!"

Pertengkarang pertama mereka. Padahal Martin sama sekali nggak kebayang dia bakal berantem sama Deni.

"Buktinya kok kamu kayaknya nggak suka aku kayak gitu di depan Dewi? Kamu nggak mau Dewi tahu kamu udah punya pacar?!" suara Deni meninggi beberapa oktaf.

Martin menatap Deni tak percaya.

"Kamu keterlaluan banget deh... bisa-bisanya kamu nuduh aku kayak gitu! Aku kan udah bilang aku nggak ada perasa–"

"AKU CEMBURU, TIN!" potong Deni lantang.

Martin tersentak kaget.

"Cemburu sama Dewi?! Dia bukan siapa-siapa, Den..."

"Dia cantik, supel, dewasa, karier oke..." Deni mengulangi omongan David.

Ohhh... itu masalahnya? Deni cemburu karena minder. Mata Martin melembut. Dengan pelan tangannya mengelus lengan Deni sayang.

"Dewi bukan siapa-siapa di mata aku. Terserahlah apa yang dia punya... aku nggak peduli. Pacarku itu kamu, Den... gimana pun kamu apa adanya. Aku nggak akan pernah banding-bandingin kamu sama siapa pun."

Deni diam menarik napas panjang.

"Kamu percaya nggak sih, Den?"

"Tetap aja semua itu bikin aku khawatir. Siapa sih aku dibandingin banyak cewek yang ada di sekitar kamu? Semuanya punya karier, masa depan cerah. Aku? Kuliah aja baru tingkat dua. Gimana mungkin aku bisa di sandingkan sama mereka semua? Padahal aku benar-benar sayang kamu." ucapan Deni kedengaran lemah dan penuh aura minder.

Martin menggenggam tangan Deni.

"Aku udah dewasa, nggak mungkin ngambil keputusan sembarangan. Aku nerima cinta kamu juga bukan main-main dengan dunia ini."

Deni memandang Martin sekilas dengan sayang.

"Makasih, Tin. Sori tadi aku keterlaluan."

Martin tersenyum lebar.

"Naaah... gitu dong.... Anak muda." Martin cengengesan waktu Deni yang sebel dipanggil 'anak muda' melotot garang.

"Aku nggak marah kok, den. Malah makasih banget. Si Dewi pasti sekarang ngibrit jauh-jauh karena ternyata aku udah punya pacar baru. Pacar beneran merangkap pacar bohongan. Kayaknya benar-benar bakal dapet Oscar. Mana berani cium-cium rambut, lagi."

Deni menatap martin nakal.

"Kamu mau aku cium lagi?"

Martin mendelik sebel.

"Genit!"

Tiba-tiba Deni menepi di jalan yang agak sepi.

"Lho kenapa, Den? Mogok?" tanya Martin panik.

Cinta Yang Tidak SemestinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang