Bagian 10

9.8K 567 16
                                    

Lemak. Martin menatap lengannya di kaca. Selesai mandi dia baru mau mengoleskan body lotion sebelum memakai celana dalam. Akhir-akhir ini dia malas olahraga. Waktu lagi rajin-rajinnya keluar-masuk fitness center, lengannya lebih kencang. Sejak David malas, dia ikut-ikutan malas. Pagi-pagi sebelum ngantor sekarang lebih banyak diisi tambahan waktu tidur daripada ke fitness center.

Hmm... mungkin dia harus balik lagi ke fitness center.

Ponsel Martin berteriak-teriak.

Deni.

Martin melompat duduk di atas kasur.

"Halo?"

"Udah bangun?" suara Deni kedengaran serak.

"baru beres mandi, malah. Kamu baru bangun ya? dasar mahasiswa pemalas. Mentang-mentang libur."

Deni terkekeh pelan.

"Kamu udah mandi? Bohong ya..."

"Ngapain bohong? Jorok tahu, siang begini belum mandi. Dasar anak muda!"

"Stop talking about age!" nada suara Deni kedengaran aneh.

Martin jadi nggak enak.

"Sori..."

"Sekarang lagi apa?"

Tangan Martin asyik mengoles body lotion berhenti.

"Pake lotion..."

"Nggak pake baju dong?"

Martin melotot, biarpun dia tahu banget Deni nggak mungkin bisa kelihatan pelototannya.

"Ehhh... bandel! Mulai ngaco ya."

Deni tertawa-tawa nakal.

"Lho... aku kan nanya doang. Kamu aja pikirannya ngaco..."

"Deni!" pekik Martin.

Deni cekikikan lagi.

Dasar, pikir Martin dalam hati. Tapi Martin juga senang sih digoda begitu. Itu artinya fisiknya menarik kan buat Deni?

"Tin, kamu lupa ini hari apa?"

Martin mengerutkan alis. Apa ada yang terlupa ya hari ini? Rasanya nggak. Salah satu dari mereka nggak ada yang ulang tahun.

"Hari apa?"

Deni mengeluh.

"Masa kamu lupa?"

Martin jadi bingung. Mereka baru jadian, apa yang mungkin kelupaan ya? setengah mati Martin memeras otak. Apa ya?

"Apa sih, Den?" tanya Martin, menyerah.

Deni kedengaran mengerang pelan.

"Malam Minggu, Martiiin..."

Oh, malam Minggu... terus? Martin bertanya-tanya dalam hati. Karena kerja di kafe, buat Martin kadang tak ada bedanya malam minggu dan malam-malam lainnya. Waktu masih bareng Gita, wanita itu bahkan kayaknya nggak terlalu peduli mereka punya kencan atau nggak dalam seminggu. Bahkan sebulan. Kadang mereka cuma ketemu waktu Gita keluar makan siang. Satu jam, that's it. Lalu Gita balik ke kantor dan menghilang tanpa kabar seharian itu. Lebih sering Martin yang menelepon duluan karena kangen dan pengen ngobrol. Dan Deni... eng... malam Minggu?!

"Malam minggu aku juga tau. Kirain aku lupa apaaa... gitu."

Deni kedengeran mendengus kesal.

"Kamu gimana sih? Ini kan malam minggu, kita nggak malam minggu-an?"

Cinta Yang Tidak SemestinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang