Bagian 2

17.8K 836 57
                                    

Martin menekan tombol on remote TV kamarnya. Pada usianya yang ke-24 dan nyaris banget bertunangan, tak disangka-sangka sekarang dia jomblo lagi. Tapi Martin tetap mensyukuri akhirnya dia batal nikah dengan Gita dan menyadari kebrengsekan Gita sebelum terlanjur bertunangan. 

Tadi siang mendadak dia di telepon Sandra-teman kantor Gita yang lumayan akrab dengan Martin, dan bisa dibilang informan Martin- yang melaporkan hari ini Gita keluar lagi sama 'partner' bisnisnya. Tapi Martin udah nggak peduli.

Acara reality show. Bosen. Martin menekan channel lain.

"Tin.." tiba-tiba Sazi nongol di depan pintu kamarnya.

Datang lagi nih pengacau.

"Berapa kali aku bilang sama kamu ketok pintu dulu."

Sazi mencibir.

"Emangnya kamu ngapain sih di kamar sampe harus ketok-ketok segala? Lagian pintunya nggak di kunci, ngapain ngetok?" katanya cuek sambil ngeloyor masuk.

"Justru karena nggak dikunci makanya kamu harus ketok dulu. Kalau di kunci kan kamu nggak bisa langsung masuk!" omel Martin.

Tapi percuma juga sih, Sazi sudah di dalam dan sekarang dengan cuek duduk bersila di sampaing Martin di atas kasur.

"Ganti dong channel-nya.." katanya, berusaha merebut remote dari tangan Martin.

"Eh, kok rese! Udah ngeloyor masuk, rese, lagi!" Martin mengangkat tanganya tinggi-tinggi, menghindari tangan usil Sazi.

"Mo ngapain sih?"

"Infotaiment kek! Ngapain nonton iklan alat fitness? Kayak mampu beli aja".

"Suka suka dong."

Setelah remote-nya aman, Martin merogoh-rogoh mencari-cari camilan. Akhirnya ia menemukan keripik kentang rasa barbekyu.

"Cerita dong ..." todong Sazi to the point.

"Nyam ... nyam ... apaa?"

Sazi akhirnya ikut mencomot beberapa keripik.

"Yang tadi sore... emang serius nih nggak jadi tunangan?"

Martin berhenti menguyah lalu memandangi Sazi.

"Emangnya aku kelihatan bercanda?"

Sazi mengankat bahu.

"Ya mana aku tahu... habis aneh banget sih! Batal tunangan... kayak di sinetron aja. Kenapa sih? Ini benar-benar serius, kan?"

Martin melotot gemas.

"Ya iya lah, Saz. Serius. Kemarin semuanya udah di batalin. Udah jelas, kan? Sekarang mo ngapain lagi di sini?"

Sazi kelihatan belum puas.

"Apaan?! Ceritanya begitu doang? Aku mau cerita lengkapnya, Tin. Masa alasannya begitu aja? Nggak seru ah!" protesnya.

Dasar keras kepala. Maksa.

"Kamu mo tahu aja urusan orang?"

"Lhooo... aku kan adik kamuuu.. aku berhak tau dong apa yang terjadi pada kakakku tercinta iniii..." rayu Sazi sambil terus merogoh-rogoh ke dalam bungkus keripik kentang.

"Ya udah nggak ada kecocokan aja diantara kami," jawab Martin diplomatis.

Sazi meringis.

"Iiihh! kayak artis aja kamu, Tin! Jawaban konferensi pers banget sih! Aku mau yang jelasss.. yang detail!"

"Anak kecil sok tahu kamu, Saz!" Martin menyentil hidung Sazi.

Tapi ujung-ujungnya dia curhat juga pada Sazi. Biarpun mereka berbeda jenis kelamin, soal saling curhat martin dan Sazi cukup klop.

Cinta Yang Tidak SemestinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang