"Harusnya jangan biarkan hati lo jatuh di gue, karena hati gue pun jatuh di orang yang salah," -Lexa.***
"Mau kemana sih Lang?" Tanya Aluna. Ia masih mengikuti Alang yang akan membawanya entah kemana.Setelah melewati perdebatan panjang dengan Dika, akhirnya Alang berhasil membawa Aluna pergi bersamanya.
Walau terlalu banyak aturan yang Dika berikan, tapi toh sia-sia saja karena untuk Alang hal seperti itu hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
"Bawel," jawab Alang membuat Aluna manyun. Cowok itu terus berjalan melewati koridor demi koridor sekolah sambil menggenggam tangan Aluna dengan erat dan cewek itu sama sekali tidak menolak apalagi protes. Membuat Alang menarik sudut-sudut bibirnya, tersenyum selebar-lebarnya.
Tapi tiba-tiba dari arah belakang, seseorang menghadang jalan mereka. Membuat Alang dan Aluna mau tak mau berhenti dan melihat siapa yang melakukan hal tersebut.
Lexa sekarang berdiri di hadapan Aluna dan Alang dengan kedua tangan tersembunyi di belakang. Alang langsung membuang muka saat mengetahui siapa yang sekarang berdiri di hadapannya dan Aluna. Sedangkan Aluna hanya mengerutkan dahi bingung.
"Ada apa Lex?" Tanya Aluna saat melihat Alang yang sepertinya tidak acuh.
"Gue mau ngomong sebentar sama Alang, bisa?" Tanya Lexa balik, ia menggigiti bibir dalamnya gugup saat melihat respon Alang yang tidak ingin memandangnya sama sekali.
"Nggak bisa," jawab Alang dingin. Aluna semakin tak mengerti. Apalagi saat melihat rahang Alang mulai mengeras dan tatapan cowok itu berubah tajam. Aluna juga merasakan genggaman tangan Alang semakin menguat, membuat Aluna meringis kesakitan.
Aluna lalu mengelus punggung tangan Alang dengan tangan kanannya yang bebas dari genggaman tangan besar milik Alang. Membuat cowok itu sedikit demi sedkiti berubah rileks.
"Tapi Lang ini penting," ujar Lexa. Matanya tertuju pada genggaman tangan Alang dan Aluna. Juga saat Aluna mengelus tangan Alang, tak luput dari pandangannya. Membuat mata Lexa tiba-tiba panas dan berair.
"Sepenting itu? Soal apa?" Tanya Alang, walau sudah tidak sedingin tadi tapi masih ada ketidaksukaan dalam nada bicaranya.
"Soal perj--" sebelum Lexa melanjutkan kata-katanya, Alang sudah lebih dulu menarik tangan cewek itu dan berjalan menjauh.
Aluna yang masih shock saat tangannya dilepas paksa oleh Alang hanya bisa memandang kedua sejoli tadi dengan mata mengerjap tidak percaya.
"Kenapa jadi gue yang ditinggalin sih?" Gumam Aluna kesal. Ia menghentakan kakinya lalu berbalik, berjalan menuju kelasnya.
***
Alang menghentak tangan Lexa kasar. Mereka sekarang berdiri berhadap-hadapan di koridor sekolah yang sepi karena kebanyakan siswa lebih memilih pergi ke kantin atau berdiam diri di kelas.
Lexa meringis kesakitan dan mengusap-usap tangannya yang memerah karena ditarik paksa oleh cowok itu.
Di depannya Alang mengacak rambutnya lalu melipat kedua tangannya di dada.
"Lo mau ngomong soal apa hah?" Bentak Alang membuat Lexa mundur selangkah.
"S-soal perjodohan kita," ucap Lexa pelan. Alang terkekeh sinis lalu matanya memandang Lexa tajam.
"Bullshit! Gue nggak peduli sama perjodohan konyol itu, lo tau?"
Ucapan Alang sama tajamnya dengan tatapan cowok itu. Lexa sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak turun. Setidaknya bukan di depan Alang."Lang lo nggak boleh bilang begitu," Lexa balik menatap Alang sama tajamnya.
"Ngomong sama gue, kenapa gue nggak boleh bilang begitu? Bener kan? Ini cuma perjodohan konyol yang direncanain oleh orang-orang konyol pula," ucap Alang dengan nada lirih bahkan nyaris tak terdengar, pelan tapi pasti Alang mulai berjalan maju mendekati Lexa.
"Alang! Orang-orang itu orang tua lo, orang tue gue juga!" ujar Lexa yang hampir tersedak ludahnya sendiri.
Jaraknya dan Alang benar-benar begitu dekat sekarang. Tangan kiri Alang terangkat, mengungkung Lexa antara badan Alang dan tembok di belakang cewek itu.
Lexa menahan nafasnya. Jarak mereka hanya terpaut 5cm. Cewek itu bahkan bisa merasakan nafas Alang yang hangat menerpa permukaan wajahnya.
"Dan lo? Gue tau lo pasti seneng kan dengan ini? Dengan gitu lo jadi bisa ngiket gue!" Tangan kanan Alang mengelus pipi kanan Lexa yang tirus.
Tanpa sadar Lexa membuka mulutnya karena rasanya sulit bernafas dengan normal saat ini. Ia harus membagi oksigen dengan Alang yang sekarang berada tepat di hadapannya. Bahkan hidung mereka sudah nyaris bersentuhan.
Lexa menggeleng. Mata cewek itu jelalatan. Ia ingin melihat apapun asal itu bukan mata Alang yang kini menatapnya intens. Mata yang sangat berpengaruh atas hidup dan mati Lexa saar ini.
"Apa gue bisa andelin lo? Kita tentang perjodohan ini sama-sama?" Tanpa perlu menunggu lama, Lexa menganggukan kepalanya.
***
Lexa tidak akan bisa berdiri lebih lama lagi jika harus terus dalam posisi seperti ini. Kakinya mulai lemas bagai jelly.
Dalam sedetik Alang menjauhkan tubuhnya dari Lexa.
"Bagus," ujar Alang sambil menyeringai. Cowok itu menepuk puncak kepala Lexa sebelum berbalik, berjalan menuju kelasnya.
Meninggalkan Lexa di belakang. Meninggalkan Lexa yang sudah merosot di ubin lantai koridor sekolah yang dingin dan sedikit berdebu dengan kedua kaki tertekuk. Dan air mata yang akhirnya lolos satu persatu. Cewek itu menelungkupkan kepalanya lalu mulai terisak.
Lexa tidak pernah tau, bahwa pada akhirnya mencintai Alang akan menyakitinya separah ini. Sedalam ini.
Ia juga semakin sadar, bahwa hatinya benar-benar telah jatuh pada orang yang salah.
***
"Kenapa sendiri? Mana Alang sari?" Tanya Dika sewot. Cowok itu punya 1001 julukan untuk Alang yang berani mendekati sahabatnya. Aluna mengedikan bahunya kesal.
"Tauk ah!" Aluna menjawab sebel. Sebel sama Alang yang meninggalkannya sendiri di koridor. Dika mengerutkan keningnya curiga.
"Alang sari ples ples ngapain lo ha? Jawab! Biar gue hajar tu orang!" Dika mengguncang-guncang Aluna yang kini sedang mencoret-coret bukunya.
"Berisik ah!" semprot Aluna membuat Dika langsung terdiam dan tidak lagi mencoba menanyakan hal lain pada cewek itu. Aluna yang lagi kesel ditambah lagi menstruasi bukan perpaduan yang baik. Karena sekali lagi Aluna kena senggol, bisa-bisa satu kelas yang akan kena imbasnya.
15menit kemudian Alang masuk ke kelas dengan baju seragam yang tak pernah di masukan kecelana. Dan rambut acak-acakannya. Disusul Lexa di belakangnya dengan pakaian kusut dan mata memerah. Membuat Aluna mengerutkan dahinya curiga.
***
Thanks buat yang udah mau baca sejauh ini:* Jangan lupa Voment yaaaa;;;))) btw yang dimulmed Lexa;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati
Teen FictionBiarkan aku bercerita pada angin Untuk rasa yang tak akan pernah kau mengerti Biarkan aku bercerita pada hujan Tentang definisi jatuh yang tak akan pernah kau pahami * Ini kisah tentang semesta yang mempermainkan cinta ke-3 sepasang sejoli. Saling b...