Heart Like Yours - Willamette Stone
How could a heart like yours?
Ever love a heart like mine?
How could I life before?
How could I have been so blind?
***
"Mika tuh cemen. Suka sama cewek tapi nggak berani ngomong!" Ujar Robi di tengah-tengah istirahat latihan basket.
"Kalo ngomong doang nggak ada usaha sih bayi luwak juga bisa kaleee," jawab Mika sambil berhigh five dengan Raymond yang berdiri di sebelahnya. Lalu tertawa terbahak-bahak.
"Ah tai. Ngomong aja nggak punya nyali kan lo? Ngaku!"
"Kita liat aja nanti," ujar Mika lengkap dengan seringaian iblisnya.
"Eh Mikaila! Tunggu yaa, bentar lagi Mika bakalan nembak lo! Liat aja nanti!"
Mika tergagap di tempatnya berdiri saat mulut busuk Roby dan teman-temannya meneriaki Mikaila, salah satu anggota cheers incarannya. Menceng-cenginya hingga pipi cowok itu panas bukan main.
Mika buru-buru menendang tulang kering Roby dan Raymond yang memang berdiri paling dekat dengan cowok itu. "Lah punya temen kok bengcek cemua. Cedih incess," ujar Mika nelangsa.
"Najis!" Satu persatu teman-temannya menjitaki kepala Mika, membuat cowok itu meringis kesakitan.
Lewat sudut matanya Mika melirik Alang yang duduk sambil memainkan bola di tangannya dengan mata kosong. Entah apa yang sedang sahabatnya itu pikirkan, Mika juga tidak bisa menghampiri Alang mengingat kejadian kemarin siang di rumah sakit yang membuatnya dan Alang terlibat cekcok. Mika berharap sahabatnya itu akan baik-baik saja, terlepas dari sakitnya.
"Minum?"
Alang menyodorkan sebotol air mineral yang sudah dibukanya saat Aluna duduk di sebelahnya masih dengan nafas putus-putus. "Makasih," ujar Aluna lalu meneguk air di dalam botol sampai tersisa setengah.
Setelah menormalkan nafasnya Aluna mencoba membuka percakapan. "Lang, kayaknya lo belum jawab pertanyaan gue."
"Pertanyaan yang?" Tanya Alang tak mengindahkan pandangannya sedikitpun dari bola orange di tangannya.
"Lo kemana kemaren? Sakit?" Pertanyaan Aluna membuat Alang menipiskan bibirnya lalu sedikit mengangkat sudut bibirnya. "Gue nggak apa-apa."
"Bohong! Lo tau nggak sih gue tuh khawatir banget?"
Kali ini Alang mengangkat kedua sudut bibirnya yang berkedut menahan senyum. Lalu membuang muka sebentar untuk kembali membuat wajahnya terlihat datar. "Apa gue harus nggak berangkat sekolah dulu biar lo terus-terusan khawatir sama gue?"
Aluna mengerjap lalu tergeragap. "Bukan itu maksud gue! Lo ih!" Kata Aluna ketus. Membuat Alang benar-benar menyeringai senang.
"Terus apa dong?" Aluna melotot melihat Alang yang semakin gencar menggodanya.
"Kemaren tuh ulangan harian matematika! Lo kan bego matematika."
"Jadi bukan karena khawatir gue sakit?"
"Alang!" Aluna lalu melayangkan pukulannya di lengan kekar milik Alang.
"Aw, Lun sakit."
"Aduh sori gue mukulnya kekencengan ya? Aduh mana coba yang--" sebelum benar-benar menyelesaikan ucapannya Alang sudah lebih dulu memotong ucapan Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati
Teen FictionBiarkan aku bercerita pada angin Untuk rasa yang tak akan pernah kau mengerti Biarkan aku bercerita pada hujan Tentang definisi jatuh yang tak akan pernah kau pahami * Ini kisah tentang semesta yang mempermainkan cinta ke-3 sepasang sejoli. Saling b...