Prolog: Beginning of Everything

114 6 3
                                    

Cerita ini kudedikasikan untuk sahabatku, terutama Dwinda, Tiara, dan Shaula yang terus merecokiku membuat kisah tentang mereka. Merecokiku untuk tetap semangat menulis dan berkarya.
Untuk kawanku yang membaca cerita ini, maaf ya aku memakai nama kalian:6:. Ideku lagi kosong nyari nama. Hehehe...
Thanks girls for supporting me. Enjoy^_^
-------------------------------------------------------------

Di suatu desa di dekat hutan, seorang gadis sedang berlatih pedang dengan anak seusianya. Tidak janggal memang jika seandainya kau bukan wanita sendiri.

"Dwinda...". Gadis yang bernama Dwinda itu menengadah. Menatap seorang pria dengan coklat keemasan yang selama ini menjadi inspirasi juga obsesi hidupnya.

"Elzar!". Pria bernama Elzar itu menggeleng melihat Dwinda yang cengegesan di lantai. "Apa yang kau lakukan di sini?". Dwinda bangkit dan menghampiri Elzar. "Hmmm...". Elzar mengeluarkan sesuatu dari kantungnya.

"Kau... bukankah itu?".

Elzar mengangguk. "Yap, Dwin. So when you'll follow me?". Dwinda mencibir sementara Elzar menunjukkan emblem yang selama ini diinginkan Dwinda dan para denveer, emblem ellysia.

Emblem ellysia, dikatakan emblem ini diwariskan turun temurun kepada para reinkarna, pemegang jiwa dewa dewi. Dikatakan emblem ini langsung diberikan alam ketika para denveer yang memenuhi syarat memasuki ruangan elthika, ruangan yang khusus dimasuki para denveer untuk menerima emblem ellysia dari alam.

"Hei Dwinda, pelatihanmu tinggal 10 hari lagi dan para tetua itu,". Elzar menunjuk sekumpulan pria licin dengan baju toga putih yang menyapu ketika mereka berjalan. "Bahkan belum memanggilmu ke ruang Elthika. Apa kau ingin menjadi ilshtya? Kalau kau menjadi ilshtya, aku yakin, tak seorang reinkarnapun mau memakaimu!".

Aku memajukan bibirku. Yang dibilang Elzar benar. Pelatihanku sebagai denveer hampir selesai dan kemampuan pedangku belum juga meningkat. Bagaimana para tetua itu memanggilku jika kemampuanku seperti ini?!

Aku juga tidak ingin pelatihanku selama 5 tahun berakhir menjadi ilshtya. Ilshtya adalah para denveer yang gagal menerima emblem seperti Elzar. Mereka biasanya dijadikan pengawal pribadi para reinkarna. Itu kalau mereka memilihmu. Dan sayangnya, siapa yang akan memilihku jika kemampuanku begini?!

"Ck!". Aku mendelik. Kurapikan rambutku yang seenaknya diacak-acak Elzar. Tak tahukah dia rambut itu mahkota wanita?!

"Jangan putus asa begitu. Mana Dwinda yang selama ini kukenal pantang menyerah?".

"Ya... ya...". Aku mengibaskan tanganku. "Semangat!!", seruku seraya mengacungkan tangan ke langit.

-------------------------------------------------------------

Di belahan bumi yang lain, tepatnya di sebuah padang yang diselimuti pasir emas, seorang gadis berkulit eksotik sedang menari diantara bunga tulip. Kakinya yang jenjang mengitari bunga seraya tangan kanannya memainkan tongkat dengan pita emas. Ia menggerakkan tongkat seperti menulis sesuatu di angkasa. Indah dan lembut. Dua kata atas tarian gadis tersebut.

"Putri Shaula,". Gadis itu menoleh. Senyum merekah di wajahnya meski peluh membasahi dirinya. "Ada apa, Sarah?". Gadis bernama Shaula itu meletakkan tongkatnya dan menghampiri pelayannya. "Anda dipanggil para tetua."

"Benarkah?". Sarah mengangguk. "Hmmm... aku penasaran. Untuk apa mereka memanggilku.". Ia pun berjalan mengikuti Sarah menuju sebuah ruangan yang terletak di
ujung lorong tempatnya berlatih.

-------------------------------------------------------------

" Putri Tiara,". Seorang gadis terlonjak ke belakang saat sebuah sinar menyilaukan menghampirinya. Beberapa saat yang lalu, para tetua itu memanggil dirinya dan menyuruhnya memasuki ruangan Elthika.

Cih... tak tahukah mereka bahwa itu pelecehan bagi putri sepertinya? Dia lebih memilih menghabiskan waktu dengan merawat kucing yang dipungutnya di jalanan Mesir. Dia bukan kakaknya. Untuk apa dia memasuki ruangan ini?

"Putri Tiara,". Suara itu menariknya mendekat. Tangan tembaganya meraba cahaya tersebut dan penuh keyakinan memasukinya.

-------------------------------------------------------------

Di pusat dunia, tepatnya di Hennerow. Di sebuah bangunan tinggi yang berkilau bermandikan cahaya mentari, di lantai paling atasnya, sekumpulan orang yang memiliki kedudukan penting duduk melingkar. Wajah mereka tertekuk dalam. Bau dupa menguar ketika mereka mengibaskan tangan.

"Ini tidak bisa dibiarkan!". Seorang dari mereka berdiri dan memukul meja. "Para Soww itu... harus kita hentikan!". Semua di ruangan itu mengangguk, kecuali seseorang yang menatapnya di balik kedua tangan yang tak kalah keriput darinya.

"Rakhir, aku tahu kekesalanmu pada para Soww. Tapi, kita butuh waktu untuk mengumpulkan para reinkarna.", jelasnya.

"Cih... mengapa alam tidak menurunkan saja..."

Hantaman keras tongkat ke tanah bergema. Melonjatkan para tetua dari kursinya.

"Jangan menentang alam!", katanya dengan tatapan yang membuat pria tersebut menggigil. "Bersabarlah. Sebentar lagi, zaman itu akan kembali.". Ia menyingkap tirai. Membiarkan mentari menyinari mereka. "Saat itu tiba, para Soww akan musnah dan kedamaian akan nenjadi milik mereka yang setia."

-------------------------------------------------------------

Gemana? Terlalu singkat? Maaf, ya. Agak lupa awal ide ceritanya. But, trust me! Ini bakalan kufinishkan bagaimanapun caranya.

Btw... jgn lupa voment y! En jgn lupa read bulan... utara... selatan..., y!

See ya my readers^_^

The EllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang