Part Four: Meeting All Reinkarna

43 4 2
                                    

Tidak terasa sudah sebulan sejak kematian sang Piar Agung Therkos. Piar Nakhtina saat ini sedang menulis surat ke seluruh Piar di dunia. Isi suratnya jelas. Ia meminta para Piar untuk mempertemukan para reinkarna karena pelatihan atas jiwa dewa dewi yang mereka miliki harus selesai sebelum moonlight datang.

Moonlight adalah gerhana bulan yang terjadi tiap 100 tahun sekali. Pada saat gerhana, bulan akan berubah menjadi berwarna biru langit dan cahayanya akan menembus kulit para reinkarna. Menyiptakan simbol atas dewa dewi yang mereka kuasai di dahi mereka.
Tidak semua para reinkarna beruntung mendapatkan moonlight di akhir latihan mereka. Banyak diantara mereka yang meninggal karena kekuatan mereka lepas dan tak terkendali. Jadi, bagi para reinkarna, moonlight sangat dinanti karena cahaya moonlight akan membantu menyegel dan mengendalikan kekuatan dewa dewi dalam diri mereka.

"Luke, antarkan surat-surat ini ke para Piar.". Sang pendeta muda yang sedari tadi menunggu di samping beliau mengangguk dan membawa surat-surat tersebut ke pengantar pesan untuk dikirim ke kuil-kuil.

-------------------------------------------------------------

Thebes, pusat kota kerajaan Mesir. Kota paling makmur diantara kota-kota Kerajaan Mesir lainnya. Suasana di pusat kota sangat berbeda dari biasanya. Gemericing gelang dan hentakan musik mengiringi penduduk melepas dua orang putri yang berdiri di atas geladak kapal.

"Baik-baik di sana ya, Sayang.". Permaisuri Dewi memeluk erat putrinya. "Tentu, Bu. Aku pasti akan baik-baik saja.". Shaula membalas pelukan ibunya. "Jangan lupa istirahat dan makan ya, Bu. Aku ingin Ibu menyambutku saat aku pulang nanti.". Permaisuri Dewi mengangguk sambil membersihkan air mata yang ada di ekor matanya.

Shaula melirik dan mendengus tak suka melihat Sang Raja memeluk mesra pinggang Selir Hanina yang memeluk erat Tiara.

"Tiara sayang, baik-baik di sana, ya? Berteman baik dengan para reinkarna dan jangan lupa tarik perhatian reinkarna terkuat dan Piar Nakthina! Kau tidak boleh kalah dengan Shaula, oh putriku sayang. Kaulah putri mahkota kerajaan ini.". Shaula tahu sang selir sengaja mengeraskan suaranya. Dan kekesalannya semakin bertambah ketika Ibunya tidak bereaksi atas sikap Ayahnya terhadap ia dan Ibunya.

"Jangan khawatir, Ibu. Aku pasti akan membuatmu bangga!". Permaisuri Dewi hanya tersenyum. Tangannya melambai bersama berjuta lambaian penduduk Mesir saat kapalnya berlayar menuju Arandelle, pusat kota pelatihan para reinkarna. Tempat dimana reinkarna Athena berdiam.

"Ish, apaan sih Mama ini. Alay kali lah.". Tiara menoleh dan tak sengaja bertemu pandang dengan Shaula. "Kakak.". Tiara menundukkan badannya.

"Ah, Tiara. Mengapa kau membungkuk padaku? Kita saudara, bukan?", kata Shaula. Mata hazelnya beralih pada seorang pemuda seusia mereka yang sedang asyik membaca di dekat pinggir kapal.

"Sarah, siapa pemuda itu?", tanya Shaula sambil menunjuk pada sosok pemuda yang membuatnya penasaran. "Ah, Anda masih ingat Tuan Fahzan, bukan?". Shaula mengangguk. "Dia adalah cucu Tuan Fahzan. Namanya Rizal, Putri.". Tiara mengikuti arah pandangan kakaknya.

"Ah, Pangeran Rizal.". Shaula menoleh pada adiknya. "Kau kenal?". Tiara mengangguk. "Tentu saja. Ayah mengajakku menemui dia saat kami berkunjung ke Memphis beberapa bulan lalu.". Shaula hanya tersenyum. Namun tidak dengan matanya yang berkilat-kilat saat mengamati Tiara berceloteh tentang Rizal.

Jadi... aku ini apa? Mengapa ia yang kau pilih, Ayah?

-------------------------------------------------------------

Di sebuah negara dengan suhu menembus kulit, tak berbeda dengan Mesir, para penduduk berkumpul di depan kereta kuda yang akan membawa para reinkarnanya berlatih di Arandelle.

The EllysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang