Pagi ini, seperti pagi-pagi lainnya, Elzar masuk ke dalam kamarku dan tanpa tahu malu langsung menarik selimutku.
"Bangun, pemalas!", ucapnya sambil menarik selimutku. "Ukh... pergi kau mesum!". Aku melempar bantalku walau sayang sekali hanya mengenai pintu karena Elzar dengan cepat ke luar dari kamarku dengan tawa membahana.
Setelah selesai mandi, oleh para pendeta, aku dan Elzar diantar ke aula utama kuil. Di atas mimbar, Piar Nakhtina menatap kami dengan senyum terlukis di wajahnya yang menua.
Aku menoleh ke kanan kiri. "Hmm... belum semuanya berkumpul.". Elzar yang mendengar gumamanku ikutan menoleh dan mengangguk. "Mungkin, mereka masih kecapekan.". Aku mencibir. Kalau orang lain, pasti dibenarkan deh sama dia. Dan moodku semakin buruk saat Elzar membenarkan keterlambatan reinkarna-reinkarna lainnya.
"Baiklah. Karena semuanya sudah berkumpul. Saya akan menjelaskan prosesi latihan yang akan kalian tekuni.", ucap Piar Nakthina saat kami semua telah berkumpul.
"Seperti yang kalian ketahui. Kalian adalah para reinkarna dengan kelebihan-kelebihan berbeda.", ujarnya. "Alam memilih kalian menjadi reinkarna berdasarkan hal unik yang tanpa kalian sadari merupakan kekuatan sekaligus kelemahan kalian. Untuk itu, kami akan melatih kalian tidak hanya dalam fisik namun juga peleburan sifat sehingga saat moonlight tiba kalian bisa benar-benar menyatu dengan mereka."
"Piar,". Kami menoleh pada seorang pemuda berambut tak lazim dari Lantholi mengangkat tangan. "Si pirang bertanya.". Aku mendengar nada cibiran di sekitarku saat pemuda itu menanyakan maksud perkataan Sang Piar.
Orang aneh, pikirku sambil melihat keseriusan di wajah pemuda itu saat bertanya. Memang salah kalau bertanya? Aku melirik pada orang yang mencibir pemuda ini.
"Hmm... pertanyaan menarik, anak muda.". Piar Nakhtina mengelus dagunya. Segaris tipis senyuman terukir di wajahnya. "Memang benar kalau kalian telah mengalami penyatuan.". Mimik wajah sang piar berubah saat ia melanjutkan perkataannya. "Penyatuan kalian hanya sebagai simbol pengenalan. Jika kau tidak mampu menyatu dengan kata lain mengenali dan melebur dengan sifat mereka, kalian akan berakhir menyedihkan sebagai haunt.". Aku bergidik mendengar perkataan Beliau.
Haunt adalah reinkarna malang yang gagal bertemu moonlight. Saat itu terjadi, jiwa dan raga mereka akan diambil alih oleh para dewa dewi. Jika tubuhmu tidak kuat, tubuhmu akan meledak dalam waktu 1 jam dan menjadi teer, sebuah tanaman sulur unik yang terbentuk dari debu tubuh reinkarna yang meledak.
Memang sedikit aneh dan mengerikan. Banyak orang yang berharap lulus menjadi denveer dan terpilih menjadi reinkarna, meskipun banyak yang tahu jika menjadi reinkarna adalah perjudian dengan alam karena besarnya resiko yang diperoleh jika gagal bertemu moonlight.
"Hahaha...". Piar Nakhtina tertawa sambil mengibas-kibaskan tangannya saat melihat wajah tegang kami. "Tahun ini, kalian sangat beruntung karena formasi kalian lengkap dan moonlight ada. Berbeda dengan generasi sebelum kalian.". Piar Nakhtina menatap kami. "Baiklah. Kurasa sudah cukup. Aku berharap kalian mengikuti prosesi dengan baik. Untuk Reinkarna Athena,". Piar Nakhtina menatapku. "Saya berharap Anda tunggu di sini. Nah, silahkan mengikuti pendeta masing-masing."
Aku melambai pada Elzar saat seorang pendeta berambut pirang panjang membawanya ke sebuah pintu bergambar cahaya, simbol kekuatan dewa Elzar.
Ruangan menjadi sepi. Tinggal diriku seorang di dalam aula. Aku memilinkan ujung gaunku saat seorang pendeta wanita berambut pirang dan pendeta berambut coklat cepak menghampiriku.
"Sa...". Pendeta wanita itu mengibaskan tangannya. "Saya merasa tersanjung, Reinkarna. Tapi, kita harus memulai latihannya karena kekuatan dewi Anda...". Dia menatapku sejenak. "Amat teramat susah dikenali dan baru kali ini ditemukan."
Aku dibawa menyebrangi lorong dengan taman bunga yang menghubungkan kuil dengan sebuah bangunan dari pintu emas.
"Ngg pendeta, mengapa pintu ini tidak ada gagangnya?", tanyaku saat kami berada di depan pintu.
Sang pendeta wanita tersenyum. "Anda yang harus membukanya, Reinkarna. Jika Anda seorang Athena, Anda akan tahu bagaimana cara membukanya."
Aku tertegun lalu menatap pintu di depanku. Kutempelkan kedua tanganku di sana dan memejamkan mata.
Hey Athena, bisakah kau membukakannya untukku?
"Fufufu... kalau segampang itu, dari dulu sudah ada Reinkarnaku, bukan? Tapi yah... kali ini saja,".
Aku membuka mataku dan melihat pintunya terbuka. Kami pun masuk ke sebuah ruangan dengan interior yang sama yang kulihat saat berjumpa dengan Athena.
"Sollyst de la judice.", kata si pendeta berambut coklat cepak. Aku menoleh dan membenarkan perkataannya.
Ruangan ini dipenuhi dengan cahaya matahari yang masuk melalui kaca-kaca ruangannya yang besar dan panjang. Ruangan ini sangat besar. Dipenuhi dengan rak-rak buku yang tinggi serta berbagai macam senjata yang digantung di beberapa tempat. Di atas mimbar, sebuah meja dari batu pualam dan kursi dari kayu eboni menunggu untuk diduduki. Di atas meja, sebuah neraca dan pena buluh serta beberapa lembar papirus telah tersedia.
"Jadi, ngg...". Aku memandang ragu pada kedua pendeta di hadapanku. "Saya Lezzy.", kata sang pendeta wanita. "Laissher.", kata sang pendeta. "Ah, ya. Ngg... Lezzy, Laissher, apa yang harus kulakukan?", tanyaku.
"Hmmm...". Lezzy memegang dagunya. "Ah, tentu saja.". Ia menjentikkan jarinya dan berjalan menuju sebuah rak buku. Ia mengambil sebuah buku tebal bersampul emas dan meniup debu di atasnya.
"Pelatihan pertamamu.". Aku menerima dan membacanya. "Kau serius?", tanyaku. Lezzy mengangguk. "Tentu, Reinkarna dan tugas Anda hanya 1 minggu sebelum tes dimulai.". Lezzy dan Laissher ke luar dari ruangan. Meninggalkanku yang terpaku menatap mereka sembari menggenggam buku di tanganku.
-------------------------------------------------------------
Hahahaha.... selesai juga nih chapter.
Gemana? Kependekan? Nggak, kan?
Btw... ada yang nganggep gak yg part 3 final? Moga enggak karna ceritanya masih panjang #authorgajeBtw again... pada penasaran nggak dengan buku yang dikasih Lezzy? Follow trus Dwinda dan Reinkarna lainnya, ya^_^
Voments, please don't forget
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ellysia
FantasiDari dulu... Para nenek moyang kami meyakini... Kekuasan dewa dewi... Akan kembali dan berdiri... Dengan kehadiran reinkarna... Yang membawa ellysia... Untuk menghancurkan Soww, Sang Pengkhianat Dewa Dewi