Tok! Tok! Tok!
Bunyi ketukan pintu membuat anggota OSIS yang sedang menjelaskan tata cara bermain games berhenti. Salah seorang dari mereka berjalan membuka pintu dan melihat siapa yang mengetuk.
Karin tersenyum dengan canggung. "Aku boleh masuk kelas ngak, Kak?" Setelah ia meminum teh manis yang ada di meja uks, ia merasa jauh lebih baik dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Maka, ia memutuskan untuk kembali ke kelasnya.
Kakak OSIS tersebut mengangguk dan membiarkan Karin masuk. Tapi, belum sempat Karin duduk di tempatnya, ada yang memanggilnya.
"Sini kamu," panggil seorang laki-laki yang sedang duduk di meja guru.
Karin berjalan dengan gugup ke arahnya sambil bertanya-tanya dalam hati. Apakah ia akan di hukum karena telat masuk kelas?
"Kamu yang digendong Davin tadi?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Beberapa anggota OSIS lain langsung mengerumuni Karin dengan tatapan penasaran.
Karin mengangguk pelan. Ia tidak mengerti untuk apa laki-laki itu menanyakan masalah itu. Bukankah itu merupakan hal yang wajar kalau anggota OSIS menggendong murid yang pingsan ke uks?
"Beneran?" tanya anggota OSIS yang lain. "Asik banget dong," lanjutnya tanpa menunggu jawaban Karin.
Karin hanya tersenyum. Tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa risih dikelilingi oleh anggota OSIS seperti akan diterkam hidup-hidup jika ia salah bicara. Ditambah, teman-teman sekelasnya juga menatapnya dengan penasaran. Ia benar-benar terintimidasi.
Laki-laki itu kembali bertanya, "gimana rasanya?" Ia tersenyum penuh humor.
Karin semakin bingung dengan pertanyaannya. Bagaimana ia tahu rasanya? Ia saja tadi pingsan.
"Goblok lo, Den. Orang dia pingsan, emang dia tau apaan?" sahut temannya sambil tertawa kencang.
Denny memberikan cengiran. "Oh iya juga, gue lupa. Maaf, maaf." Ia berkata pada Karin dengan santai. Layaknya berbicara dengan seorang teman.
"Lo pada ngapain kerumunan gitu?" Sebuah suara membuat anggota OSIS yang tadi menggerumuniku langsung memisahkan diri. Davin berjalan ke arah mereka sambil menatap mereka dengan curiga.
Denny langsung tersenyum licik saat melihat Davin. "Lagi introgasi cewek yang tadi lo gendong," sahutnya enteng.
Mata Davin langsung tertuju pada Karin yang berdiri di hadapan Denny. Lalu, ia menatap Denny sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak menyangka sahabatnya akan melakukan hal seperti itu.
"Penting banget deh, Den. Ayok, ikut gue." Ia menarik lengan Denny agar ikut dengannya. "Semuanya, lanjutin kerja kalian," perintah Davin pada anggota OSIS lain sebelum meninggalkan kelas bersama Denny.
Karin masih belum kembali ke tempatnya. Ia tidak tahu apakah ia sudah boleh kembali ke tempatnya apa belum.
"Kamu boleh balik ke tempat duduk."
Karin menghela nafasnya dengan lega dan berjalan dengan cepat ke tempat duduknya. Ia sudah berkeringat dingin sedari tadi.
Anggota OSIS kembali menjelaskan tentang games yang akan di mainkan di hari pertama MOS ini. Perhatian semua murid tertuju pada kakak-kakak OSIS di depan kelas. Mendengarkan dengan baik-baik.
"Rin, lo sama gue kan?" Aira langsung bertanya pada Karin begitu anggota OSIS meninggalkan kelas dengan games yang sudah di berikan.
Mereka harus membuat kelompok yang terdiri dari empat orang. Tugas mereka hanyalah mengumpulkan tutup botol yang sudah disembunyikan anggota OSIS di lingkungan sekolah sebanyak empat buah. Kalau mereka sudah selesai, mereka harus langsung memberi tahu OSIS di ruangannya. Setelah itu, mereka boleh santai seraya menunggu kelompok lain menyelesaikan gamesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curiosity
Teen Fiction(SUDAH DAPAT DITEMUKAN DI GRAMEDIA) Hari pertama sekolah, Karin sudah membuat satu sekolah heboh. Dan yang membuat heboh adalah Davin, ketua kelas yang cuek pada semua perempuan, menggendongnya ke uks. Sejak saat itu, Karin mulai penasaran dengan se...