Part 6

202K 9.2K 89
                                    

Happy belated new year! ❤

Malamnya, Karin sibuk memilih baju yang harus ia pakai. Biasanya, ia hanya memakai kaos oblong dan celana pendek untuk makan malam. Tapi, malam ini berbeda karena akan kedatangan satu tamu. Dan Karin tidak mau tampil seadanya. Ia mau terlihat rapi, terlihat cantik di depan Davin.

"Woi, mama manggilin lo tuh. Ngapain sih lama banget?" Suara Nico terdengar dari depan pintu kamarnya.

"Iya! Bentar lagi gue turun," jawab Karin sambil mengambil kaos baru yang belum ia pakai dan celana pendek jeans. Ia yakin keluarganya akan sadar kalau ia tampil berbeda malam ini. Tapi, Karin tidak perduli.

Begitu Karin baru sampai di lantai bawah, terdengar suara bel. Tanda seseorang berada di depan rumah.

"Aku yang buka ya!" Karin langsung berlari untuk membuka pintu. Ia sudah tidak sabar mengenalkan Davin pada keluarganya.

Ia membuka pintu dan terlihat Davin dengan kaos putih dan celana panjang yang sedang berdiri di depan gerbang. Karin berlari ke arah gerbang dan membukakannya untuk Davin.

"Hai," sapa Karin dengan senyum lebar.

"Hai. Gue gak telat kan?"

Karin mengangguk. "Gak kok. Yuk, masuk," ajak Karin sambil menarik lengan Davin agar mengikutinya.

"Ma! Pa! Ini loh yang namanya Davin." Karin membawa Davin ke meja makan, dimana papa, mama, dan kakaknya berada.

Davin tersenyum dengan gugup. Baru kali ini ia berhadapan dengan keluarga teman perempuannya. Tidak heran kalau ia bingung harus bersikap seperti apa.

"Oh, ini ya yang nganterin pulang tiap hari?" tanya Friska, mama Karin, dengan ramah.

Davin hanya mengangguk dan tersenyum sopan. Ia benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Santai aja. Mereka gak gigit kok," bisik Karin sambil menahan tawa. "Yuk, duduk."

Begitu Davin duduk, Nico yang duduk di hadapannya mengulurkan tangannya. "Gue Nico, kakaknya dia," sapa Nico dengan ramah.

Davin membalas uluran tangannya dengan kaku. "Davin."

Nico tertawa. "Jangan kaku-kaku. Santai aja sama kita-kita mah. Iya gak, Ma, Pa?" tanya Nico pada kedua orangtuanya.

Friska dan Willy mengangguk dengan mantap sambil ikut tertawa. "Kita gak galak kok," ucap Willy yang sedaritadi belum berkata apa-apa.

Davin menghembuskan nafasnya dengan lega. Setidaknya keluarga Karin tidak seperti yang ia bayangkan. Malahan, ini jauh berbeda dari ekspektasinya. Keluarga Karin sangat amat ramah kepadanya.

Mereka semua menikmati makan malam mereka sambil mengobrol ringan. Davin juga sudah mulai santai berada di dekat keluarga Karin. Ia bahkan bisa bercanda dengan yang lain.

"Makasih ya, Om, Tante, buat makan malemnya. Aku pulang dulu. Duluan ya, Kak Nico." Davin tersenyum sopan kepada mereka semua.

"Hati-hati ya." Tante Friska melambaikan tangannya ke arah Davin.

"Jangan lupa, kapan-kapan kita main game bareng ya!" pesan Nico sambil menepuk pundak Davin pelan.

"Pasti dong. Duluan ya," ucap Davin sebelum berjalan keluar bersama Karin.

"Jadi, gimana menurut lo?"

"Gimana apanya?" tanya Davin dengan bingung.

"Yah, keluarga gue," balas Karin sambil membuka gerbang rumahnya.

Davin berjalan keluar dan berbalik. "Baik kok, enak di ajak ngobrol. Gue kira mereka itu galak."

Karin tertawa mendengar ucapan Davin. "Mana galak, yang ada iseng semua."

CuriosityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang