"Thanks," ucap Karin begitu mereka sudah sampai di depan rumah Karin.
Sudah hampir dua bulan ini, Davin rutin mengantarkan Karin pulang. Walaupun Karin sudah berusaha membujuk Davin agar tidak mengantarkannya pulang lagi. Tapi, Davin tidak mau dan tetap bersikeras mengantarkannya pulang. Tanpa mereka sadari, hubungan mereka sudah semakin dekat. Sudah banyak waktu yang dihabiskan bersama di sekolah.
"Sip. Oh ya, besok sibuk gak?" tanya Davin sambil melepas helmnya.
Karin mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa emang?"
"Gue tanya duluan. Ngapain tanya balik?" balas Davin dengan datar. Entah mengapa, ia suka sekali membuat Karin kesal.
Karin berusaha menahan dirinya agar tidak mencaci Davin saat itu juga. "Gak kok, gak sibuk," jawab Karin dengan manis. Pura-pura manis tepatnya.
"Bagus. Gue jemput lo jam 12." Davin kembali memakai helmnya.
Senyuman langsung tercetak di wajah Karin. "Ngajak nge-date, Vin?" tanyanya dengan jahil.
Davin menggeleng cepat. "Gue mau lo temenin gue cari hadiah doang. Gak usah kegeeran," balasnya.
"Buat siapa?"
"Gak usah kepo. Pokoknya besok gue jemput," balas Davin lagi.
Karin mengerucutkan bibirnya dengan kesal. "Yauda, hati-hati."
Begitu Davin sudah pergi, Karin berteriak senang. Ia tidak menyangka Davin akan mengajaknya pergi. Walaupun memang Davin bilang bukan date, tapi tetap saja mereka pergi berdua. Dan itu sudah cukup untuk Karin.
Ia berjalan dengan semangat ke dalam rumahnya. Senyumnya masih terpampang jelas di wajahnya.
Friska yang sedang menonton tv langsung menoleh saat mendengar suara pintu dibuka. "Hai, sayang. Kenapa senyum-senyum tuh?"
Karin menggeleng pelan dan berjalan menghampiri mamanya. "Hai, Ma. Gak kenapa-kenapa kok. Bibi masak gak?" tanya Karin sambil menaruh tasnya di samping mama.
"Masak kok. Sana gih makan," ucap Friska sambil mengelus kepala Karin dengan lembut.
Karin mengangguk. "Aku makan dulu ya, Ma." Ia pun berjalan menuju meja makan untuk mengisi perutnya yang kosong.
Saat ia sedang asik makan, Nico turun dari lantai atas dan berjalan menghampirinya. "Lah, cowok lo mana?"
Karin yang sedang menelan makan pun langsung tersedak begitu mendengar pertanyaan kakaknya. Ia mengambil air dan minum dengan perlahan.
"Ah, kenapa lo?" tanya Nico dengan bingung.
Karin masih terbatuk-batuk. "Lo tadi nanya apa?"
"Cowok lo mana?" ulang Nico.
"Davin maksudnya?"
Nico memutar kedua bola matanya. "Siapa lagi? Emang lo punya berapa cowok?"
"Ish. Dia bukan cowok gue kok. Emang dia bilang mau dateng?" tanya Karin dengan bingung.
Nico mengangkat sebelah alisnya. "Lah, dia kan janji mau main ps sama gue hari ini. Emang dia gak bilang?"
Karin menggeleng. "Gak tuh. Mungkin pulang mandi, nanti bentaran lagi juga dateng."
"Oke, kalau gitu. Gue mau nonton sama mama deh. Bye!" balas Nico sambil berjalan ke arah ruang tamu.
Karin menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjutkan makannya. Selesai makan, ia naik ke lantai atas dimana kamarnya berada. Ia langsung masuk ke kamar mandi karena badannya sudah lengket.

KAMU SEDANG MEMBACA
Curiosity
Genç Kurgu(SUDAH DAPAT DITEMUKAN DI GRAMEDIA) Hari pertama sekolah, Karin sudah membuat satu sekolah heboh. Dan yang membuat heboh adalah Davin, ketua kelas yang cuek pada semua perempuan, menggendongnya ke uks. Sejak saat itu, Karin mulai penasaran dengan se...