I Know

392 38 1
                                    

I don't know how you are so familiar to me or why it feels less like I am getting to know you and more as though I am remembering who you are. How every smile, every whispers brings me closer to the impossible conclusion that I've known you before, I've loved you before - in another time.

B's Cafe - Gangnam, Seoul

Cuaca pagi di kota Seoul sangat tidak bersahabat. Angin berhembus sangat kencang, butiran air mulai membasahi bumi, membuat basah, sepi dan dingin. Salju tak turun, namun alam mengutus hujan datang, seolah angin saja tak cukup untuk merusak pagi hampir setiap orang.

Kopi hangat menjadi pilihan seorang gadis yang duduk di sudut, menghadap ke jendela, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang dengan payung di atas kepala mereka.

Ia tengah menunggu. Dan dulu, baginya menunggu adalah hal yang paling menyebalkan. Namun sekarang, entah tepatnya kapan--gadis itu belajar bersabar, dan menikmati saat-saat menunggu. Menikmati setiap debaran jantung yang berdetak tak seperti biasanya--tak berirama, dengan gerakan tak teratur yang begitu menyenangkan.

Tak sampai seperempat cangkir kopi yang ia sesap, pria yang ia tunggu datang. Dengan winter coat hitam; syal abu-abu tua; kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya.

Pria itu melepas kacamatanya, menyampirkan winter coat dan syalnya; menyisakan sweater turtle neck berwarna putih dengan jeans gelap dan sepatu keds warna senada.

"Cuacanya tak cukup bagus. Kau menunggu lama?" Chanyeol membenarkan tatanan rambutnya yang agak basah karena rintikan hujan. Titik-titik gelap menghiasi winter coatnya. Pria itu... berjalan ke cafe ini tanpa payung.

"Tidak juga. Sekitar sepuluh menit. Kau ke sini dengan siapa?" Mirrelle bertanya, seraya memanggil pelayan dan memesan teh serta kopi hangat yang sama dengannya.

"Managerku. Aku memintanya menurunkanku di persimpangan jalan sana. Tak ku sangka hujannya deras juga." Pria itu menjawab sambil tersenyum manis. Suaranya yang berat, dan pesonanya yang kuat membuat Mirrelle enggan berpaling dari tatapan pria itu.

"Tak ada yang mengenalimu?"

"Sepagi ini? Kurasa tidak, Shin. Orang-orang sibuk menghindari hujan, mereka tak akan peduli dengan laki-laki sepertiku."

"Laki-laki tinggi dengan kacamata hitam mencolok? Hujan membantu penyamaranmu."

Keduanya terkekeh. Dan pelayan tadi kembali datang, membawa satu baki; secangkir kopi dan teh, jelas sekali pelayan itu tahu siapa mereka berdua. Karena ia tersenyum malu-malu ke arah Chanyeol dan menatap selidik ke arah Mirrelle.

Mirrelle berdehem, ia tahu pelayan bernama Jang Somi ini. Dulu, saat Mirrelle masih berpacaran dengan Myungsoo, mereka sering sekali ke sini, dan Somi yang akan melayani mereka berdua. Gadis pelayan itu tahu pertemuan-pertemuan Mirrelle dan kekasihnya. Untuk itulah Mirrelle meminta pada manager kafe agar Somi yang selalu melayaninya. Baginya, gadis itu penyimpan rahasia yang baik.

"Kau ingin foto?" Mirrelle bertanya pada Somi, menyikut lengan gadis itu pelan.

"Tidak, tidak. Unnie, jangan seperti itu... aku malu," ujar Somi dengan wajah memerah. Tangan gadis itu sibuk memeluk bakinya yang sudah kosong.

"Ck, kau ini. Waktu kau bilang padaku untuk membawa EXO karena kau fans mereka. Sekarang aku mengajak satu, kau malah malu seperti itu. Jangan menyesal ya, aku tak akan menawarimu dua kali." Mirrelle berujar dengan nada serius.

"Ehm... lain kali saja Unnie. Kau sudah lama tidak ke sini. Dengan teman-temanmu juga jarang. Ah... Unnie masih bersama dengan Myungsoo oppa kan? Aku melihat berita kalian berdua tempo lalu. Astaga, aku tidak menyangka kalian memakai topi yang sama lagi."

Chanyeol yang tengah mendengarkan percakapan Somi dan Mirrelle sambil menyesap tehnya, terbatuk. Mirrelle pun merasa tidak nyaman dan langsung mengangguk-angguk sambil menyuruh Somi kembali ke pekerjaannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mirrelle, menyodorkan tisu ke arah Chanyeol dan pria itu menerimanya sambil mengucapkan terima kasih.

"Aku hanya terkejut kau sedekat itu dengan pelayan di sini. Rupanya kau sering kemari." Ada nada aneh di ucapan Chanyeol. Nada kecewa yang disembunyikan, serta mata yang tak berani menatap Mirrelle langsung.

"Jika kau ingin tahu apakah aku dan Myungsoo masih bersama atau tidak, jawabannya tidak. Aku tak memiliki hubungan dengan siapapun saat ini." Mirrelle berkata jujur. "Aku tak ingin kau merasa tak nyaman dan berpikir tidak-tidak."

"Syukurlah," kali ini ada kelegaan di suara Chanyeol. "Aku tak ingin mempersulit keadaan jika kau masih berkencan. Kau tahu, hanya sebuah pertemuan kadang bisa menghancurkan hubungan. Aku tak ingin dalam sejarah hidupku menjadi penghancur hubungan seseorang."

Mirrelle mengangguk setuju. Ia pun begitu. Ia lama menunggu untuk kembali bertemu dengan pria lain. Memastikan bahwa pria tersebut tak memiliki hubungan dengan siapapun.

"Bagaimana dengan dirimu?"

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, tak cukup siap dengan pertanyaan Mirrelle. Pria itu kembali menyesap tehnya secara perlahan sambil mencari jawaban yang tepat.

"Aku dekat dengan beberapa gadis," Chanyeol memamerkan giginya ketika melihat reaksi Mirrelle yang lucu. Gadis itu seperti siap untuk meledak marah. "Shin, aku hanya berkata dekat. Bukan berpacaran dengan banyak gadis. Wajahmu lucu sekali."

Chanyeol tertawa lebar dan Mirrelle melempar tisu ke arah pria itu. Sadar sudah dikerjai.

"Definisi dekat bagi seorang pria pasti berbeda kan?"

"Dekat sebagai teman, Shin. Hyunmi pun dekat denganku, dan aku tahu dia memiliki pacar. Dengan yang lain pun seperti itu. Kau juga termasuk. Tapi aku dan kau masih dalam tahap perkenalan sekarang. Tapi entah kenapa aku merasa telah mengenalmu lama sekali."

"Tentu saja kau mengenalku lama, aku ada di SM lebih lama darimu," tukas Mirrelle.

Chanyeol hanya tersenyum mendengar tanggapan gadis itu. Bukan alasan seperti itu. Ada perasaan lain, di mana ia seperti menemukan sesuatu yang selama ini ia cari. Dan ketika Mirrelle mengajaknya berteman, Chanyeol benar-benar merasa senang. Seolah ia mendapatkan teman lamanya kembali dan semuanya berjalan dari awal.

"Ini," Mirrelle menyodorkan sebuah kotak hadiah ke Chanyeol. Berwarna hitam dengan pita hiasan berwarna silver. "Saengil chukkae. Maaf baru bisa memberikannya." Mirrelle berkata kikuk. Rasanya memberikan hadiah ulang tahun untuk teman tidak pernah semendebarkan ini.

"Wah, kau tahu ulang tahunku?"

"Kau sendiri? Kau tahu ulang tahunku?" Mirrelle balik bertanya, merasa jengkel.

"05 Juli, aku langsung mencari tahu. Tidak sulit karena profilemu banyak sekali di internet."

Chanyeol selalu berhasil membuat Mirrelle tertawa. Kadang kejengkelan yang dibuat pria itu malah berakhir dengan tawa. Pria itu sosok yang ceria, senyumnya yang memikat dan sepertinya baik hati.

Mirrelle tak pernah senyaman ini, tak pernah sejujur ini, dan bahkan sekarang, Mirrelle tengah tertawa kencang karena Chanyeol mulai berkata aneh-aneh mengenai profile Mirrelle yang ia temukan di internet.

Dan Chanyeol tak merasa terganggu dengan Mirrelle yang jujur. Pria itu tau gadis di hadapannya ini menyukainya. Hanya suka. Saat ini. Tapi Chanyeol tahu ada luka mendalam di binar mata Mirrelle. Kesedihan yang belum usai, masa berkabung yang masih mengintainya tiap saat. Jadi ia tak ingin berharap lebih. Suho mengatakan padanya bahwa Mirrelle membutuhkan teman laki-laki yang harus memaksanya melupakan masa lalu dan mulai bergerak. Jadi di sinilah Chanyeol berada, berharap ia bisa menjadi sosok yang bisa diandalkan gadis itu.

Meski Chanyeol tahu, akan ada banyak jalan yang ia tempuh. Ada banyak luka yang harus ia obati. Ia... hanya merasa gadis itu butuh dilindungi. Dan walaupun Chanyeol tak tahu perasaan yang ia rasakan sekarang, pria itu hanya ingin ada di sana, memberikan bahunya ketika gadis itu butuh untuk bersandar.

Setidaknya... sekarang ini, yang Chanyeol tahu, melihat gadis itu tersenyum merupakan salah satu sumber kebahagiaannya.

***

Hai... sorry kalo pendek. Ditunggu vomentnya ya.

A-List

The Last One [Chanyeol FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang