I wish that i could wake up with amnesia, and forget about the stupid little things.
(5 Seconds Of Summer - Amnesia)
×××
Jumat, 8 September 2808
Author POV
Tadi setelah bel pulang berbunyi, niatnya Fian pengen langsung nyamperin Fera ke kelasnya. Tanpa tahu apa tujuannya, Fian cuma pengen nyamperin Fera. Fian cuma ngerasa kalo sudah seharusnya ia melakukan itu.
Namun baru saja ia ingin keluar kelas, tiba-tiba Agus memanggil namanya dan berkata kalau Fian gak boleh kabur. Dan Fian baru ingat; kenyataannya hari ini ia piket.
Setelah melakukan piketnya--dengan asal-asalan pastinya--dengan langkah tergesa-gesa Fian melangkah keluar kelas dan berjalan menuju kelas Fera yang berada lumayan jauh dari kelas Fian.
Sesampainya Fian di kelas Fera, teman-teman Fera langsung berkata kalau Fera sudah keluar bertepatan dengan bel pulang berbunyi.
Dan kenyataan itu membuat Fian termenung lalu bergumam, "Perasaan gue jadi ga enak. Jangan-jangan-" Fian terdiam lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "-apaan sih gue drama banget."
×××
Kaki Fian berjalan dengan lebar kearah parkiran. Yap, for your information aja, hari ini Fian untuk pertama kalinya bawa motor ke sekolah. Memang sih motornya gak sebagus motor anak-anak lain, apalagi kalau dibandingin sama motornya Gensa, beeeh bakal keliatan banget mana yang Walmart, mana yang Gucci.
Yang penting sih buat Fian, dia bisa pulang ke rumah dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Lagipula, menurut Fian, motornya ini gak jelek-jelek banget kok, masih lumayan buat ngajak Fera jalan, yah itupun kalo Fera mau.
"Cil, besok mau malming bareng?"
Suara itu, membuat Fian menghentikan langkah kakinya. Tanpa diaba-aba Fian langsung memfokuskan pandangannya kepada dua sejoli yang berada tak jauh dari Fian. Dan seketika Fian sadar; itu Fera dan Gensa.
Dan jawaban Fera selanjutnya sukses membuat Fian merasa jatuh, karena Fera menjawab, "Sa, lo gak perlu nanya. Karena lo pasti tahu jawabannya."
Hal yang Fian rasakan setelah jawaban dari Fera itu hanyalah; sakit.
×××
Setelah kepergian Gensa dan Fera, Fian langsung merenung.
Harusnya, Fian sadar kalau ujungnya pasti seperti ini. Harusnya, Fian ingat kalau alasan mereka dekat hanya karena Fera pengen tinggi untuk Gensa. Harusnya, Fian sadar kalau ujungnya Fera pasti akan memilih Gensa. Harusnya, Fian tahu diri. Harusnya, Fian gak boleh menaruh rasa sama Fera.
Seharusnya semua seperti itu.
Andai saja Fera membaca chat-an Fian dengan Vani, pasti semuanya gak akan seperti ini. Karena chatan itu berisi:
(LINE)Thursday, 7 Sept 2808
Qivani Antonia: hai
Qivani Antonia: gue vani yg waketos
Qivani Antonia: kenal gue kan?
Fianta A: kenal
Fianta A: tetangganya Fera kan?
Qivani Antonia: iya gue tetangganya Fera
Qivani Antonia: kok lo tau?
Fianta A: dia pernah bilang
Fianta A: ohya, gue mau nanya
Fianta A: Fera orangnya gimana sih kalau dirumah
Qivani Antonia: berisik, gatau malu, suka kentut, suka ngupil, bau
Fianta A: hahaha
Fianta A: dia pasti lucu banget wkwk
Qivani Antonia: lucu palelu
Fianta A: wkwk, ohya
Fianta A: bilangin dia ya
Fianta A: kalo gue suka sama dia
Read.
Iya, Fian benar-benar suka sama Fera. Dan Fian rela menyerah, asalkan Fera bahagia.
Selamat tinggal, Fera. Gue bahagia bisa menjadi bagian dari hidup lo.
×××
A/n:
Gajadi update tahun depan karna mami tersayang bilang kalau tahun depan hp bakal disita, katanya gue kudu belajar buat un. Jadi sepanjang liburan ini gue usahain buat terus ngelanjutin 150 cm. Karna gue sadar kalau tahun depan gue bakal amat teramat mengamat beramat diamat lama ngelanjut.
Jadi gue bakal nemenin liburan kaliah beb.
Ohya kalian bisa add line gue stevanimnn kalau pengen lebih deket. Gue anak baik kok.
Sampai jumpa!
Mon, 21/12/14
10:08 PMMakasih buat 5k votesnya btw.
KAMU SEDANG MEMBACA
150 CM
Teen Fiction140 cm. Iya, gue tahu gue enggak tinggi dan gue selalu sadar akan hal itu. Tetapi gue selalu bersyukur kok. Gue selalu berterima kasih sama Tuhan, walaupun gue enggak dilahirin setinggi Taylor Swift. Terus apalagi yang salah? Yang salah adalah saat...