For now, we can stay here for a while. Cause you know, i just wanna see your smile.
(Charlie Puth - One Call Away)
×××
Jumat, 8 September 2808
Author POV
Fera benar-benar tak dapat menahan senyum harunya ketika mendengar bel pulang berbunyi. Dengan gerakan kilat, Fera merapihkan semua alat tulisnya dan memasukannya ke dalam tas.
Setelah melakukan beberapa ritual wajib sebelum pulang; Fera menggantungkan tasnya ke pundaknya lalu berjalan meninggalkan kelas.
Fian. Vani. Nama laknat itu sukses membuat mood Fera seharian ini ngedrop, dan satu-satunya yang Fera pikirkan hari ini adalah mendekam di kamar sambil streaming-an lagu-lagu 5 Seconds Of Summer--grup band favoritnya. Yah, setidaknya dengan ngeliat wajah malaikat mereka, bisa ngebangkitin mood Fera yang bener-bener ngedrop parah.
Oke, kalo dipikir-pikir; memangnya apa alesan Fera marah sama Fian? Lebih tepatnya, memangnya Fera berhak marah sama Fian?
Lagipula, kalau Fian chattingan sama Vani, memangnya salah?
Terlalu banyak memangnya, membuat Fera menghela nafas lelah. "Gak salah sih kalo Fian chat-an," gumam Fera lalu terdiam sejenak. "Tapi, kenapa harus sama si Keparat Jahanam?!"
Dengan dramatis Fera meletakkan tangan kanannya ke atas dadanya, "Sekarang Fian, kemaren Gensa," sungut Fera lalu menunduk-untuk mendapat kesan tersakiti. "Gue-nya ka--
"Tuh 'kan, lo lagi mikirin gue." Ucapan yang memotong curhatan Fera itu, membuat Fera tanpa diaba-aba langsung mendongak.
Dan Fera melihat Gensa. Di depannya. Dan tololnya, di mata Fera, entah mengapa, Gensa jadi terlihat kaya Luke Hemmings versi 15 tahun.
×××
"... kemaren Gensa."
Gensa mengernyit saat mendengar namanya disebut-sebut. Dengan penasaran, Gensa menatap sekelilingnya. Pandangannya menelusur kearah murid-murid yang sedang berlalu-lalang, dan tatapannya berhenti di seorang cewek, Fera, yang tanpa Gensa sadari-sedari tadi sudah ada didekatnya.
Dengan senyum mengembang, Gensa menghampiri Fera. "Tuh 'kan, lo lagi mikirin gue," goda Gensa.
Gensa kembali mengernyit saat melihat Fera tak membalas godaannya dan malah menatapnya tanpa berkedip.
Tangan Gensa bergerak ke pipi Fera, lalu mencubitnya. "Fera?" Tangan Gensa menarik-narik pipi Fera.
Setelah sadar dari lamunannya, Fera dengan kasar menarik tangan Gensa dari pipinya. "Stop, Sa," lirih Fera.
Gensa menatap Fera dengan bingung. "Dih?"
"Jauh-jauh dari gue, Sa." Fera menarik nafas panjang. "Please, gue udah 25 persen bisa move on dari lo." Dan please jangan suka bikin gue baper lagi, gue capek, tambah Fera dalam hati.
Ucapan Fera, sukses membuat raut wajah Gensa berubah cemas. "Fer, lo gak serius 'kan?" tanya Gensa--meyakinkan.
"Gue serius, Sa. Bener-bener serius."
"Tapi, Fer, kalo gue bilang kenyataannya sekarang gue suka sama lo-" Gensa menggantungkan ucapannya. "-lo tetep mau move on?"
Fera tertawa miris. "Menurut lo?"
×××
A/n:
HAHAHAHA. GENSA EMG NGESELIN KEK DOI.
Fri, 11/12/15
2:34 AM

KAMU SEDANG MEMBACA
150 CM
Teen Fiction140 cm. Iya, gue tahu gue enggak tinggi dan gue selalu sadar akan hal itu. Tetapi gue selalu bersyukur kok. Gue selalu berterima kasih sama Tuhan, walaupun gue enggak dilahirin setinggi Taylor Swift. Terus apalagi yang salah? Yang salah adalah saat...