Heartbroken
"A-ano... Sasuke-kun..."
Gadis bersurai merah muda itu menghentikan langkahnya, tepat di depan kedai Ichiraku. Mendengar nama pemuda yang dipuja terucap lembut dari bibir sahabatnya sedikit membuatnya terkejut; tak dihindarkan rasa penasaran yang menyelimuti hati. Sakura diam-diam mengintip dari balik tirai. Iris zamrudnya menangkap pemuda bermarga Uchiha itu duduk di samping sang gadis Hyuuga.
"Aku tidak mengikutimu."
Apa yang baru saja dikatakan oleh Sasuke membuat rasa penasaran Sakura bertambah; diseliputi sedikit rasa cemburu.
"E-eh...? L-lalu Sasuke-kun—"
"Aku memang mau makan di Ichiraku. Kau sendiri yang bilang kalau aku harus makan, 'kan?"
Sakura benci untuk memikirkan hal negatif tentang sahabatnya, tetapi mendengar percakapan Sasuke dan Hinata—malah membuatnya terpaku pada asumsinya. Sakura menundukkan kepala, menggigit bibir bawahnya; kemudian bergegas pergi sebelum Sasuke dan Hinata menyadari kehadirannya.
Hatinya bagaikan gelas yang jatuh, hancur berkeping-keping. Walaupun asumsinya belum tentu benar, tetap saja melihat keduanya begitu larut dalam percakapan yang simpel itu membuat hatinya sakit. Sasuke tidak pernah begitu bebasnya bicara pada Sakura, walaupun mereka sudah menjadi tim lebih dari dua tahun. Rasanya sulit untuk berbincang dengan Sasuke—lebih tepatnya, sulit untuk mendapatkan responnya.
Sakura memang merasakan kalau Sasuke terasa semakin jauh, semakin sulit untuk dicapai.
Kami-sama... Apa yang harus aku lakukan?
—Heartbroken—
Hinata menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuknya, menghela nafas. Kedua matanya terpejam. Memorinya kembali ke event yang terjadi beberapa jam lalu; saat dimana dirinya benar-benar berbicara dengan Sasuke di Kedai Ichiraku. Lain dari sifat kalem dan dinginnya—yang sudah semua orang tahu—Hinata tidak tahu kalau Sasuke sebenarnya...bisa jadi orang yang banyak bicara.
Mungkin karena ia tidak pernah berbicara dengannya, jadi ia kehilangan satu hal yang mungkin normal. Hinata berpikir mungkin Sasuke memang sudah dari dulu begitu, jika sedang dalam mood baik, atau dengan teman dekat. Tapi, ia bukan teman dekatnya. Jadi, bisa saja Sasuke sedang dalam mood baik.
"Apa Sasuke-kun memang...dan selalu bersikap baik, ya?"
Hinata tidak terlalu memperhatikan—tentu saja, semua perhatiannya tak lain dan tak bukan hanya tertuju pada satu orang, Naruto. Sesekali, itupun jika sedang ada misi, atau Hinata yang kebetulan melihatnya saja. Sasuke tidak pernah membuka mulutnya—setidaknya ini selama yang Hinata pernah lihat dan ingat, kecuali disaat 'kencan' yang waktu itu—dan sekarang, ia baru menyadarinya.
Pikirannya yang semula terpaku pada Sasuke, kini mengalir pada Naruto. Sampai dirinya terlelap.
Hinata tidak tahu. Sasuke tidak begitu, Sasuke yang mengobrol dengannya itu sama sekali tidak normal.
—Heartbroken—
Kaki jenjang Sakura membawanya kembali ke rumahnya, setelah ia menghabiskan waktunya sendiri di taman; memikirkan banyak hal—tentang Sasuke, tentu saja. Setelah bertahun-tahun dirinya mengenal Sasuke, baru pertama kalinya ia melihat pemuda dingin itu benar-benar berbincang dengan seorang gadis—apalagi, seorang Hyuuga Hinata yang sedang kita bicarakan ini. Gadis itu sangat pemalu dan sulit untuk berinteraksi dengan seorang laki-laki; Kiba, Shino, Neji dan Ayahnya adalah pengecualian tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
FanfictionBegitu sosok gadis itu tertangkap oleh iris gelapnya, Sasuke akhirnya menyadari kalau ia sudah jatuh cinta. Rambutnya kini terlihat lebih indah dengan panjang sepunggung yang selalu ia biarkan tergerai, senyum malu-malunya terlihat manis, dan lagi...