Fix You

11.5K 1K 101
                                    

"Ng..." Kedua kelopak mata sang gadis kini terbuka dengan perlahan, bola mata lavendernya menelusuri lingkungan sekelilingnya. "A-are...? Apa yang terjadi?"

"Sepuluh menit." Lalu suara bariton itu terdengar, semula yang jauh, kini mulai mendekat. "Kau pingsan selama sepuluh menit."

Ah! Hinata ingat sekarang! Dia pingsan!

Karena... Karena Sasuke?

Buru-buru Hinata menggelengkan kepalanya dengan wajah yang mulai memerah. Ia tidak mau mempermalukan dirinya lagi dengan pingsan untuk yang kedua kalinya.

"M-Maafkan aku... Sasuke-kun." Hinata bangkit dari posisi berbaringnya, menundukkan kepalanya malu.

"Hn." Ciri khas Sasuke keluar. Gadis di depannya ini sangat manis, pingsan dengan wajah memerah begitu; Sasuke tidak tahan untuk tidak menatapnya.

Hinata ragu. Apa Sasuke marah? Dia tidak mengerti, walaupun sudah sepenuhnya tahu bahwa Sasuke berkepribadian dingin dan mempunyai sedikit—benar-benar sedikit kepedulian terhadap temannya. Sasuke bisa saja meninggalkannya di sini sendirian. Tapi, pemuda itu malah diam disini sampai Hinata bangun.

Apa mungkin karena aku hanya pingsan sebentar?

"—Nata." Semua hal yang Hinata pikirkan hilang dalam sekejap.

"Um...?"

"Sudah larut." Kata Sasuke. "Aku antar kau pulang." 

"Eh? M-mengantarku pulang? K-kau tidak perlu melakukannya, Sasuke-kun! Aku bisa pulang sendiri—" 

"Aku memaksa." 

Sasuke tahu Hinata bukanlah kunoichi yang lemah, Hinata adalah salah satu kunoichi yang ia anggap kuat. Walaupun begitu ia menolak membiarkan Hinata pulang sendirian. Selain berbahaya dan siapa yang tahu kalau Hinata akan pingsan lagi? Bukankah ini adalah suatu kesempatan yang bagus agar Sasuke bisa lebih dekat dengan gadis bermata lavender itu? 

Sebelum Hinata bisa bereaksi, Sasuke sudah melangkahkan kakinya, berjalan mendahului Hinata. Gadis bermarga Hyuuga itu sendiri langsung mengikuti sang pemuda dengan sedikit terburu-buru. Rasa tidak enak muncul di hati, ia merasa sudah sangat merepotkan Sasuke. Mungkin Sasuke khawatir padanya; mengingat ia baru saja jatuh pingsan tanpa sebab akibat yang jelas. 

"S-Sasuke-kun, aku tidak ingin merepotkanmu--" 

"Tidak sama sekali merepotkanku." 

"T-Tapi, aku sudah tidak apa-apa dan aku--"

"Hinata." 

Sasuke berbalik dengan tiba-tiba membuat Hinata yang berjalan terburu-buru itu menabrak dada bidangnya. Sang hawa tak bisa berkata; lidahnya kelu, jantungnya berdegup terlalu kencang, wajahnya mulai memanas lagi. Sedangkan sang adam menundukkan kepalanya, jemari miliknya menggapai dagu Hinata; mendongakkan wajah sang hawa dengan pelan. Kedua mata mereka kembali bertemu. 

"Kau dengar apa yang aku katakan, bukan?" Suara Sasuke terdengar sedikit parau di telinga sang gadis. 

Anggukkan kepala ia berikan sebagai jawaban. Dan respon yang ia dapatkan adalah Sasuke yang malah mendekatkan wajahnya, sembari memiringkan kepalanya. Terlalu dekat--Hinata bisa pingsan lagi kalau begini. 

"Kalau begitu diamlah." Hanya itu yang dikatakan Sasuke sebelum ia menarik tangannya dan berbalik, kembali melanjutkan perjalanan. Sementara Hinata masih tidak bergeming, dengan wajah semerah tomat ia berdiri disana. Otaknya masih memproses semuanya. 

Menyadari Hinata yang tidak berjalan mengikutinya, Sasuke lagi-lagi berhenti dan berbalik. Ia menghela napasnya kala melihat sang gadis yang masih tak bergeming. Melihat wajahnya yang memerah seperti itu--ia akui, Hinata terlihat sangat manis. Ujung bibir sang pemuda tertarik membentuk sebuah senyum kecil, ia kembali mendekati Hinata dan kali ini ia tarik tangannya dengan lembut...

"Jangan diam saja. Hari sudah semakin larut." 

... dan Sasuke berjalan, tangannya menggenggam tangan mungil Hinata. 

Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu ini, Hinata bisa merasakan kehangatan yang menyebar ke seluruh dadanya, tak hanya dari tangannya yang kini di genggam sang pemuda. Lavender indah miliknya terpaku pada punggung Sasuke, tatapannya melembut. Dan kini ia bisa merasakan bibirnya yang membentuk sebuah senyuman. 

Bagaimana bisa... seseorang selain Naruto membuatnya seperti ini? Hinata bahkan belum bisa move on dari si pemuda berambut pirang itu. Dan disini Sasuke membuatnya kembali merasa... utuh? Hinata merasa di inginkan. Apalagi dengan tingkah Sasuke terhadapnya, ia mulai berpikir kalau Sasuke mempercayai Hinata. Tak semua orang bisa mendapatkan perlakuan seperti ini dari Sasuke. Bahkan tidak Sakura. Lalu, kenapa pada dirinya? 

Hanya ada kesunyian yang menemani keduanya. Tak satupun dari mereka membuka mulut. Keduanya tidak memprotes. Toh, kesunyian yang mereka rasakan tidak canggung—malah bisa dibilang, menenangkan. 

Sasuke pada akhirnya menyadari komplek klan Hyuuga berada tak jauh dari tempat mereka sekarang, dan ia menghentikkan langkah kakinya. Hinata yang bingung juga melakukan hal yang sama. 

"Kau... Masih menyukai si dobe?" 

Hinata sontak mendongak, terlihat jelas kalau ia terkejut mendengar pertanyaan acak yang dilontarkan Sasuke. 

"Eh....?"

Sasuke berbalik menghadap Hinata. 

"Jangan bilang kau masih mengharapkannya." 

Dan Hinata tak bisa berkata, ia mengalihkan pandangannya dengan raut wajah yang terlihat sedih--dan Sasuke tahu, itu tandanya Hinata memang masih mengharapkan Naruto. 

"Tch. Bodoh." Ya, dan itu juga membuatnya kesal. "Berhenti berharap padanya." 

"Itu tidak mudah, Sasuke-kun..." 

"Siapa yang bilang?" 

"A-aku sudah menyukainya semenjak—" 

"Berpalinglah darinya. Kau juga harusnya sadar masih ada orang lain yang peduli padamu." 

"Aku sudah mencoba—" 

"Aku akan membantumu, Hinata." 

Bingung, Hinata kembali menatap mata tajam Sasuke. 

"Kau akan tahu, denganku, melupakan Naruto akan menjadi lebih mudah." 

Deg. 

Apa maksudnya? Hinata tidak mengerti. Dengan Sasuke? 

"Aku... Tidak mengerti..." 

"Nanti kau akan mengetahuinya." Sasuke bergumam pelan, namun Hinata masih bisa mendengarnya dengan jelas. "Kalau begitu, sampai disini saja. Kudengar Ayahmu tidak begitu suka melihat putrinya bersamaan dengan seorang laki-laki tanpa sepengetahuannya." 

"Oh—Un, terimakasih sudah mengantarku, Sasuke-kun.." 

"Selamat malam, Hinata." 

Hinata bisa merasakan bibir sang adam yang menempel sekilas pada pipinya sebelum pada akhirnya Sasuke pun pergi. 

Biarkan aku mengisi kekosongan di hatimu. 

Dan sebaliknya, kau akan mengisi kekosongan di hatiku. 

Aku akan membuatmu melupakannya. 

Aku janji, Hinata. 

Tsudzuku~

A/N : Astaga. Saya. Telat. satu. bulan. 

MAAF YANG SEBESAR BESARNYA UNTUK READERS TERCINTA YANG SUDAH MENUNGGU LAMA. SAYA LUPA PASSWORD AKUN INI. SEKALI LAGI MAAFKAN SAYA.

JUGA TERIMAKASIH YANG SUDAH SETIA MENUNGGU SAMPAI SEKARANG. SAYA SANGAT, SANGAT, SANGAT MENGHARGAINYA :')

TERIMAKASIH BANYAK. 

VOTE DAN COMMENT KALIAN SELALU SAYA TUNGGU :')

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang