A New Beginning

10.9K 884 19
                                    

Kejadian beberapa hari lalu tidak bisa ia lupakan. Malam itu, saat Sasuke mengatakan semua itu... dan tentunya, saat ia merasakan bibir pemuda bermarga Uchiha itu di pipinya—walaupun itu hanya terjadi sekilas, secepat ia berkedip. Jantungnya tetap berdegup begitu kencang. Sepulangnya ke rumah, ia langsung menyiapkan air hangat dan mandi—dan selama itu, ia hanya bisa memikirkan tentang Sasuke—setelahnya ia berbaring, pikirannya melayang pada Naruto, namun pada akhirnya kembali pada Sasuke.

Apa yang Sasuke katakan malam itu... Apa ia benar bersungguh-sungguh? Kalaupun begitu, atas dasar apa Sasuke ingin membantunya? Membuat Sakura cemburu?

Buru-buru gadis anggun itu menggelengkan kepalanya. Memikirkan Sasuke terus menerus membuatnya bingung—dan ia cukup lelah, sebetulnya. Pada akhirnya helaan napas keluar dari bibirnya dengan pelan, kemudian kedua kelopak matanya tertutup.

Hinata terlelap beberapa saat setelah ia memejamkan matanya.

— A New Beginning —

Hinata tidak mau mengakui kalau dirinya memang sedang mencoba menghindari teman-temannya. Bukan apa-apa, ia masih belum siap—terlebih jika ia harus berhadapan dengan Naruto. Tentu saja, Hinata tidak diam di kamarnya selama seharian penuh, ia tetap keluar; hanya saja jika memang dibutuhkan. Lagipula, Ayahnya tidak begitu terlihat keberatan dengan Hinata yang rutinitasnya kini hanya latihan, membersihkan rumah, membantu orang-orang di rumahnya memasak, dan setelahnya ia istirahat. Terkadang Kiba dan Shino datang untuk mengajaknya keluar, entah untuk latihan bersama atau hanya sekadar jalan-jalan.

Hari ini pun sama. Ia tidak berniat merubah rutinitas barunya secepat mungkin, tidak sampai ia bisa mengatasi kerisahan hatinya; tentang Naruto, dan tentu saja, Sasuke. Sang gadis baru saja selesai mandi, rambutnya masih sedikit basah, namun ia sudah dalam balutan pakaian lengkap... saat Kiba tiba-tiba saja berkunjung.

"Terimakasih, Paman, aku akan tunggu disini." Terdengar suara Kiba dari luar rumahnya. Hinata mengernyit, kemudian berjalan keluar, mendapati sang Ayahanda dengan teman se-timnya.

"Kau latihan di luar?" Tanya Hiashi saat Hinata datang.

Hinata mengerjap, hendak menjawab pertanyaan sang Ayah, namun Kiba tidak memberikan kesempatan pada sang gadis. "Kurenai-sensei dan Shino sudah menunggu, lho."

"Tapi—"

"Pergilah." Adalah kata terakhir yang di ucapkan Hiashi sebelum ia masuk ke dalam dan menutup pintu.

Hinata terdiam beberapa saat, lalu menyadari Kiba dan Akamaru yang masih setia berdiri menunggunya—ada cengiran lebar di wajah sang pemuda. Mau bagaimana lagi, pikirnya.

"Ayo!"

Beberapa menit kemudian, Hinata dan Kiba—juga Akamaru, sudah keluar dari Hyuuga Mansion. Kiba menjelaskan pada Hinata bahwa Kurenai-sensei dan Shino sebenarnya belum menunggu mereka. Latihan 'kan dimulai satu jam lagi, namun Kiba ingin mengajak sang gadis keluar untuk sekadar jalan-jalan di pagi hari sebelum mereka latihan.

"—Maksudku, aku jarang melihatmu dalam beberapa hari terakhir. Aku jadi sedikit khawatir—Akamaru juga." Akamaru menggonggong, menyetujui perkataan Kiba.

"Oh, benarkah?" Hinata bisa merasakan wajahnya yang memanas mendengar perkataan temannya. Dia tidak tahu Kiba dan Akamaru akan mengkhawatirkannya. "A-Aku tidak apa-apa, terimakasih sudah mengkhawatirkanku..."

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang