Ia selalu ingin mengatakannya.
'Aku menyukaimu, aku selalu menyukaimu walaupun kau berada jauh dariku. Walaupun aku tidak bisa menggapaimu, aku selalu menyukaimu'. Tapi, bahkan sampai sekarang pun ia masih belum bisa menghadapinya.
Sering kali Hinata berpikir, bagaimana reaksi Naruto jika ia menyatakan cintanya yang selama ini ia pendam? Hinata tidak mengharapkan apapun dari Naruto. Ia tahu betul kalau hanya ada Sakura di hati pemuda pirang itu. Mungkin sampai nanti pun, itu tidak akan berubah.
Ya, itu mungkin benar. Hinata memang tidak mengharapkan balasan dari Naruto. Tapi, sebelum terlambat—sebelum nanti ia sesali, setidaknya Hinata ingin Naruto untuk mengetahui perasaannya. Cukup dengan mengetahuinya, Hinata tidak perlu jawaban. Karena selama ini ia selalu berputar-putar mencari jawaban dari pertanyaan itu, akankah Naruto membalas perasaanku? Dan kini ia menemukan jawabannya. Walaupun menyakitkan, tapi itulah kebenarannya. Tidak perlu bertanyapun, ia sudah mendapatkan jawabannya.
Benar. Ia memang semakin jauh. Sangat tertinggal di belakang, semakin sulit untuk menggapainya. Bahkan sekarang, saat pemuda yang selalu dipujanya berada di hadapannya, Hinata merasa sangat jauh.
"Ada apa, Hinata?"
Suara Naruto membuat pikirannya kosong. Semua keberanian yang ia kumpulkan, hilang seketika. Padahal akhirnya ia bisa berhadapan dengan Naruto. Sekarang—ia harus memberitahunya sekarang. Tidak peduli dengan reaksi, jawaban, atau apapun yang akan Naruto lakukan; ia akan mengatakannya.
"Aku menyukaimu, Naruto-kun."
Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir mungil sang hawa. Netra sebiru lautan itu tidak pernah terlepas dari lavender milik gadis ayu di depannya.
"Aku... S-selalu menyukaimu." Suara Hinata sangat lembut di telinganya. "D-dari dulu... Sampai sekarang.. P-perasaanku tidak pernah berubah."
"Ahaha. Aku juga menyukaimu, Hinata—"
"B-bukan seperti itu." Selanya. "A-aku... Mencintaimu."
Suara hembusan angin menemani keheningan diantara keduanya. Dan Naruto masih terdiam seribu bahasa. Tidak ada kata yang mampu ia ucapkan pada saat ini, lidahnya kelu. Dalam situasi seperti ini, dimana sang lelaki tidak memiliki perasaan apapun melebihi teman, apa yang harus ia katakan?
"A-ah... Hinata... Aku—"
Lagi-lagi, belum sempat Naruto menyelesaikan kata-katanya, Hinata sudah menyela duluan.
"T-tidak apa-apa, Naruto-kun. Aku tidak mengharapkan j-jawaban, a-ataupun balasan... A-aku hanya ingin kau mengetahuinya... I-itu saja." Hinata menunduk, wajah memerah, lavender yang tak mampu berhadapan dengan biru laut.
"...Maaf, Hinata..."
Melewati ribuan malam, Hinata berhasil memberitahunya. Tentang perasaannya yang selama ini ia pendam. Walaupun takut, walaupun menyakitkan, ia tetap mengucapkannya. Tidak perlu jawaban, karena hanya dengan mengucapkannya...
Itu sudah cukup.
— Thousands of Night —
"Haah!? Kau menolaknya?!"
Naruto memang bodoh. Mengatakan kejadian itu pada Sakura? Bodoh sekali. Sakura pasti akan membencinya karena sudah jahat begitu pada sahabatnya.
"Kau memang bodoh!" Suara Sakura lantang. "Naruto, Hinata sudah dari dulu menyukaimu! Dan saat ia menyatakannya, kau bilang 'Maaf'!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
FanfictionBegitu sosok gadis itu tertangkap oleh iris gelapnya, Sasuke akhirnya menyadari kalau ia sudah jatuh cinta. Rambutnya kini terlihat lebih indah dengan panjang sepunggung yang selalu ia biarkan tergerai, senyum malu-malunya terlihat manis, dan lagi...