Jam sudah menunjukkan pukul 5 dini hari dan hujan pun tidak kunjung reda.
Setelah tadi dirinya dibuat kaget dengan kehadiran sosok Revan yang tiba-tiba, kini Vira dengan telaten mengopres dahi suaminya yang saat ini masih belum sadarkan diri dari pingsannya.
Cklek.
Pintu kamar terbuka dan membuat Vira mengalihkan pandangannya. Yuli dengan tampang yang baru bangun tidur berjalan mendekat sambil sesekali mengucek matanya.
Pandangan Yuli kemudian terfokus pada sosok Revan yang terbaring di ranjang. Sedetik kemudian matanya melebar karena kaget.
"Eh?" pekik Yuli kaget setengah tidak percaya dengan penglihatannya. Jari telunjuknya berkali-kali menunjuk ke arah Revan. "Kok bisa?" tanyanya heran.
Vira menghela napas dan menggidikan bahunya.
"Gak tau juga gue. Lo aja kaget apalagi gue," jawab Vira.
Yuli kemudian duduk tepi ranjang yang kosong, masih di dekat Vira.
"Gue tadi dibangunin anak-anak. Katanya ada tamu tak diundang dan bikin elo mendekam di sini. Mereka semua nanya ke gue soal ini. Lah mana gue tahu coba. Eh, ternyata laki lo yang mereka maksud," ucap Yuli.
"Hmm," gumam Vira sambil mengganti kain kompresan.
"Lo gak ada ngomong gitu sama tiga curut di depan soal ni orang?" tanya Yuli.
"Kenapa emangnya?" Vira bertanya balik.
"Hah. Gak kenapa-napa juga, sih. Tapi..." jawab Yuli ragu. "Ah, sebodo amat dah. Gue balik tidur lagi dah, ya." ucap Yuli kemudian keluar kamar.
**
Dion, Dimas dan Eko seketika menoleh ke arah kamar mereka saat mendengar suara pintu terbuka. Mereka menatap penasaran ke arah Yuli. Sedangkan Yuli menatap mereka dengan pandangan sengit.
"Apaan?" tanya Yuli kesal sambil berkacak pinggang kepada ketiga temannya itu. Ketiganya kompak menggelengkan kepala.
"Sekali lagi lo-lo pada bangunin gue, gue gibeng satu-satu lo," ancam Yuli. "Gue masih ngantuk, sial!" gerutu Yuli saat berjalan kembali ke kamarnya.
Ketiga temannya saling melirik satu sama lain.
"Salah ya, kalo kita penasaran?" tanya Eko heran. Dimas hanya mengangkat bahunya.
Tiba-tiba Dion bangun dari duduknya. "Gue pastiin bentar," ucapnya kemudian berjalan ke arah kamar.
Dengan hati-hati Dion membuka pintu kamar tempat Vira dan Revan. Perlahan tanpa berderit pintu kamar pun terbuka. Seketika tubuh Dion menegang dan terpaku dengan tatapan mata kosong ke depan. Setelah kesadarannya kembali dengan pelan dia menutup kembali pintu kamar tanpa menimbulkan bunyi. Sebelum membalikkan badannya Dion sempat menghela napas sejenak.
"Gak jadi masuk?" tanya Eko.
Dion hanya tersenyum simpul. Kemudian berjalan ke arah dapur tanpa menghiraukan tatapan heran dari temannya.
Di dapur Dion hanya berdiri diam sambil memegang segelas air minum dan sesekali menghela napas. Tatapan matanya kembali kosong. Saking larutnya dalam lamunan hingga dirinya tidak sadar kalau Dimas sudah berdiri di sampingnya.
Dion seketika terkejut dan tersadar dari lamunannya saat Dimas menepuk bahunya.
"Kenapa lo?" tanya Dimas.
"Gak pa-pa," jawab Dion lalu menegak airnya.
"Yakin lo?" tanya Dimas tidak yakin dan di balas Dion dengan senyuman tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY BOY[FRIEND]
RomanceDevira Rivalia Rossalyn, 21 tahun, mahasiswi Agroteknologi semester 6 Universitas Yudhistira harus menjalani pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan. Hidup sebatang kara dan tiba-tiba saja harus hidup bersama orang lain yang notabenny...