Revan tengah memijat kepalanya dan sesekali menghela napas saat mendengar suara protes dari Mamanya diseberang telopon sana. Raut lelah dan jengah cukup jelas terlihat diwajahnya saat ini. Pasalnya sejak Smartphone-nya aktif setelah keluar dari bandara hingga kini dirinya sudah berada di hotel, Mamanya tidak berhenti menerornya baik melalui sms maupun telepon. Dan isinya tidak lain adalah bentuk protesan Mamanya itu kepada dirinya yang tidak mengantar Vira ke stasiun dan memilih 'minggat' ke Singapura. Meskipun sudah berkali-kali Revan jelaskan bahkan malam sebelumnya dia sudah menjelaskan bahwa kepergiannya ke sini adalah untuk pertemuan bisnis, tapi Mamanya tetap tidak mau tahu.
"Ma, please... Revan ada meeting 2 jam lagi. Revan butuh istirahat. Mama protesnya besok aja kalo Revan udah pulang, okey?" ucap Revan memelas.
"Pokoknya kamu cepetan balik terus susul Vira. Dia pasti kecewa suaminya lebih milih minggat dari pada nganterin ke stasiun. Duh, 1,5 bulan Revan! Kamu emang nggak....."
"Iya, Ma. Iya... Duh, iya Mama. Night..."
Tut. Tut. Tut.
Revan segera mengakhiri sambungannya. Cukup sudah mendengar suara protes Mamanya itu.
Setelah itu dia segera menghubungi Rega, asisten yang merangkap sebagai sekretaris saat perjalanan bisnis seperti ini. Bukannya istirahat seperti apa yang dia ucapkan kepada Mamanya tadi, dia langsung mempersiapkan diri dan segara keperluan meeting 2 jam yang akan datang.
Hari pertama dan kedua di Singapura, Revan langsung disibukan dengan meeting bersama beberapa calon investor. Hari ketiga, dia harus meninjau lokasi pembangunan proyek terbaru Atma Inc. yang membuka cabang di salah satu pusat kota dan malamnya dia harus menghadiri undangan anniversary party salah satu koleganya.
Tepat pukul 7 malam waktu setempat Revan dan Rega sudah berada di salah satu ballroom sebuah hotel tempat acara berlangsung. Beberapa tamu undangan sudah tidak asing lagi bagi Revan karena hampir setengah tamu undangan adalah kolega Atma Inc. Bahkan tidak sedikit pula undangan yang berasal dari Tanah Air.
Saat tengah berbincang dengan beberapa kolega, mata Revan menangkap sekelebat sosok yang sudah tidak asing lagi baginya. Dengan perasaan yang tidak menentu Revan undur diri dan melangkah ke arah terakhir kalinya dia melihat sosok tersebut.
Benarkah itu dia? Apa yang dia lakukan di sini? Tanyanya dalam hati.
Revan masih terus melangkahkan kakinya dan menghiraukan beberapa orang yang mencoba menyapanya. Bahkan panggilan dari Rega pun diabaikan. Rega yang bingung sekaligus heran dengan sikap atasannya itu hanya mampu mengikuti langkah atasanya dari belakang.
Langkah kaki Revan berakhir di taman hotel. Matanya menelusuri seluruh sudut taman tapi sosok yang dia cari sama sekali tidak terlihat dimana pun.
"Revano." Suara bass yang memanggil namanya seketika mengalihkan perhatiannya. Bahkan Rega pun membalikkan badannya untuk melihat siapa gerangan yang memanggil atasannya itu.
Seorang pria dengan setelah kemeja biru berjalan dengan penuh percaya diri menghampiri Revan.
"Long time no see, Mr. Revano Atmadja." Sapa pria itu sambil menyunggingkan senyum. Pria tersebut mengulurkan tangannya.
Revan hanya menatap pria tersebut sebentar kemudian tersenyum balik.
"Ya, senang bertemu denganmu lagi, Mr. Siregar Junior." Balas Revan sambil menjabat uluran tangan koleganya itu.
Mr. Siregar kemudian menatap Rega yang sedari tadi hanya diam berdiri di samping Revan. Mengetahui bahwa dirinya diperhatikan, Rega hanya menganggukkan kepalanya sebagai sapaan formalitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY BOY[FRIEND]
RomanceDevira Rivalia Rossalyn, 21 tahun, mahasiswi Agroteknologi semester 6 Universitas Yudhistira harus menjalani pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan. Hidup sebatang kara dan tiba-tiba saja harus hidup bersama orang lain yang notabenny...