"Satu langkah... Dua langkah... Tiga langkah... Hingga ke seribu langkah aku terus berlari. Berlari menjauh dari masa itu. Namun untuk kesekian kalinya aku kembali terjatuh dan terperangkap dalam kenangannya".
**
Malam ini Alvin terpaksa harus meninggalkan kafenya untuk meninjau hotel keluarganya. Menurut manajer hotel yang dia kelola, salah satu dewan direksi meminta untuk bertemu juga malam ini. Mau tidak mau Alvin pun harus menyanggupi berhubung dewan direksi yang memintanya untuk bertemu tidak lain adalah sahabat ayahnya yang turut andil dalam menyelesaikan masalahnya.
Pertemuan malam ini hanya membahas masalah balik nama saham milik Om Heri –dewan direksi yang dimaksud- kepada putra tunggalnya yang rencana akan mulai bergabung dengan dunia bisnis setelah menyelesaikan studinya bulan depan. Pertemuan yang bisa dibilang singkat karena pasalnya tidak lebih dari satu jam diakhiri dengan bunyi panggilan telepon handphone Alvin. Alvin langsung undur diri dan bergegas keluar ruangan kemudian mengangkat panggilan tersebut yang berasal dari istrinya, Cecil.
Dan ternyata Cecil hanya menyuruhnya untuk membelikan sate ayam dan rendang di warung langganan mereka. Alvin hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar permintaan sang istri. Awalnya dia sempat kualahan melihat nafsu makan istrinya yang meningkat dan segala wujud keinginan istrinya yang cenderung aneh beberapa hari terakhir tak urung membuatnya kadang kesal. Namun segala lelah dan kekesalan itu langsung menguap saat tadi pagi dia mendapat kabar bahwa istrinya sedang mengandung buah hatinya.
Alvin bergegas pulang dan ingin segera memenuhi permintaan istrinya. Langkahnya terhenti saat melihat sosok perempuan cukup dia kenal. Perempuan tersebut tampak anggun dan cantik dengan balutan dress warna birunya. Tanpa sadar Alvin tersenyum. Niatnya ingin menyapa perempuan tadi tapi niat tersebut diurungkan karena entah mengapa perasaan cemas dan gelisah mendadak muncul saat melihat seorang laki-laki yang entah siapa diduga mengikuti langkah perempuan itu. Perlahan dia melangkah mengikuti langkah keduanya. Gerak gerik laki-laki yang tidak dia kenal itu semakin membuatnya curiga. Dan dugaan awalnya pun terbukti saat dia melihat laki-laki itu masuk ke dalam toilet sesaat setelah perempuan yang dia kenal masuk.
"Pak Alvin?", panggil suara bariton dari arah belakang menghentikan langkah Alvin untuk menuju toilet. Alvin segera membalikkan badan. Dan mendapati Satrio sang manajer hotel kepercayaannya tengah berdiri di belakangnya.
Belum sempat Alvin membalas panggilan tersebut tiba-tiba saja terdengat bunyi pintu digedor dengan begitu keras. Suara gedoran tersebut cukup terdengar jelas karena suasana di sekitarnya dalam keadaan lenggang dari berbagai aktivitas. Tanpa pikir panjang Alvin bergegas menuju ke arah suara yang berasal dari toilet diikuti oleh Satrio.
Suara gedoran tersebut terhenti dan tidak ada suara lagi. Hal ini semakin membuat Alvin cemas. Apalagi pintu toilet yang ternyata dikunci dari dalam. Alvin mengambil langkah mundur dan dengan sekuat tenaga mendobrak pintu. Setelah tiga kali dobrakan, usaha Alvin membuahkan hasil.
Detik berikutnya emosi Alvin langsung meledak melihat apa yang tengah terjadi di depan matanya. Tanpa pikir panjang Alvin langsung menerjang tubuh laki-laki bajingan di depannya dan segera melayangkan tinjunya. Melihat pimpinannya yang hilang kontrol, Satrio segera memanggil security melalui walkie talkie miliknya. Kemudian bergegas menarik tubuh pimpinannya agar segera berhenti karena dia tahu betul bahwa laki-laki yang saat ini tengah dihajar oleh Alvin sudah terkapar tidak sadarkan diri.
Alvin awalnya memberontak ketika tubuhnya ditarik paksa oleh Satrio. Namun berontakan itu langsung terhenti ketika dia teringat penyebab dia kalap. Alvin segera menegakkan tubuhnya dan bergegas menghampiri tubuh perempuan tadi yang saat ini sudah tergolek lemas di lantai toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY BOY[FRIEND]
RomanceDevira Rivalia Rossalyn, 21 tahun, mahasiswi Agroteknologi semester 6 Universitas Yudhistira harus menjalani pernikahan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan. Hidup sebatang kara dan tiba-tiba saja harus hidup bersama orang lain yang notabenny...